5. What efek atau feedback
Dalam komunikasi massa, jumlah umpan balik relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah khalayak secara keseluruhan yang merupakan
sasaran komunikasi massa dan sering tidak mewakili seluruh khalayak. Oleh karena itu, pengetahuan mass communication atau mass audience
sangat terbatas dan cenderung terlambat atau delayed.
II.2 CITIZEN JOURNALISM Atau CJ
II.2.1 Pengertian dan Citizen Journalism Shayne Bowman Chris Willis 2003 mendefinisikan citizen journalism
sebagai “the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information”. Artinya warga
memiliki hak untuk menjadi pencari, pemroses dan penganalisa berita untuk kemudian dilaporkan kepada masyarakat luas melalui media. Sementara Wood and
Smith 2005 mendefinisikan netizens sebutan untuk citizen journalist sebagai sekelompok warga yang aktif memberikan kontribusi berita seiring dengan
perkembangan internet. Menurutnya netizen harus memahami nilai – nilai kerja kolektif dan aspek-aspek yang harus dimiliki dalam menjalankan proses
komunikasi publik. II.2.2 Perkembangan Citizen Journalism
Citizen Journalism, meski berangkat dari berbagai konsep jurnalisme diatas namun memiliki keunikan khusus yang tidak dimiliki konsep lain dimana Citizen
Journalism berada pada posisi yang sama dengan jurnalisme profesional termasuk tugasnya yaitu meliput, menganalisa dan menyiarkan berita yang dibuatnya. Moch
Kurniawan 2007 memaparkan bagaimana konsep Citizen Journalism berawal.
Universitas Sumatera Utara
Pertama lahir, jurnalisme publik yang pada dasarnya dikembangkan oleh wartawan profesional untuk menyikapi meningkatnya ketidakpercayaan publik terhadap
media dan kesinisan publik terhadap politik di Amerika Serikat sekitar tahun 1988. Saat itu, kritik pedas terhadap standar dan arogansi media membawa media
berpikir tentang fungsi dan tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan bagaimana wartawan lebih responsif dengan masalah yang menjadi perhatian
masyarakat, inilah yang dikenal sebagai jurnalisme publik. Civic journalism jurnalisme publik mencoba mendefinisi ulang nilai
berita, mempertanyakan nilai objektivitas dan imparsialitas, mendorong keterlibatan wartawan lebih besar sebagai peserta aktif dalam masyarakat, dan
menginginkan praktik jurnalisme yang mencerminkan keragaman kultural di masyarakat Amerika.
Kemunculan gerakan civic journalism merupakan reaksi terhadap jurnalisme konvensional yang menghiraukan kewajiban untuk mewakili
kepentingan pembacanya, dan dalam tingkat tertentu menjadi alat mengeruk keuntungan semata. Namun civic journalism yang dijalankan oleh media massa
tidak mampu bertahan lama lantaran program beritanya memerlukan dana yang besar. Tahun 2003 pelopor civic journalism the Pew Center of Civic Journalism
membubarkan diri. Civic journalism ini membuka pintu bagi tumbuhnya citizen journalism di mana warga yang mempunyai berita, dan foto dapat
menyampaikannya langsung melalui blog atau ke beberapa mainstream media yang sudah mengakomodasi misalnya situs BBC www.bbc.co.uk, CNN
www.cnn.com, dan lain - lain. Dan dari sinilah citizen journalism lahir dan berkembang hingga saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Di negara asalnya AS, CJ berkembang dan diakui masyarakat karena pada beberapa kasus blog milik seorang netizen justru lebih mendapar perhatian dari 12
pada media konvensional. Misalnya saja www.wonkette.com yang mendapat kunjungan 1 juta hit per hari melebihi audience harian nasional Pundit
WoodSmith, 2005:133. II.2.3 Tipe Media Citizen Journalism
J.D. Lasica, dalam Online Journalism Review 2003, mengategorikan
media citizen journalism ke dalam 6 tipe, yaitu:
1.
Audience participation seperti komentar user yang diattach pada kisah- kisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil
dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh anggota
komunitas.
2.
Situs web berita atau informasi independen contoh: Kompasiana.
3.
Situs berita partisipatoris murni contoh: OhmyNews.
4.
Situs media kolaboratif contoh: Slashdot, Kuro5hin.
5.
Bentuk lain dari media ‘tipis’ contoh: mailing list, newsletter e-mail.
6.
Situs penyiaran pribadi contoh: situs penyiaran video, seperti KenRadio.
Dua tahun kemudian seorang ahli media yang sering menulis di www.poynter.org, Steve Outing 2005 memilah citizen journalism ke dalam 11
kategori: 1.
Membuka ruang untuk komentar publik, dimana pembaca bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalis professional.
Universitas Sumatera Utara
Ini mungkin yang kita kenal sebagai ruang “surat pembaca” di media konvensional.
2. Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis
jurnalis professional. Biasanya ada kontribusi pendapat dari luar jurnalis, dimana foto kontributor akan ikut diterbitkan. Ini juga yang biasa kita
jumpai di majalah-majalah umumnya.
3. Kolaborasi antara jurnalis profesional dengan non jurnalis yang memiliki
kemampuan dalam materi bidang yang akan dibahas dalam artikel tersebut, sebagai bantuan dalam mengarahkan atau memeriksa keakuratan
artikel. Terkadang professional non jurnalis ini bisa juga menjadi kontributor tunggal yang menghasilkan artikel tersebut. Ini juga bisa kita
temui di media konvensional.
4. Bloghouse, sebuah website yang mengundang pembaca untuk ikut
membaca.
5. Newsroom citizen „transparency
‟ blogs, merupakan blog yang disediakan untuk upaya transparansi organisasi sebuah media, dimana pembaca bisa
memasukkan keluhan, kritikan, atau pujian atas pekerjaan media tersebut.
6. Stand-alone citizen journalism site melalui proses editing.
7. Stand-alone citizen journalism site tanpa proses editing.
8. Stand-alone citizen-journalism website dengan tambahan edisi cetak.
Universitas Sumatera Utara
9. Hybrid: Pro + Citizen journalism. Suatu kerja organisasi media yang
menggabungkan pekerjaan jurnalis professional dengan jurnalis warga. Disini ada peran para editor dalam menilai dan memilih berita yang akan
diangkat ke halaman utama. Kontribusi berita tidak otomatis diterima sebagai sebuah berita, dan berita yang masuk masih tersaring lagi sebagai
berita yang menjadi topik utama berhak muncul di halaman pertama atau bukan, contohnya adalah ohmynews.com
10. Penggabungan antara jurnalis professional dan jurnalis warga dalam satu
atap, dimana website membeli tulisan dari jurnalis professional dan menerima tulisan jurnalis warga.
11. Model wiki, di mana pembaca adalah juga editor. Setiap orang bisa menulis
artikel, dan setiap orang bisa memberi tambahan atau komentar terhadap artikel yang terbit.
II.2.4 Keterkaitan Citizen Journalism dengan New Media Theory Citizen Journalism memiliki keterkaitan dengan New Media Theory yang
dikemukakan Denis McQuail 2000. Ia memperlihatkan adanya empat kategori media baru yang juga menjadi sifat dari Citizen Journalism diantaranya, 1 Media
komunikasi interpersonal, seperti telepon yang semakin hari semakin bersifat mobile bahkan bisa terkoneksi internet dan email, 2 Media interaktif, contohnya
semua perangkat lunak yang ada di komputer dan video games, 3 Information seach media, contoh yang paling relevan adalah internet www yang merupakan
sebuah perpustakaan dunia maya. Termasuk didalamnya adalah google.com, yahoo.com, msn.com. aol.com. Teknologi baru ini memingkinkan audience untuk
Universitas Sumatera Utara
aktif dan menjadi subyek sementara teknologi menjadi obyeknya, 4 Collective participatory media. Contohnya adalah penggunaan internet untuk sharing dan
bertukar inforasi, ide, pengalaman dan mengambangkan hubungan berbasis internet. Disinilah letak obyek penelitian yaitu Citizen Journalism berada. Citizen
Journalism bahkan telah meruntuhkan teori agenda setting, karena Citizen Journalism menjadi penentu arah perkembangan isu, bahkan peran gatekeeping
dan editing tidak lagi berada di editor mainstream media namun pada user. II.2.5 Perbedaan Media Baru dengan Media Konvensional
Denis McQuail 2000: 127 memberikan 6 konsep pembeda antara media baru dengan media konvensional diantaranya: 1 Derajat interaktivitas, dimana
interaksi dalam new media lebih fleksibel dan lebih tinggi dibanding media konvensional, 2 Derajat secial presence keberadaan sosial dimana media massa
bersifat lebih personal, mengurangi ambiguitas. Pada penerapannya, citizen journalism sebagai media baru memungkinkan audience untuk bisa berhubungan
secara personal dengan media dengan melakukan kontak langsung, 4 Derajat otonomi, dimana user dalam hal ini netizen memiliki kemampuan untuk mengotrol
isi dan penggunaan medianya sendiri dan menjadi sumber independen. Bagian ini menjadi bagian terpenting dalam sejarah keberadaan citizen journalism, dimana
warga bisa memiliki media sendiri dan diolah sendiri, 5 Derajat playfullness, kemampuan media menyediakan hiburan bagi para user, 6 Derajat privasi yang
berhubungan dengan tepi isi yang dimiliki para pengguna media. Mereka bebas menampilkan apapun di media baru internet sehingga menghasilkan media yang
unik berbeda dan personal.
Universitas Sumatera Utara
II.2.6 Perbedaan Media Baru dengan Media Lama Tabel II.1 Perbedaan Media Lama dan Media Baru
Dennis McQuail 2000 juga mengatakan bahwa media baru membuka kesempatan komunikasi yang lebih besar untuk demokrasi. Hal inilah yang
menjadi kunci konsep citizen journalism yang pada dasarnya digunakan untuk komunikasi langsung antara citizen warga dengan negara yang selama ini
dijembatani oleh mainstream media yang menyebut dirinya dari pilah ke-4 demokrasi. Lebih jauh citizen journalism membuka forum terbuka bagi interaksi
antar warga negara dan menjalankan fungsi advokasi dan watchdog yang selama ini didominasi oleh media konvensional. Fungsi watchdog memungkinkan warga
untuk mengawasi kinerja pemerintah untuk memastikan bahwa pemerintah bekerja untuk kepentingan masyarakat luas. Hal itu senada juga dikemukakan oleh
pencetus citizen journalism yaitu Bowman and Willis yang mengatakan bahwa: The intent of this participation is to provide independent, reliable, accurate, wide-
ranging and relevant information that a democracy requires. NO Media Lama
Media Baru 1
Satu objek berbicara pada banyak orang Bersifat Decentralized, yang artinya semua orang memiliki kesempatan
berbicara kepada siapapun. 2
One way communication Two way communication yang
memungkinkan adanya feedback dari audience
3 Dibawah control Negara
Diluar control Negara, bahkan bisa dinikmati siapapun yang ada di dunia
4 Memroduksi lapisan social
Memroduksi konsep demokratisasi 5 Memfragmentasi
audience Meletakkan audience pada posisi yang
sama 6
Membentuk kebingungan social Berorientasi pada individu
Universitas Sumatera Utara
II.3 PERSEPSI
II.3.1 Pengertian Persepsi Secara etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin percipere, yang
berarti menerima atau mengambil Sobur, 2003:445. Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam
arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu Sobur, 2003:445.
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses
tersebut mempengaruhi perilaku kita Mulyana, 2007:179. Pengetian lain dari persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan – hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada inderawai sensory stimuli Rakhmat, 2001:51.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa persepsi adalah suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa
informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas – batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, dan
selanjutnya diproses. II.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi tidak muncul begitu saja, dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. David Krech dan Richard S. Crurchfield Rakhmat, 2001: 55 menyebutkan ada 4
faktor, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal – hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor – faktor personal.
Jadi persepsi ditentukan oleh karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli tersebut. Dari sini Krech dan Crutchfield merumuskan dalil
pesepsi yang pertama, yaitu: Persepsi bersifat selektif. Ini berarti bahwa objek – objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya
objek – objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. b.
Faktor Struktural Faktor struktural berasal murni dari sifat stimuli fisik dan efek – efek saraf
yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Dari sini Krech dan Cructhfield melahirkan dalil pesepsi yang kedua, yaitu: Medan konseptual
dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. c.
Faktor Situasional Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk prosemik,
petunjuk, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang memperngaruhi.
d. Faktor Personal
Faktor personal terdiri dari pengalaman, motivasi, dan kepribadian. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi.
Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Sementara motivasi adalah faktor yang mempengruhi stimuli yang akan
diproses. Sedangkan kepribadian adalah ragam pola tingkah laku dan
Universitas Sumatera Utara
pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik individu.
II.3.3 Proses Persepsi Dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat 3 komponen utama, yaitu Sobur,
2003:446: 4.
Seleksi, adalah proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
5. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang. interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi
kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya,
yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. 6.
Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.
Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia, kita ingin mengenali dunia dan lingkungan yang mengenalinya. Pengetahuannya adalah kekuasaan.
Tanpa pengetahuan kita tidak dapat bertindak secara efektif. Persepsi adalah sumber utama daari pengetahuan itu. Dari definisi yang diungkapkan oleh Pereek
Sobur, 2003:451 yaitu “persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisir, mengartikan, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca
indera dan data”, tercakup beberapa segi atau proses yang selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indera. Kita
melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi – segi lain dari sesuatu itu.
2. Proses menyeleksi rangsangan
Setelah rangsangan diterima atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat
perhatian yang digunakan, rangsangan – rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk proses yang lebih lanjut.
3. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama daalam pengorganisasian rangsangan, yakni
pengelompokan berbagai rangsangan yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk, bentuk timbul dan latar dalam melihat rangsangan atau
gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala – gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan gejala atau ransangan
yang lain berada di latar belakang, kemantapan persepsi ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan perubahan – perubahan
konteks tidak mempengaruhinya 4.
Proses penafsiran
Universitas Sumatera Utara
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi
persepsi setelah data itu ditafsirkan. Persepsi pada pokoknya memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima.
5. Proses pengecekan
Setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambilkan tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau . proses ini terlalu cepat
dan orang mungkin tidak menyadarinya. 6.
Proses reaksi Tahap terakhir dari proses perceptual adalah bertindak sehubungan dengan
apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang bertindak sehubungan dengan persepsinya.
II.4 INTERNET
II.4.1 Pengertian Internet Internet adalah jaringan komputer dunia yang mengembangkan ARPANET,
suatu sistem komunikasi yang terkait dengan pertahanan – keamanan yang dikembangkan pada tahun 1960-an Werner, 2005:443. Internet memungkinkan
hampir semua orang di belahan dunia mana pun untuk saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Fitur internet yang paling populer adalah e-mail, sebuah
fitur yang dipakai oleh para pengguna Internet untuk bertukar pesan dengan orang lain yang memiliki alamat e-mail, dan world wide web www, sebuah sistem
Universitas Sumatera Utara
komputer yang sangat luas yang dapat dikunjungi oleh siapa saja dengan program browser dan dengan menyambungkan sebuah komputer dengan internet.
Selain itu, internet juga mengubah komunikasi dengan cara fundamental. Media massa tradisional pada dasarnya menawarkan model komunikasi “satu-
untuk-banyak”. Sedangkan internet memberikan model tambahan: “banyak-untuk- satu” e-mail ke satu alamat sentral, banyaknya pengguna yang berinteraksi dengan
satu website dan “banyak-untuk-banyak” e-mail, milis, kelompok – kelompok baru. Internet menawarkan potensi komunikasi yang lebih terdesentralisasi dan
lebih demokratis dibandingkan yang ditawarkan oleh media massa sebelumnya Werner, 2005:445.
II.4.2 Internet Sebagai Media Komunikasi Pertumbuhan dramatis internet telah mempresentasikan gagasan
“mediamorfosis” oleh Roger Fidler yang berarti sebagai perubahan bentuk media komunikasi yang biasanya disebabkan oleh interaksi kompleks dari
kebutuhankebutuhan penting, tekanan-tekanan kompetitif dan politis dan inovasi- inovasi sosial dan teknologi Severin dan Tankard,2007:459. Internet telah
membentuk ruang dan waktu baru, yang bersifat nirjarak dan nirwaktu, yang disebut cyberspace. Hampir semua media komunikasi saat ini yang kita kenal
akhirnya berkonvergensi menyatu membuat internet disebut sebagai multimedia. Sebagian buku mengelompokkan internet yang multimedia sebagai media massa,
sebagian lagi mengkategorikannya sebagai media antarpribadi. Kedua pendapat itu sama benarnya, tapi juga sama kelirunya. Karena,kedua pendapat yang
bertentangan itu pada dasarnya mengingkari hakikat internet yang multimedia. Artinya, pada tataran tertentu ia adalah media masa, misalnya ketika seseorang
Universitas Sumatera Utara
berkunjung ke majalah elektonik Tempo Online. Pada tataran lain ia adalah media antar pribadi, ketika seseorang mengirim surat elektronik ke seorang teman,
misalnya. Jadi, karena sifatnya yang multimedia, ia bersifat massa tapi juga antar pribadi, tergantung dalam konteks apa kita menggunakan atau mengkajinya
Vardiansyah, 2004:106. Survei penelitian Perse dan Dunn 1995 dalam Severin dan Tankard
2007:362 menyebutkan tentang surveinya mengenai penggunaan komputer adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui layanan informasi dan Internet,
atau yang oleh para penulisnya disebut sebagai konektivitas komputer. Orang yang menggunakan komputer sebagai sarana komunikasi elektronik untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan berikut: pembelajaran, hiburan, interaksi sosial, pelarian, melewatkan waktu dan lepas dari kebiasaan.
Profesor Gabriel Weimann, guru besar Ilmu Komunikasi pada Universitas Haifa, Israel mengemukakan bahwa para ilmuwan perlu mencermati secara serius
adanya kecenderungan yang kini terjadi di media internet yang dinamakan narrowcasting yang berbanding terbalik dengan broadcasting. Yang artinya
sebagai penyebaran informasi untuk kalangan terbatas, bukan ditujukan untuk publik sebagaimana peran yang dilakukan dunia penyiaran
konvensionalbroadcasting Majalah Dictum, hal 2, Desember 2007. Kecenderungan ini memungkinkan munculnya kalangan-kalangan tertentu dalam
dunia maya yang disebut juga komunitas maya virtual communities. Ruang chatting, e-mail, milis dan kelompok-kelompok yang diapakai oleh komunitas
untuk saling berkomunikasi Severin dan Tankard, 2007:447. II.4.3 Kompasiana.com
Universitas Sumatera Utara
Kompasiana adalah sebuah Media Warga Citizen Media. Di sini, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta
menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video.
Nama Kompasiana diusulkan oleh Budiarto Shambazy, wartawan senior Kompas yang biasa menulis kolom Politika. Nama ini pernah digunakan untuk
kolom khusus yang dibuat pendiri Harian Kompas, PK Ojong, berisi tulisan tajam mengenai situasi mutahir pada masanya. Kumpulan rubrik Kompasiana yang
ditulis PK Ojong itu sendiri sudah dibukukan.
Ide pendirian Kompasiana berangkat dari dari fakta tidak semua jurnalis akrab dengan blog. Jangankan punya, membaca blog orang barangkali belum
pernah. Jadi, merupakan langkah maju dan terobosan tak terduga manakala sejumlah jurnalis Kompas menyatakan diri ingin menjadi bagian dari Kompasiana
dan bahkan sudah langsung mencurahkan pandangan dan gagasannya.
Pada tanggal 1 September 2008, Kompasiana mulai online sebagai blog jurnalis. Pada perjalanannya, Kompasiana berkembang menjadi Social Blog atau
blog terbuka bersama para jurnalis harian Kompas dan Kompas Gramedia KG serta beberapa orang penulis tamu dan artis. Antusiasme para blogger dan netizen
untuk ikut ngeblog di Kompasiana sangat besar sehingga dibuatkan satu menu khusus bernama Public. Pada 22 Oktober 2008, Kompasiana sebagai Social
Blog resmi diluncurkan.
Universitas Sumatera Utara
Dan baru satu tahun berjalan, Kompasiana telah mengalami perubahan besar-baik dari segi tampilan maupun format dan konsep keseluruhan. Dari sebatas
jaringan blog jurnalis menjadi sebuah bentukSocial Media baru yang bisa diakses dan dikelola oleh semua orang.
Kompasiana menampung beragam konten yang menarik, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan dari semua lapisan masyarakat dengan beragam latar
belakang budaya, hobi, profesi dan kompetensi. Keterlibatan warga secara masif ini diharapkan dapat mempercepat arus informasi dan memperkuat pondasi
demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kompasiana juga melibatkan kalangan jurnalis Kompas Gramedia dan para tokoh masyarakat,
pengamat serta pakar dari berbagai bidang, keahlian dan disiplin ilmu untuk ikut berbagi informasi, pendapat dan gagasan.
Di Kompasiana, setiap orang didorong menjadi seorang pewarta warga yang, atas nama dirinya sendiri, melaporkan peristiwa yang dialami atau terjadi di
sekitarnya. Tren Jurnalisme Warga Citizen Journalism seperti ini sudah mewabah di banyak negara maju sebagai konsekuensi dari lahirnya web 2.0 yang
memungkinkan masyarakat pengguna internet netizen menempatkan dan menayangkan konten dalam bentuk teks, foto dan video.
Kompasianer sebutan orang-orang yang beraktifitas di Kompasiana juga diberi kebebasan menyampaikan gagasan, pendapat, ulasan maupun tanggapan
sepanjang tidak melanggar ketentuan yang berlaku. Setiap konten yang tayang di Kompasiana menjadi tanggungjawab Kompasianer yang menempatkannya.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, Kompasiana menyediakan ruang interaksi dan komunikasi antar- anggota. Setiap Kompasianer bisa menjalin pertemanan dengan Kompasianer lain.
Mereka juga dapat berkomunikasi lewat email, komentar dan fitur interaktif lainnya.
Fasilitas dan fitur Kompasiana hanya bisa digunakan oleh pengguna internet yang telah melakukan registrasi di
www.kompasiana.comregistrasi .
Begitu proses registrasi selesai, pengguna akan mendapatkan blog pribadi dengan alamat http:kompasiana.comnamapengguna. Tanpa registrasi, pengguna hanya
bisa membaca konten Kompasiana.
Dengan beragam fitur dan fasilitas interaktif tersebut, Kompasiana yang
mengusung semangat berbagi dan saling terhubung sharing. connecting. telah
berwujud menjadi sebuah Social Media yang informatif, interaktif, komunikatif dan mencerahkan bagi setiap orang. sumber:
http:www.kompasiana.comabout
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metodologi Penelitian
Metode pada dasarnya adalah untuk mencapai tujuan. Menurut Nawawi 1995: 75 tujuan penelitian ini sebenarnya adalah untuk memecahkan masalah,
maka langkah – langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkanmelukiskan keadaan subjekobjek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain – lain pada saat sekarang berdasarkan
fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya Nawawi, 1995: 63.
III.2 Populasi
Polulasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda, hewan dan tumbuh – tumbuhan, gejala – gejala, peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian Nanawi, 1995: 141. Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU
stambuk 2008, 2009 dan 2010.
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.1 Jumlah Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Angkatan Populasi
2008 131 2009 125
2010 141 Total 397
Sumber : Bagian Pendidikan FISIP USU
III.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus FISIP Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofian No. 1 Kampus USU, Padang Bulan, Medan.
III.4 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi Nanawi, 1995: 144. Untuk penelitian ini besar sampel ditentukan berdasarkan rumus
Arikunto. Arikunto mengatakan jika jumlah populasi hanya berkisar 100 orang ke bawah maka sebaiknya jumlah sampel adalah jumlah keseluruhan populasi total
sampling, sehingga penelitiannya merupakan penelitiaan populasi, namun jika subjeknya besar, maka diambil antara 10 – 15 atau 20 – 25 dari jumlah
keseluruhan populasi Arikunto, 1998: 120. Dari pendapat Arikunto tersebut, maka peneliti mengambil sampel 25
dari jumlah keseluruhan populasi:
Universitas Sumatera Utara
n=25 x N Ket:
n= sampel N= jumlah keseluruhan populasi
Berdasarkan data yang ada, maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak: N=25 x 397
=99.25 = 99 orang Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 99
orang. Sedangkan untuk menentukan responden yang berhak menjadi sampel digunakan proporsional sampling. Penggunaan teknik ini memungkinkan untuk
memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap terpilih sebagai sampel Rakhmat, 2004 : 79.
Ket: n1 = Jumlah mahasiswa setiap stambuk
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan rumus di atas maka dapat dihitung sampel yang terpilih di setiap stambuk yaitu :
Tabel III.2 Perhitungan Sampel dari Setiap Angkatan
Angkatan Populasi Keterangan
Sampel Sampel
2008 131 33
2009 125 31
2010 141 35
Total 397 99
III.5 Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah: 1.
Proporsional sampling, penggunaan teknik ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih
sebagai sampel Rakhmat, 2004: 79. 2.
Purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan teknik yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan
sesuai kriteria – kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian Kriyantono, 2006: 154. Kriteria sampel yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah: a.
Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2008, 2009 dan 2010
Universitas Sumatera Utara
b. Pernah mengakses
WWW.Kompasiana.Com minimal 1 kali
.
III.6 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Angket Dilakukan dengan cara menyebarkan angket atau kuesioner yang telah
disusun untuk diisi oleh objek penelitian. Dan dari hasil angket tersebutlah yang menjadi data primer penelitian ini.
2. Observasi Mengamati subjek dengan menggunakan panca. Observasi merupakan
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya Bungin, 2009:115.
3. Penelitian Kepustakaan Peneltian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data
melaui literature dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku – buku,
literature serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literature dan sumber bacaan yang
mendukung penelitian.
Universitas Sumatera Utara
III.7 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah porses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan Singarimbun, 2006: 263. Data yang
diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dan diintrepetasikan.
III.7.1 Analisis Tabel Tunggal Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi – bagikan
variabel penelitian ke dalam kategori – kategori yang dilakukan atas dasar frekwensi dan presentase. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam
menganalisa data yang terdiri dari dua kolom, sejumlah frekwensi dan presentase untuk setiap kategori Singarimbun, 2006 : 226. Data – data yang terkumpul
diproses sesuai dengan tahapan – tahapan yang telah ditetapkan, kemudian ditabulasi dan dianalisis. Selanjutnya peneliti akan melakukan pembahasan dan
mengintrepetasikannya. III.7.2
Analisis Tabel Silang Teknik ini digunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang
satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif Singarimbun, 1995: 273.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian