Koreksi Anemia pada Pasien HD Reguler

penderita penyakit ginjal kronik baru yang memerlukan dialisis setiap tahunnya. 16 Kondisi ini menunjukkan pentingnya penanganan yang tepat terhadap penyakit ginjal kronik dan komplikasinya, termasuk anemia, untuk memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi morbiditas dan mortalitasnya. Anemia yang dijumpai pada 60 - 80 penderita penyakit ginjal kronik mempunyai efek langsung terhadap komplikasi kardiovaskuler berupa hipertrofi ventrikel kiri LVH, disfungsi sistolik ventrikel kiri, penyakit jantung koroner dan stroke. 3 Selain memperpanjang masa rawatan di rumah sakit, anemia pada penyakit ginjal kronik juga menurunkan kualitas hidup, meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. 3 Pada pemeriksaan status besi pasien – pasien anemia pada penyakit ginjal, awalnya dijumpai kadar serum iron, feritin serum, total iron binding capacity yang normal. 12 Pasien hemodialisis reguler dapat mengalami anemia defisiensi zat besi karena kehilangan darah. Namun bila sering mengalami transfusi darah, pasien biasanya beresiko untuk mengalami kelebihan zat besi yang dapat ditunjukkan oleh kadar feritin serum yang tinggi. 12 Studi oleh Hearnshaw dkk tahun 2006 di Inggris menunjukkan 28 dari populasi hiperferitinemia disebabkan oleh gagal ginjal dengan kadar rata-rata 1975 µgL. 17 Di Amerika diperkirakan hampir setengah dari pasien-pasien yang menjalani hemodialisis memiliki feritin serum 500 ngml. 2 Kasus paling banyak umumnya terjadi ketika penggunaan EPO masih sedikit dan transfusi darah masih dominan digunakan dalam penatalaksanaan anemia.

2.4. Koreksi Anemia pada Pasien HD Reguler

Berdasarkan US National Kidney Foundation NKF-KDOQI penanganan anemia pada penyakit ginjal kronik diindikasikan bila kadar hemoglobin 12 grdl pada laki-laki dewasa dan 11 grdl pada wanita dewasa dengan target Hb yang harus dicapai 11-12 grdl. 3 Modalitas terapi yang tersedia meliputi EPO, terapi pengganti ginjal atau transplantasi ginjal dan transfusi PRC. 3 Sebelum pemakaian EPO secara massal, sekitar 75 pasien – pasien Universitas Sumatera Utara penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis memiliki kadar hematokrit 30 dimana sekitar 15-25 memerlukan transfusi sel darah merah secara periodik. Pemakaian EPO pada pasien-pasien HD regular yang memerlukan transfusi darah di Amerika menunjukkan penurunan kebutuhan transfusi yang signifikan. Median kebutuhan transfusi Packed Red Cell PRC per pasien per tahun turun dari 14 pada tahun 1987-1988 menjadi 11 pada tahun 1989, saat EPO mulai digunakan di Amerika. 18 Dan menjadi 2 per pasien per tahun pada tahun 1990. 18 Pasien yang tidak memerlukan transfusi darah meningkat setelah pemakaian EPO dari 34 tahun 1989 menjadi 69 tahun 1990. 18 Sejalan dengan itu, studi yang dilakukan oleh Ibrahim dkk tahun 2008 menunjukkan penurunan jumlah transfusi pada pasien HD regular lebih dari 2x lipat dari tahun 1992-2005, yaitu 535,331000 pasientahun tahun 1992 menjadi 263,651000 pasientahun tahun 2005. 19 Di Indonesia sendiri, meskipun sudah mulai dipasarkan sejak tahun 1985 dan terbukti efektif mengatasi anemia pada penyakit ginjal kronis, penggunaan EPO masih tidak sebanyak di negara maju. 5 Hal ini terutama karena harganya yang sangat mahal, sehingga transfusi sel darah merah meskipun telah diketahui banyak memiliki kekurangan sebagai pilihan terapi, masih cukup banyak digunakan untuk mengatasi anemia pada pasien – pasien hemodialisis reguler. 1,3,20 Pada pasien-pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis reguler, transfusi darah biasanya dilakukan durante hemodialisis untuk menghindari kelebihan cairan dalam tubuh. Beberapa komplikasi yang dapat muncul karena transfusi darah adalah alergi, reaksi hemolitik, penularan penyakit seperti hepatitis B dan C, dan kelebihan kadar besi dalam tubuh. 3,22,23 Dari beberapa studi yang telah dilakukan dijumpai korelasi positif antara cadangan besi sumsum tulang dengan banyaknya transfusi darah pada pasien yang menjalani hemodialisa. 14,21,23 Setiap unit eritrosit yang ditransfusikan mengandung kira-kira 200-250 mg zat besi untuk setiap unit darah yang ditransfusikan. 12,24 Selain itu pada pasien – pasien Universitas Sumatera Utara yang rutin mendapatkan transfusi darah, pemberian 2-3 unit eritrosit setiap bulan akan menyebabkan penumpukan zat besi sekitar 6-10 gr setiap tahunnya di tubuh penderita. 12 Hal ini menunjukkan bahwa resiko pasien – pasien penyakit ginjal kronik yang mendapat transfusi darah untuk mengalami kelebihan zat besi atau hemosiderosis sangat tinggi.

2.5 Pengaruh Kelebihan Zat Besi pada Pasien HD Reguler