ANALISIS DETERMINAN KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL DI PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi di Indonesia tahun 2011- 2015)

(1)

ANALISIS DETERMINAN KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL DI PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi di Indonesia tahun 2011- 2015) DETERMINANT ANALYSIS OF INTERNAL CONTROL WEAKNESSES

IN LOCAL GOVERNMENT

(The Empirical Study on The Provincial Government in 2011- 2015)

Disusun Oleh: HALIM SRI SUPROBO

20130420373

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

DETERMINANT ANALYSIS OF INTERNAL CONTROL WEAKNESSES IN LOCAL GOVERNMENT

(The Empirical Study on The Provincial Government in 2011- 2015) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: HALIM SRI SUPROBO

20130420373

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Halim Sri Suprobo Nomor Mahasiswa : 20130420373

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS DETERMINAN

KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL DI PEMERINTAH

DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi di Indonesia tahun 2011- 2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 23 Januari 2017


(4)

vi

MOTTO

“Man Jadda Wa Jadda”

(Barang siapa yang bersungguh- sungguh akan mendapatkannya)

When you belive in a thing, believe in it all the way, implicity and unquestionable (Walt Disney)

Katakanlah yang sebenarnya walaupun pahit (HR. Ibnu Hibban)

Kesuksesan berbanding lurus pada tindakan yang dilakukan (Halim Sri Suprobo)

Kecerdasan bukanlah tolak ukur kesuksesan, tetapi dengan menjadi cerdas kita bisa menggapai kesuksesan

-anonim-

Education is the most powerful weapon which you can use to change the world (Nelson Rolihlahla Mandela)


(5)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Kedua orang tuaku tercinta (Drs. Suwarto & Taslimah, S.Pd.AUD)

Serta almamaterku Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang Unggul & Islami, Muda Mendunia


(6)

x

KATA

PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, penulis ucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kemudahan, kesehatan, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS DETERMINAN

KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL DI PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi di Indonesia tahun 2011- 2015)”.

Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar sarjana S1 Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi pemerintah dalam menjalankan pemerintahan dan memberikan kontribusi ide dan referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya.

Penulisan dan penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik dan lancar tanpa adanya motivasi, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak- banyaknya kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Nano Prawoto, M.Si.

2. Kepala Program Studi Akuntansi Dr. Ietje Nazaruddin, Dra., M.Si.

3. Bapak Rizal Yaya, Ph.D., M.Sc., Ak, CA selaku ketua tim penguji dan sekaligus Dosen Pembimbing yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, nasihat, teguran, dukungan, motivasi, berdiskusi dan memberikan pengarahan dalam penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Rudy Suryanto, S.E., M.Acc., Akt dan Bapak Sigit Arie Wibowo, S.E., M.Sc., Ak., CA selaku anggota tim penguji.


(7)

xi

5. Seluruh dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Semua karyawan dan staf Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

7. Ayahanda Drs. Suwarto dan Ibunda Taslimah, S.Pd.AUD dan Adikku Hany Setyo Prastowo yang selalu memberikan nasihat, bimbingan, perhatian, cinta dan kasih sayang, doa yang selalu terucap tiada henti untuk penulis serta dukungan baik moril maupun materil.

8. Keluarga besar Alm.Simbah Amat Sumitro dan Simbah Ngali yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis.

9. Sahabat- sahabatku SWEETHEART dan Gilang yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa yang tidak pernah putus demi kesuksesan penulis, Adeng, Indica, Rina dan Fika. Terimakasih sudah menemani dan memberikan keceriaan di hari libur dan hari padat penulis.

10. Kelompok yang dipertemukan di kelas I dengan segala keunikannya yang menamai diri mereka Geng-Ten yang selalu menemani dan membantu saat menyusun skripsi, Deni, Daniar, Epik, Pepet, Mbak Ani, Ditha, Mbak Syam, Amelia dan Azkia.

11. Sahabat dan teman- teman SMA ku yang selama ini mendukungku, Yanuarika Rizki Answastari, Indah Maya Cornellya, Hesti Setyaningsih dan Annisa Mei Stiarti.

12. Terimakasih untuk Ayu Dewi Ratnasari yang dengan baik hati selalu menjawab pertanyaan- pertanyaanku dan berbagi informasi di jam berapapun. 13. Semua anggota KKN 34 Akuntansi- HI yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam proses penulisan skripsi, Bernanda, Regina, Latif, Nia, Ranita, Fizka, Fredha, Amel, Danik, Ucup, Ajoe, Finta, Fista dan Alfian.

14. Teman- teman akuntansi 2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu- satu yang selalu berbagi semua informasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.


(8)

xii

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik, saran, masukan yang membangun dari berbagai pihak serta pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk perbaikan karya tulis ini di masa mendatang.

Yogyakarta, 23 Januari 2017


(9)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Penelitian ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

1. Teori Stewardship ... 10

2. Teori Akuntabilitas ... 11

3. Pengendalian Internal ... 13

4. Sumber daya Manusia ... 17

5. E- Governmnet ... 19

B. Hasil Penelitian Terdahulu Dan Penurunan Hipotesis ... 21

1. Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah ... 21

2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah ... 23


(10)

xiv

3. Pengaruh Kompleksitas Pemerintah Daerah terhadap Kelemahan

Pengendalian Internal Pemerintah Daerah ... 25

4. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah ... 26

5. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi (e-Government) terhadap Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah . 28 C. Model Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Subjek Penelitian ... 30

B. Jenis dan Sumber Data ... 30

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

1. Variabel Dependen (Y) ... 33

2. Variabel Independen (X) ... 34

F. Uji Kualitas Data ... 37

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 37

2. Uji Asumsi Klasik ... 37

G. Pengujian Hipotesis dan Analisis Data ... 40

1. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 40

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 41

3. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 41

4. Analisis Regresi Berganda ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 43

B. Uji Kualitas Data ... 44

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 44

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 46

C. Hasil Penelitian ... 51

1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 51

2. Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F) ... 52

3. Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 53


(11)

xv

D. Pembahasan ... 55

1. Pengaruh ukuran pemerintah daerah terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah ... 55

2. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah ... 56

3. Pengaruh kompleksitas pemerintah daerah terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah ... 57

4. Pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah ... 58

5. Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah ... 59

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN ... 61

A. SIMPULAN ... 61

B. IMPLIKASI ... 62

C. KETERBATASAN ... 63

D. SARAN ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(12)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ... 43

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 45

Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ... 48

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 49

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 50

Tabel 4.6 Hasil Uji Glejser ... 50

Tabel 4.7 Hasil Adjusted R2 ... 51

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F ... 52


(13)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Temuan BPK atas Kasus Kelemahan SPI ... 3

Gambar 1.2 Komposisi Kelemahan SPI atas Pemeriksaan LKPD ... 4

Gambar 3.1 Model Penelitian ... 29


(14)

(15)

(16)

viii

kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah provinsi di Indonesia. Subjek dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah provinsi di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 83 sampel yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan adalah SPSS versi 22. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ukuran pemerintah daerah dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan negatif terhadap kelemahan pengendalian internal. Kompleksitas pemerintah daerah dan kualitas sumber daya manusia berpengaruh signifikan positif terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah.

Kata kunci :

Ukuran Pemerintah Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Kompleksitas Pemerintah Daerah, Indeks Pembangunan Manusia, Pemeringkatan e-Government.


(17)

ix

ABSTRACT

This study aims to examine and analyze the influence of the size of local government, economic growth, the complexity of local government, the quality of human resources and the utilization of information technology on internal control weaknesses of provincial government in Indonesia. Subjects in this study is the provincial government in Indonesia. The sample used in this study amounted to 83 samples, selected using purposive sampling method. The analytical tool used was SPSS version 22. The data were analyzed using multiple regression models.

Based on data analysis that has been done shows that the size of the local government and the use of information technology negative significant effect on internal control weaknesses. The complexity of local government and the quality of human resources significant positive effect on internal control weaknesses of local government. While economic growth does not affect the internal control weaknesses of local government.

Keywords :

Local Government Size, Economic Growth, Complexity Local Government, Human Development Index, e-Government Ranking.


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Adanya tuntutan dan kebutuhan era globalisasi, perwujudan kepemerintahan yang baik (good governance), upaya pemulihan ekonomi daerah dan nasional serta pemulihan kepercayaan baik secara lokal, nasional maupun internasional terhadap pemerintah Indonesia, mengharuskan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis salah satunya melalui pengendalian internal (Sembiring, 2009).

Pengendalian internal sangat diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengendalian berfungsi sebagai aturan dalam menjalankan tata kelola suatu organisasi. Tata kelola yang baik dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi anggaran yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu, tanggung jawab pihak- pihak yang terlibat dalam suatu organisasi ketika menjalankan wewenang dan kewajibannya turut menentukan baik buruknya kinerja organisasi tersebut.

Organisasi kepemerintahan seperti pemerintah daerah juga membutuhkan pengendalian internal untuk menjalankan tugasnya dalam rangka memberikan pelayanan bagi masyarakat. Pelayanan yang diberikan untuk masyarakat ini bertujuan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Pada akhirnya pengendalian internal yang berjalan dengan baik akan berimplikasi pada terciptanya good governance.


(19)

2

Peraturan mengenai pengendalian internal telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Repubik Indonesia Nomor 60 tahun 2008 tentang Pengendalian Internal Pemerintah. Peraturan tersebut merupakan tindak lanjut dari Undang- Undang (UU) Pasal 5 ayat 2 dan Undang-Undang (UU) Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 58. Undang- Undang (UU) Pasal 5 ayat 2 menyatakan bahwa Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang- undang sebagaimana mestinya. Sedangkan Undang-Undang (UU) Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 58 menyebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian internal di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.

Pengendalian internal merupakan fokus utama dari perubahan peraturan Sarbanes- Oxley. Akan tetapi, penelitian empiris pada faktor- faktor penentu kualitas pengendalian internal sebelum Sarbanes- Oxley sangat terbatas (Doyle, Ge dan McVay, 2007). Selain itu, hasil penelitian sebelumnya tidak konsisten antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain. Hal ini membuktikan bahwa pengendalian internal merupakan isu yang menarik untuk diteliti. Berikut ini adalah riwayat jumlah temuan BPK atas kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Internal tahun 2011- 2015 yang dirangkum dalam Gambar 1.1.


(20)

Sumber: IHPS I tahun 2012- 2016

Gambar 1.1 Jumlah Temuan BPK atas Kasus Kelemahan SPI

Gambar 1.1 diatas menunjukkan bahwa kasus kelemahan sistem pengendalian internal mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan kurangnya peran semua pihak dalam mendukung pengimplementasian pengendalian internal supaya dapat berjalan dengan efektif. Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) yang diterbitkan oleh BPK pada semester I tahun 2016 menghasilkan 10.198 temuan yang terdapat 15.568 permasalahan, yang meliputi 7.661 (49%) permasalahan kelemahan SPI dan 7.907 (51%) permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan senilai Rp 44,68 triliun. Berdasarkan permasalahan ketidakpatuhan itu terdapat sebanyak 4.762 (60%) merupakan permasalahan berdampak finansial senilai Rp 30,62 triliun. Selain itu, terdapat 3.145 (40%) permasalahan ketidakpatuhan yang tidak berdampak finansial, terdiri atas 2.985 (95%) penyimpangan administrasi dan 160 (5%)

5036 5307

5948

7544 7661


(21)

4

ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan senilai Rp 14,06 triliun.

Hasil pemeriksaan BPK terhadap 533 LKPD menghasilkan temuan sebanyak 6.150 permasalahan kelemahan SPI yang terdiri dari permasalahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, dan kelemahan struktur pengendalian intern. Komposisi ketiga permasalahan SPI tersebut disajikan pada Gambar 1.2.

Sumber: IHPS I 2016

Gambar 1.2 Komposisi Kelemahan SPI atas Pemeriksaan LKPD

Demi tercapainya kepatuhan peraturan, maka pemerintah membutuhkan peranan lembaga pengawasan. Salah satu lembaga yang bertugas untuk

Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan; 38%

Kelemahan sistem pengendalian

pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja; 40%

Kelemahan struktur pengendalian


(22)

memeriksa dan mengawasi jalannya pengendalian internal organisasi pemerintah adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kriteria yang digunakan oleh BPK untuk menilai kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah meliputi tiga aspek, yaitu: kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja serta kelemahan struktur pengendalian internal. Akan tetapi, keberhasilan implementasi pengendalian internal pemerintah tidak hanya dipengaruhi oleh adanya lembaga pengawas tetapi karakteristik pemerintah daerah seperti ukuran pemerintah daerah, pertumbuhan ekonomi, kompleksitas pemerintah daerah, kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (e-government).

Beberapa peneliti terdahuhu telah meneliti mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kelemahan pengendalian internal. Hasil dari penelitian Doyle, Ge dan McVay (2007) menemukan bahwa ukuran berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal. Sedangkan menurut Putri dan Mahmud (2015) ukuran pemerintah daerah berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah. Hasil penelitian Hartono, Mahmud dan Utaminingsih (2014) menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah.

Hasil penelitian Doyle, Ge dan McVay (2007) menemukan bahwa kompleksitas yang diukur dengan menggunakan angka dari laporan tujuan


(23)

6

khusus entitas, laporan segmen, dan translasi mata uang asing memiliki pengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal. Penelitian Nafidah (2011) menghasilkan temuan berupa kualitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap sistem pengendalian internal. Hasil penelitian Yamin dan Sutaryo (2015) menyatakan bahwa penggunaan TIK yang diukur dengan pemeringkatan e-Government tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS DETERMINAN KELEMAHAN

PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH” dengan

periode penelitian tahun 2011- 2015. Penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian Nurwati dan Trisnawati (2015), Saputro dan Mahmud (2015), Putri dan Mahmud (2015) serta Jaya (2013). Penelitian- penelitian yang telah dilakukan sebelumnya masih memiliki banyak keterbatasan dan hasil yang tidak konsisten. Keterbatasan dari penelitian sebelumnya adalah hanya menggunakan data financial sebagai variabel independen penyebab kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah. Selain itu sampel yang dipakai rata- rata menggunakan Kabupaten/ Kota di Indonesia dengan periode penelitian dua tahun.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan data nonfinancial sebagai variabel independen yaitu variabel kualitas sumber daya manusia yang diukur dengan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dan variabel pemanfaatan teknologi informasi (e-government) yang


(24)

diukur dengan PeGI. Nilai Adjusted R2 pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian Kristanto (2009) hanya sebesar 8,4%, penelitian Nurwati dan Trisnawati (2015) sebesar 19,7% serta penelitian Yamin dan Sutaryo (2015) sebesar 40,2%. Sedangkan penelitian ini memiliki Adjusted R2 sebesar 86,0 %. Selain itu, peneliti juga memperpanjang periode penelitian menjadi lima tahun dengan sampel Pemerintah Daerah Provinsi di Indonesia.

B. Batasan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis membatasi pembahasan untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini. Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh variabel ukuran pemerintah daerah, pertumbuhan ekonomi, kompleksitas pemerintah daerah, kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah provinsi di Indonesia periode 2011- 2015.

C. Rumusan Masalah

Penelitian ini akan membahas mengenai analisis determinan kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Apakah ukuran Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian internal Pemerintah Daerah?

2. Apakah pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian internal Pemerintah Daerah?


(25)

8

3. Apakah kompleksitas Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian internal Pemerintah Daerah?

4. Apakah kualitas sumber daya manusia berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian internal Pemerintah Daerah?

5. Apakah pemanfaatan teknologi infomasi (e-government) berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian internal Pemerintah Daerah?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh bukti empiris apakah ukuran Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian internal Pemerintah Daerah.

2. Untuk memperoleh bukti empiris apakah pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian internal Pemerintah Daerah.

3. Untuk memperoleh bukti empiris apakah kompleksitas Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian internal Pemerintah Daerah.

4. Untuk memperoleh bukti empiris apakah kualitas sumber daya manusia berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian internal Pemerintah Daerah.


(26)

5. Untuk memperoleh bukti empiris apakah pemanfaatan teknologi informasi (e-government) berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian internal Pemerintah Daerah.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai gambaran dan kontribusi konseptual bagi mahasiswa untuk mengetahui fenomena yang terjadi di dalam pemerintah daerah.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti yaitu untuk memperluas wawasan peneliti sekaligus sebagai sarana untuk mengembangkan daya pikir ilmiah, intelektual dan rasional.

b. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca mengenai analisis determinan kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur peneliti untuk penelitiannya.

c. Bagi Pemerintah

Melalui hasil penelitian ini, peneliti mengharapkan pemerintah dapat mengkaji dan menilai kembali hal- hal yang dapat menyebabkan kelemahan pengendalian internal.


(27)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Stewardship

Donaldson dan Davis (1991) dalam penelitiannya berpendapat mengenai teori Stewardship yang menyatakan bahwa:

“Stewardship theory holds that there is no inherent, general problem of executive motivation. Given the absence of an inner motivational problem among executives, there is question of how far executives can achieve the good corporate performance to which they aspire.”

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa dalam teori stewardship tidak ada motivasi eksekutif yang melekat. Sehingga sering muncul pertanyaan tentang seberapa jauh eksekutif dapat mencapai kinerja organisasi yang baik seperti yang dicita- citakan. Oleh karena itu steward akan bertindak sesuai dengan keinginan pemilik demi tercapainya tujuan pemerintah.

Berdasarkan teori stewardship, manajer akan bertindak, berperilaku dan bekerja sesuai dengan tujuan kepentingan bersama. Sama halnya pada pemerintahan daerah, menurut teori ini pemerintah yang bertindak sebagai pelaksana pemerintahan akan berperilaku dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tujuan kepentingan bersama yaitu untuk kepentingan rakyat. Kemudian apabila ada perbedaan kepentingan antara steward dan pemilik maka steward akan berusaha bekerja sama daripada melawannya, karena steward merasa berperilaku sesuai dengan perilaku pemilik untuk mencapai tujuan bersama adalah pertimbangan yang logis dikarenakan steward lebih


(28)

memperhatikan usaha untuk mencapai tujuan pemilik. Teori stewardship menyatakan hubungan yang kuat antara keberhasilan organisasi dengan kepuasan pemilik. Pemerintah akan menjalankan kewajibannya untuk memenuhi kepentingan rakyat. Ketika keinginan rakyat sudah terpenuhi dengan baik, maka rakyat selaku pemilik akan merasa puas dengan kinerja pemerintah. Apabila hal ini tercapai, mencerminkan bahwa pengendalian internal yang ada dalam pemerintah sudah berjalan dengan baik dan tujuan organisasi telah tercapai secara optimal.

2. Teori Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan konsep yang lebih luas dari stewardship. Stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu aktivitas secara ekonomis dan efisien tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan accountability mengacu pada pertanggungjawaban oleh steward kepada pemberi tanggung jawab (Mardiasmo, 2002). Oleh karena itu, akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban antara satu pihak dengan pihak yang lain.

“Accountability involves an actor or agent in a social context who potentially is subject to observation and evaluation by some audience(s).” (Frink dan Klimoski, 2004).

Berdasarkan kutipan tersebut maka dapat diketahui bahwa akuntabilitas melibatkan aktor atau agen dalam konteks sosial yang akan dievaluasi oleh beberapa pengamat.

Akuntabilitas adalah suatu kewajiban atau keharusan untuk memberikan pertanggungjawaban mengenai penjelasan kinerja beserta


(29)

12

tindakan pimpinan pada suatu organisasi kepada pihak yang memiliki wewenang dan hak untuk memperoleh keterangan pertanggungjawaban (Faridah dan Suryono, 2015). Akuntabilitas mengharuskan organisasi untuk memberikan penjelasan dan rincian mengenai semua hal yang telah terjadi dalam organisasi tersebut. Penjelasan dan rincian yang diberikan oleh organisasi tersebut ditujukan sebagai bentuk pertanggungjawaban organisasi kepada pihak yang memiliki wewenang. Menurut Riyanto (2015), akuntabilitas merupakan perwujudan atas kewajiban dalam bentuk pertanggungjawaban sesorang maupun organisasi yang telah diberikan amanah untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Organisasi tersebut memberikan pertanggungjawaban mengenai pengelolaan dan pengendalian sumber daya beserta pelaksanaan kebijakan secara efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan teori akuntabilitas maka dapat diketahui bahwa organisasi diberi kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban mengenai pengendalian sumber daya yang digunakan organisasi. Adanya pengendalian yang baik memungkinkan organisasi untuk memberikan pertanggungjawaban yang lebih baik dan relevan dengan keadaan yang sebenarnya. Ketika pengendalian internal suatu organisasi berjalan dengan baik, maka pertanggungjawaban yang akan diberikan oleh organisasi juga akan lebih baik dibandingkan organisasi yang memiliki pengendalian internal lemah.


(30)

3. Pengendalian Internal

Committee of Sponsoring Organization of The Tread way Commission (COSO) menyatakan bahwa:

“Internal control is a process, effected by an entity’s directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives relating to operations, reporting, and compliance.”

Definisi tersebut berarti bahwa pengendalian internal adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan operasi, pelaporan dan pemenuhan peraturan. Pengendalian internal yang baik akan berimplikasi terhadap efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian efektivitas tersebut dapat terealisasi ketika semua pihak yang berada dalam suatu organisasi saling bekerja sama. Selain itu, pihak- pihak tersebut juga harus bertanggungjawab atas tugas dan wewenangnya.

Pengendalian Internal menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Internal yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sistem Pengendalian


(31)

14

Internal dalam penerapannya harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah tersebut. Hal tersebut perlu diperhatikan mengingat sistem pengendalian internal merupakan sesuatu yang sangat penting terhadap tercapainya tujuan organisasi. Sistem pengendalian internal ini berperan sebagai kontrol atas semua tindakan dan keputusan yang akan dibuat oleh organisasi.

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, terdiri atas unsur:

a. Lingkungan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian internal dan manajemen yang sehat.

b. Penilaian Risiko

Pengendalian internal harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam. Penilaian risiko diawali dengan penetapan maksud dan tujuan Instansi Pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat instansi maupun pada tingkat kegiatan. Selanjutnya Instansi Pemerintah mengidentifikasikan secara efisien dan efektif risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam maupun luar instansi. Pimpinan


(32)

Instansi Pemerintah merumuskan pendekatan manajemen risiko dan kegiatan pengendalian risiko yang diperlukan untuk memperkecil risiko. c. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian terdiri atas:

1) Review atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan; 2) Pembiaan sumber daya manusia;

3) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; 4) Pengendalian fisik atas aset;

5) Penetapan dan review atas indikator dan ukuran kinerja; 6) Pemisahan fungsi;

7) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

8) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; 9) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

10) Akuntabiltas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan

11) Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Internal serta transaksi dan kejadian penting.

d. Informasi dan Komunikasi

Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Instansi Pemerintah harus memiliki informasi keuangan maupun nonkeuangan, yang berhubungan


(33)

16

dengan peristiwa- peristiwa eksternal serta internal. Informasi tersebut harus direkam dan dikomunikasikan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan lainnya di seluruh Instansi Pemerintah yang memerlukannya dalam bentuk serta dalam kerangka waktu, yang memungkinkan yang bersangkutab melaksanakan pengendalian internal dan tanggungjawab operasional.

e. Pemantauan Pengendalian Internal

Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dari review lainnya dapat segera ditindaklanjuti. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, review dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Internal yang dapat dilakukan oleh aparat pengawasan internal pemerintah atau pihak eksternal pemerintah.

Lembaga yang bertugas untuk memeriksa dan mengawasi jalannya pengendalian internal organisasi pemerintah adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Kriteria yang digunakan oleh BPK untuk menilai kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah meliputi tiga aspek, yaitu:

a. Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi dan Pelaporan 1) Pencatatan belum dilakukan atau tidak akurat


(34)

2) Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan

3) Sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai

4) Sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang memadai

5) Entitas terlambat menyampaikan laporan

b. Kelamahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

1) Penyimpangan terhadap peraturan pendapatan dan belanja 2) Perencanaan kegiatan tidak memadai

3) Pelaksanaan kebijakan mengakibatkan hilangnya potensi penerimaan 4) Mekanisme pengelolaan penerimaan negara dan hibah tidak sesuai

ketentuan

5) Pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBN/ APBD c. Kelemahan Struktur Pegendalian Internal

1) SOP belum disusun 2) SOP tidak ditaati

3) Satuan pengawas intern tidak optimal

4) Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai 4. Sumber daya Manusia

Kualitas sumber daya manusia memiliki peran penting pada perwujudan pengendalian internal yang baik. Pentingnya peran sumber daya manusia ini juga dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern


(35)

18

Pemerintah. Sistem Pengendalian Internal dalam Peraturan Pemerintah ini dilandasi pada pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Internal melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak. Khan et al. (2011) memiliki pendapat terkait sumber daya manusia, yaitu:

“Focused approach on internal service quality considering because the important dimensions of human resource management. The world realize that employees are because of all development in the organizations and we must consider them the main pillars of outcomes and they should be properly placed in the organization along with conducive environment which enables them to come up with full invoke potentials to augment organizational performance in productive way.” Pernyataan tersebut berarti bahwa fokus utama dalam kualitas layanan internal terdapat pada manajemen sumber daya manusia. Karyawan adalah penyebab dari semua pembangunan di organisasi yang harus dipertimbangkan keberadaannya. Oleh karena itu, karyawan tersebut harus ditempatkan pada tempat yang seharusnya atau pada bidang yang sesuai dengan kompetensinya. Hal ini bertujuan supaya karyawan tersebut dapat bekerja lebih produktif sesuai dengan potensi yang mereka miliki.

Irianto (2011) berpendapat bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu komponen penting dalam pengendalian internal pemerintah daerah. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas hidup sumber daya manusia. Menurut Subri (2014), peningkatan kualitas hidup sumber daya manusia terlihat dari peningkatan produktivitas tenaga kerja yang dilaksanakan dengan peningkatan kemampuan, disiplin, etos kerja produktif, sikap kreatif dan inovatif serta membina lingkungan hidup,


(36)

lingkungan kerja yang sehat untuk memacu prestasi. Peningkatan kualitas hidup sumber daya manusia ini bertujuan demi tercapainya sumber daya manusia yang berkompeten.

. Sumber daya manusia dapat dihitung dengan menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), IPM dapat menerangkan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Selain itu, IPM juga merupakan indikator yang penting untuk mengukur tingkat keberhasilan mengenai upaya membangun kualitas kehidupan manusia baik masyarakat maupun penduduk.

Indikator pembentuk indeks pembangunan manusia yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan dan standar hidup layak. Berdasarkan tiga dimensi tersebut, diturunkan empat indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM, yaitu angka harapan hidup saat lahir (AHH), rata- rata lama sekolah, harapan lama sekolah dan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita.

5. E- Governmnet

Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi sangatlah pesat. Perkembangan tersebut terbukti dari banyaknya inovasi teknologi yang semakin memudahkan pengguna dengan fitur- fitur yang memadai dan lengkap. Oleh karena itu, akses informasi yang di butuhkan dapat di dapatkan dengan mudah dan cepat. Selain mendapatkan informasi, pengguna juga dapat memanfaatkan teknologi sebagai sarana komunikasi


(37)

20

dengan orang lain. Kesimpulannya dengan adanya teknologi, seseorang tidak hanya mendapatkan informasi dengan cepat tetapi juga akan mendapatkan kemudahan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sudah sewajarnya diterapkan di organisasi publik. Melalui teknologi proses pelayanan organisasi publik diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Proses pemanfaatan teknologi informasi adalah sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan supaya lebih efisien. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang merujuk pada penggunaan komputer dalam prosedur pelayanan yang diselenggarakan oleh organisasi pemerintah disebut dengan istiah e-government (Jaya, 2013). E-government memiliki tujuan supaya hubungan dalam tata pemerintahan (governance) yang melibatkan pemerintah, masyarakat dan pebisnis dapat berjalan efektif.

Perintah untuk menjalankan e-government tercantum dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Berdasarkan instruksi tersebut tujuan pengembangan e-government adalah sebagai upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Dengan


(38)

demikian, pemerintah harus segera melakukan transformasi menuju e-government.

Melalui transformasi tersebut, pemerintah dapat memperoleh kemudahan dalam mengorganisir instansi- instansi pemerintah yang saling terkait satu sama lain. Pemerintah juga dapat meminimalisir praktik maladministrasi1 sehingga seluruh lembaga negara, dunia usaha, masyarakat dan pihak- pihak berkepentingan lainnya dapat memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal.

B. Hasil Penelitian Terdahulu Dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah

Ukuran dalam sebuah organisasi digunakan sebagai suatu skala ukur untuk dapat diklasifikasikan seberapa besar atau kecil organisasi tersebut (Saputro dan Mahmud, 2015). Ukuran merupakan seberapa besar atau seberapa kecil objek yang akan diukur. Apabila objek dikaitkan dengan organisasi, maka secara sederhana kita akan berpikir jika ukuran suatu organisasi dapat dilihat dari fisik luar sebuah organisasi. Penentuan untuk menilai ukuran (size) perusahaan dapat didasarkan pada total aset yang dimiliki perusahaan (Kusuma, 2005). Aset dapat digunakan untuk menilai

1Perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateril bagi masyarakat dan orang perseorangan (UU No. 37 Tahun 2008 Bab I Pasal 1 Angka 3).


(39)

22

ukuran organisasi dikarenakan aset digunakan untuk menjalankan aktivitas operasional organisasi.

Ukuran pemerintah daerah menunjukkan seberapa besar ruang lingkup pemerintahan tersebut. Ukuran pemerintah daerah dapat ditentukan dari jumlah aset yang dimiliki pemerintah. Apabila total aset yang dimiliki pemerintah banyak maka dapat diasumsikan bahwa ukuran pemerintah tersebut besar. Pemerintah daerah yang memiliki aset yang besar dituntut untuk melakukan pengendalian internal yang baik sebagai bentuk tanggungjawab kepada masyarakat. Semakin besar ukuran pemerintahan maka akan semakin kompleks tanggungjawab yang harus di tanggung oleh pemerintah. Ketika pemerintah memiliki total aset yang besar, maka pengelolaan aset tersebut juga akan semakin rumit. Akibatnya sistem pengendalian internal pemerintah akan menjadi lemah.

Penelitian Putri dan Mahmud (2015) menemukan bahwa ukuran pemerintah daerah berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah. Hal ini berarti bahwa semakin besar ukuran pemerintah maka kelemahan pengendalian internal akan semakin kecil. Berbeda dengan hasil penelitian Kristanto (2009) yang menemukan ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah. Artinya pemerintahan yang memiliki aset tinggi justru memiliki kelemahan pengendalian internal yang tinggi.

Ukuran pemerintah menentukan kualitas pengendalian internal. Apabila ukuran pemerintah semakin besar maka pengendalian internal


(40)

pemerintah daerah akan melemah. Hal ini terjadi karena ukuran pemerintah yang besar akan menyebabkan pengendalian internal yang harus dilakukan semakin rumit. Rumitnya pengendalian ini disebabkan terdapat lebih banyak hal yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Semakin besar ukuran suatu pemerintahan maka semakin kompleks masalah yang dihadapi. Sebaliknya pengendalian internal pemerintah daerah akan berjalan efektif apabila ukuran pemerintah tersebut kecil. Berdasarkan logika tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Ukuran pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap

kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah.

2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah

Menurut Arifin (2011) Produk Domestik Bruto (PDB) atau disebut Gross Domestic Product dalam bahasa inggris, merupakan salah satu indikator penting untuk dapat mengetahui keadaan ekonomi dalam suatu negara di saat periode tertentu. Pengukur keadaan ekonomi suatu daerah Provinsi, Kabupaten atau Kota, adalah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto/Gross Domestic Regional Product). PDRB dapat didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang didapatkan dari seluruh unit usaha pada suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang beserta jasa akhir yang diperoleh dari semua unit ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto yang terjadi akibat dari seluruh sektor perekonomian di sebuah daerah. Nilai tambah sendiri dapat


(41)

24

diartikan sebagai nilai yang ditambahkan antara faktor produksi serta bahan baku pada proses produksi.

Hasil penelitian Putri dan Mahmud (2015) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Pemerintah Daerah tidak memiliki pengaruh terhadap pengendaian internal Pemerintah Daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu memiliki kelemahan pengendalian yang tinggi juga, begitu pula sebaliknya. Berbeda dengan hasil penelitian Doyle, Ge dan McVay (2007), yang menunjukkan bahwa pertumbuhan yang diukur dengan pengeluaran untuk merger dan akuisisi serta kecepatan pertumbuhan atas penjualan berpengaruh positif signifikan terhadap kelemahan pengendalian internal.

Berlawanan dengan penelitian Hartono, Mahmud dan Utaminingsih (2014) menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kelemahan pengandalian internal pemerintah daerah. Artinya ketika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi pada pemerintah daerah maka akan mengurangi jumlah kasus terhadap kelemahan pengendalian intern. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah daerah sudah bisa mengatur atau memanajemen pemerintah daerahnya agar mengurangi terjadinya masalah pengendalian internal. Selain itu, pemerintah daerah juga memperbaiki kualitas pengendalian internnya.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat menunjukkan adanya pengendalian internal pemerintah daerah yang berjalan dengan baik. Pertumbuhan


(42)

ekonomi yang semakin meningkat akan menyebabkan implementasi pengendalian internal yang semakin baik pula. Karena semakin baik tingkat pengendalian internal pemerintah daerah maka akan mengakibatkan semakin pesat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu, dapat dirumuskan hipotesis berikut:

H2 : Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap kelemahan

pengendalian internal pemerintah daerah.

3. Pengaruh Kompleksitas Pemerintah Daerah terhadap Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah

Kompleksitas pemerintah daerah dapat dilihat dari beberapa hal. Salah satunya dapat dilihat melalui jumlah kecamatan yang digunakan untuk mengukur seberapa kompleks pemerintah daerah tersebut. Semakin kompleks suatu pemerintah daerah maka akan semakin banyak pengendalian internal yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah. Kompleksitas daerah merupakan suatu tingkatan diferensiasi yang terdapat dalam pemerintah daerah yang berpotensi menimbulkan adanya konflik atau masalah dalam rangka pencapaian tujuan organisasi (Saputro dan Mahmud, 2015). Konflik yang timbul akibat adanya tingkatan diferensiasi tersebut dapat di hindari dengan adanya pengendalian internal pemerintah yang baik.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saputro dan Mahmud (2015) mengenai kompleksitas menemukan bahwa kenaikan dan penurunan kompleksitas yang diukur menggunakan jumlah kecamatan tidak akan mempengaruhi terjadinya kasus kelemahan pengendalian internal. Berbeda


(43)

26

dengan hasil penelitian penelitian Doyle, Ge dan McVay (2007) menemukan bahwa kompleksitas yang diukur dengan menggunakan angka dari laporan tujuan khusus entitas, laporan segmen, dan translasi mata uang asingmemiliki pengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal.

Semakin kompleks pemerintah daerah maka akan semakin rumit pengendalian internal yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah. Ketika pemerintah daerah semakin kompleks maka akan terjadi kesulitan dalam pengawasannya. Oleh karena itu kompleksitas pemerintah daerah yang semakin tinggi akan mengakibatkan meningkatnya kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah. Berdasarkan bahasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Kompleksitas pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap

kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah.

4. Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah

Bagi sektor publik, sumber daya manusia yang profesional dan kompeten dibutuhkan untuk memenuhi tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sumber daya manusia yang berkompeten memengaruhi kualitas pengendalian internal. Semakin baik kualitas dan kompetensi sumber daya manusia maka akan semakin baik pengendalian internalnya. Pengendalian ini akan berjalan efektif ketika kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia terpenuhi. Tetapi ketika sumber daya


(44)

manusia yang tersedia jumlahnya kurang ataupun kurang berkompeten, maka akan timbul kelemahan pengendalian internal.

Nafidah (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh kualitas sumber daya manusia terhadap sistem pengendalian internal dengan menggunakan indikator Pendidikan, Pengalaman dan Pelatihan. Berdasarkan penelitian ini menemukan bahwa Pendidikan dan Pelatihan memiliki pengaruh yang signifikan dengan sistem pengendalian internal. Sedangkan Pengalaman tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sitem pengendalian internal. Pelaksanaan sistem pengendalian internal pada setiap organisasi akan berjalan efektif apabila didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang melaksanakannya. Hal ini dikarenakan sebaik apapun sistem pengendalian internal yang ada akan menjadi percuma apabila tidak didukung oleh kualitas sumber daya yang memadai. Tujuan pengendalian intern akan berjalan efektif apabila organisasi juga melaksanakan langkah- langkah yang efektif dalam pencapaiannya. Langkah tersebut salah satunya dengan memiliki karyawan yang memiliki kapasitas individu dengan kompetensi sesuai dengan tanggungjawab yang diamanahkan atau dengan kata lain latar belakang pendidikan yang dimiliki karyawan harus sesuai dengan bidang pekerjaannya (Nafidah, 2011).

Keterkaitan antara kualitas sumber daya manusia dengan pengendalian internal cukup erat. Sumber daya manusia bertanggungjawab untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi. Semakin baik kualitas dan kompetensi sumber daya manusia maka akan semakin baik pengendalian


(45)

28

internalnya. Pengendalian ini akan berjalan efektif ketika kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia terpenuhi. Tetapi ketika sumber daya manusia yang tersedia jumlahnya tidak memadai ataupun kurang berkompeten, maka akan timbul kelemahan pengendalian internal. Menurut pembahasan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis berikut:

H4 : Kualitas sumber daya manusia berpengaruh negatif terhadap

kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah.

5. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi (e-Government) terhadap Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah

Pengendalian internal akan tercipta dengan baik ketika organisasi memanfaatkan teknologi informasi dengan bijaksana. Pemanfaatan teknologi informasi yang handal akan menciptakan adanya pengendalian internal yang efektif. Hal ini dikarenakan kemajuan dan pemanfaatan teknologi informasi memengaruhi perkembangan Sistem Informasi Akuntansi dalam hal pemrosesan data, pengendalian internal organisasi serta peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan dan sebagainya (Ardi, 2013).

Berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yamin dan Sutaryo (2015) yang menunjukkan bahwa penggunaan TIK yang diukur dengan pemeringkatan e-Government tidak berpengaruh terhadap kelemahan pengendalian internal. Akan tetapi, ketika organisasi lebih banyak memanfaatkan teknologi informasi maka akan berpengaruh terhadap pengendalian internal organisasi yang semakin baik. Oleh karena itu,


(46)

kelemahan pengendalian yang akan ditemui dalam organisasi tersebut akan semakin sedikit. Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Pemanfaatan teknologi informasi (e-government) berpengaruh

negatif terhadap kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah.

C. Model Penelitian

Gambar 1.1 Model Penelitian Ukuran

X1

Pertumbuhan Ekonomi

X2

H

1

(+)

Kelemahan

Pengendalian

Internal

Pemerintah

Daerah

Y

H

3

(+)

Kompleksitas Pemerintah Daerah

X3

H

2

(-)

Kualitas Sumber Daya Manusia X4 Pemanfaatan Teknologi Informasi (e- government) X5

H

5

(-)


(47)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pemerintah daerah provinsi yang ada di Indonesia. Seluruh provinsi yang ada di Indonesia yaitu berjumlah 34 provinsi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pemerintah daerah provinsi seluruh Indonesia berupa Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang di terbitkan oleh BPK untuk memperoleh data temuan kelemahan sistem pengendalian internal. Laporan neraca setiap provinsi di Indonesia untuk mendapatkan data total aset. Melalui BPS (Badan Pusat Statistik) untuk mendapatkan data laju PDRB, jumlah kecamatan dan IPM. Kemudian melalui kominfo untuk mendapatkan data PeGI.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada semua variabel yang diteliti adalah data sekunder. Data ini di peroleh dengan mengakses website BPK, BPS dan Kominfo. Akan tetapi, ketika data yang dibutuhkan tidak diterbitkan oleh BPK maka peneliti meminta data tersebut dengan cara mengirim e- mail dengan melampirkan syarat- syarat yang dibutuhkan sesuai prosedur yang telah di tetapkan oleh BPK. Data mengenai kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah diperoleh dari laporan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) yang diterbitkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang diperoleh dari website BPK (www.bpk.go.id). Data mengenai total aset pemerintah


(48)

daerah diperoleh dari BPK melalui prosedur permintaan informasi publik. Sedangkan data mengenai laju PDRB, jumlah kecamatan dan IPM diperoleh dari website BPS (www.bps.go.id). Selanjutnya data mengenai Pemeringkatan PeGI di peroleh dari website Kementerian Komunikasi dan Informatika yaitu (www.kominfo.go.id) dan (www.pegi.layanan.go.id).

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian ini adalah pemerintah daerah provinsi seluruh Indonesia yang berjumlah 34. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan periode penelitian 5 tahun sehingga jumlah sampel data adalah 105 pemerintah daerah. Kriteria pengambilan sampel adalah pemerintah daerah provinsi seluruh Indonesia yang dipilih memiliki data yang lengkap meliputi neraca untuk mendapatkan total aset, laju PDRB, jumlah kecamatan, IPM, dan Pemeringkatan PeGI pemerintah daerah tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

Pemerintah daerah yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah provinsi yang mempublikasikan laporan keuangan pada tahun anggaran 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015 dan telah diaudit oleh BPK.

2. Menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah terutama neraca.

3. Memiliki data laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2011- 2015.


(49)

32

5. Memiliki data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun 2011- 2015. 6. Memiliki data terkait Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI). 7. Memiliki informasi variabel- variabel yang diukur yaitu total aset, Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah kecamatan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) dan di dalamnya memuat satuan pemahaman pengendalian internal termasuk laporan mengenai kepatuhan undang- undang dan pengendalian internal.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan mengumpulkan data dari dokumen-dokumen yang sudah ada. Sumber data penelitian adalah data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yaitu diperoleh dan dicatat dari pihak lain. Data sekunder dari penelitian ini diambil dari:

1. Laporan keuangan pemerintah daerah yang diperoleh dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015 yang tidak dipublikasikan.

2. Jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pemerintah daerah yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan pada tahun 2016.

3. Data jumlah kecamatan yang di publikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016.


(50)

4. Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan pada tahun 2016.

5. Data Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) yang dipublikasikan oleh kominfo pada tahun 2016.

6. Buku, jurnal, skripsi, tesis dan bahan dari internet yang berhubungan dengan pengendalian internal pemerintah daerah.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing- masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya. Adapun operasionalisasi variabel- variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelemahan pengendalian internal pemerintah daerah yang diproksikan dengan jumlah temuan/ kasus permasalahan. Jumlah temuan ini dapat diperoleh dari laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Untuk menghitung variabel dependen kelemahan pengendalian intern pemerintah daerah, peneliti menghitung total dari kasus kelemahan pengendalian akuntansi dan pelaporan, kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja serta kasus kelemahan struktur pengendalian (Nurwati dan Trisnawati, 2015). Kelemahan Pengendalian Internal dapat dihitung dengan rumus:


(51)

34

Kelemahan SPI = Jumlah kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan + Jumlah kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja + Jumlah kasus kelemahan struktur pengendalian

2. Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel yaitu ukuran pemerintah daerah, pertumbuhan ekonomi, kompleksitas pemerintah daerah, kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi (e-government).

Adapun penjelasan dari variabel- variabel independen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ukuran Pemerintah Daerah

Ukuran pemerintah menentukan seberapa besar ruang lingkup pemerintahan tersebut. Ukuran pemerintah daerah dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh setiap pemerintah daerah. Dasar pengukuran ini mengikuti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putri dan Mahmud (2015). Berdasarkan penelitian tersebut maka rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:

Ukuran Pemerintah Daerah = Total Aset b. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini diukur menggunakan kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar


(52)

atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk. Perhitungan kenaikan GDP/GNP menurut Nurwati dan Trisnawati (2015) dapat menggunakan rumus:

Pertumbuhan Ekonomi = PDRBt1– PDRBt0 x 100%

PDRBt0

c. Kompleksitas Pemerintah Daerah

Kompleksitas merupakan tingkatan diferensiasi yang ada di pemerintah daerah yang menyebabkan konflik atau masalah dalam rangka pencapaian tujuan. Kompleksitas dalam penelitian ini diukur dari jumlah kecamatan yang terdapat dalam setiap provinsi. Pengukuran ini mengacu dari penelitian yang telah dilakukan Saputro dan Mahmud (2015) bahwa kompleksitas pemerintah daerah dapat diukur dengan menggunakan jumlah kecamatan yaitu:

Kompleksitas Pemerintah Daerah = Jumlah kecamatan d. Kualitas Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang menentukan kualitas pengendalian internal pemerintah daerah. Pelaksanaan pemerintahan akan berjalan dengan efektif apabila didukung dengan sumber daya manusia yang berkompeten. Sumber daya manusia dapat dihitung dengan menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), IPM dapat menerangkan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Selain itu,


(53)

36

IPM juga merupakan indikator yang penting untuk mengukur tingkat keberhasilan mengenai upaya membangun kualitas kehidupan manusia baik masyarakat maupun penduduk.

Kualitas sumber daya manusia dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Oleh karena itu, dapat di peroleh rumus untuk menghitung kualitas sumber daya tersebut adalah sebagai berikut:

Kualitas Sumber Daya Manusia = Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

e. Pemanfaatan Teknologi Informasi (E-government)

Teknologi Informasi yang digunakan dalam pemerintah daerah (e-government) sangat membantu memudahkan pemerintah untuk mengorganisir instansi- instansi pemerintah yang saling terkait satu sama lain. Pemanfaatan teknologi informasi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rata- rata dari lima dimensi pemeringkatan e- government yaitu, dimensi kebijakan, dimensi kelembagaan, dimensi infrastruktur, dimensi aplikasi dan dimensi perencanaan yang selanjutnya disebut sebagai skor pemeringkatan e- government (Yamin dan Sutaryo, 2015). Dasar pengukuran ini mengikuti penelitian Jaya (2013) yaitu:


(54)

F. Uji Kualitas Data

Uji kualitas data terdiri dari uji statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Menurut Ghozali (2011), penyimpangan asumsi klasik terdiri dari uji normalitas data, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau mendeskripsikan semua variabel yang diteliti. Penggambaran tersebut merupakan analisis dari tabel output SPSS yang terdiri dari analisis jumlah sampel, mean, nilai minimal, nilai maksimal, standar deviasi, varian, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2011).

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji residual atau variabel pengganggu pada model regresi apakah berdistribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Ghozali, 2011). Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov (K-S). Nazaruddin dan Basuki (2016), menyatakan test normality dapat dilihat dari nilai sig. Jika nilai sig lebih besar dari nilai alpha (sig > �) maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut menyebar normal. Sedangkan ketika nilai sig lebih kecil dari nilai alpha (sig < �) maka berarti data tersebut menyebar tidak normal.


(55)

38

Menurut Ghozali (2011), untuk mendeteksi atau mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak dapat melalui analisis grafik. Normalitas residual dengan analisis grafik dapat dilihat dari grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Selain itu daapat digunakan metode lain yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2011).

b. Uji Autokorelasi

Faktor yang menyebabkan autokorelasi adalah adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu dan berkaitan satu sama lain (Ghozali, 2011). Menurut Nazaruddin dan Basuki (2016), uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan asumsi klasik autokorelasi. Uji autokorelsi yaitu untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Hal yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode untuk menguji asumsi klasik yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin- Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:


(56)

1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka terdapat autokorelasi.

2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak terdapat autokorelasi. 3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL) maka

tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung banyaknya sampel dan variabel yang diteliti.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas memiliki tujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel bebas (independen) dalam suatu model regresi (Ghozali, 2011). Apabila antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas. Menurut Nazaruddin dan Basuki (2016), ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui melalui nilai Variance Inflation Factors (VIF). Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai VIF 10 maka tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel independen dan sebaliknya ketika nilai VIF 10 maka terdapat multikolinearitas. Multikolinearitas juga bisa di deteksi dengan memperhatikan nilai Tolerance. Ketika nilai Tolerance 0,10 maka tidak terdapat multikolinearitas dan nilai Tolerance 0,10 berarti terdapat multikolinearitas (Ghozali, 2011).


(57)

40

d. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Nazaruddin dan Basuki (2016), uji heteroskedastisitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan model regresi. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat- syarat asumsi klasik pada model regresi, di mana dalam model regresi harus dipenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas menurut Ghozali (2011) dapat dideteksi dengan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati dalam Ghozali, 2011). Jika variabel independen signifikan secara statistik memengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Ketika nilai sig < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika nilai sig > 0,05 maka variabel terbebas dari heteroskedastisitas.

G. Pengujian Hipotesis dan Analisis Data

Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Pengujian statistik ini dapat diukur dari koefisen determinasi (R2), uji statistik t, uji statistik F dan analisis regresi berganda (Ghozali, 2011).

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.


(58)

Nilai R2 yang kecil artinya kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variabel- variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji determinasi dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Persentase dari seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen dilihat dari nilai Adjusted R Square (Nazaruddin dan Basuki, 2016).

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Menurut Ghozali (2011), uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan dalam uji statistik F adalah sebagai berikut:

a. Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak b. Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima 3. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Menurut Ghozali (2011), uji statistik t bertujuan untuk menilai seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Membandingkan antara p value dengan tingkat signifikansi 0,05, maka dapat ditentukan apakah H0 ditolak atau diterima (H0 diterima apabila p value > 0,05, H0 ditolak apabila p value


(59)

42

< 0,05). Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan dalam uji statistik t adalah sebagai berikut:

a. Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak b. Jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima 4. Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik melalui analisis regresi linier berganda. Secara umum, analisis regresi adalah pengetahuan mengenai ketergantungan variabel dependen (Y) dengan satu atau lebih variabel independen (X). Analisis regresi selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing- masing independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan (Ghozali, 2011). Analisis statistik dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 22. Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

KPI = α + β1TA + β2PDRB + β3JKEC + β4IPM + β5PEGI + ε

Keterangan:

KPI = Variabel dependen (Kelemahan Pengendalian Internal)

α = Konstanta

β = Koefisien

TA = Variabel independen (Ukuran Pemerintah Daerah) PDRB = Variabel independen (Pertumbuhan Ekonomi)

JKEC = Variabel independen (Kompleksitas Pemerintah Daerah) IPM = Variabel independen (Kualitas Sumber Daya Manusia) PEGI = Variabel independen (Pemanfaatan Teknologi Informasi)


(60)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah yang ada di Indonesia. Sampel Pemerintah Daerah yang berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 83 Pemerintah Daerah dengan total data 168 Pemerintah Daerah. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan pusat Statistika (BPS) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) periode 2011 sampai dengan 2015. Fokus penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh ukuran pemerintah daerah, pertumbuhan ekonomi, kompleksitas pemerintah daerah, kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kelemahan pengendalian internal pada Pemerintah Daerah. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan ditampilkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah

1 Total Pemerintah Daerah Provinsi yang ada di Indonesia

periode 2011- 2015 168

2 Pemerintah Daerah yang memiliki nilai PDRB Negatif (5) 3 Pemerintah Derah yang tidak memiliki data PeGI (58)

4 Data terkena outlier (22)

5 Data tersedia lengkap 83

Total sampel selama lima tahun penelitian yang memenuhi

kriteria purposive sampling 83


(61)

44

Berdasarkan tabel 4.1. terlihat bahwa selama periode 2011- 2015 jumlah pemerintah daerah yang memiliki nilai PDRB negatif sebanyak lima pemerintah daerah dan pemerintah daerah yang tidak memiliki data PeGI sebanyak 58 pemerintah daerah serta sebanyak 22 pemerintah daerah terkena outlier. Pada akhirnya pemerintah daerah yang memenuhi kriteria purposive sampling sebanyak 83 sampel.

B. Uji Kualitas Data

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh ukuran pemerintah daerah, pertumbuhan ekonomi, kompleksitas pemerintah daerah, kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap pengendalian internal di pemerintah daerah.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 83 data sampel yang berasal dari jumlah pemerintah daerah yang memiliki data lengkap untuk kepentingan penelitian. Selanjutnya akan ditinjau secara deskriptif mengenai kondisi masing- masing variabel penelitian. Statistik Deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata- rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi. Adapun nilai statistik deskriptif variabel penelitian disajikan dalam tabel 4.2 sebagai berikut:


(62)

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS 22, 2016

Tabel 4.2 menunjukkan statistik deskriptif masing- masing variabel penelitian. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah data setiap variabel adalah sebanyak 83 pemerintah daerah. Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap Kelemahan Pengendalian Internal dengan melihat jumlah temuan kasus kelemahan pengendalian internal yang terjadi di pemerintah daerah, menunjukkan nilai minimum sebesar 20, nilai maksimum sebesar 372 dengan rata- rata sebesar 139,40 dan standar deviasi sebesar 77,159. Hasil analisis dengan menggunakan statatistik deskriptif terhadap ukuran pemerintah daerah dengan melihat total aset yang dimiliki setiap pemerintah daerah, menunjukkan nilai minimum sebesar 962.165.353.684,31, nilai maksimum sebesar 425.353.600.919.700,94 dengan rata- rata sebesar 33.394.133.283.316,43 dan standar deviasi sebesar 94.655.187.934.706,1.

Hasil statistik deskriptif untuk analisis variabel pertumbuhan ekonomi yang di ukur dengan laju PDRB memiliki nilai minimum sebesar 0,00, nilai maksimum sebesar 0,21 dengan rata- rata sebesar 0,062 dan standar deviasi

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

KPI 83 20 372 139,40 77,159

TA 83 962.165.3 53.684,31 425.353.600 .919.700,94 33.394.133. 283.316,43 94.655.187.9 34.706,11

PDRB 83 0,00 0,21 0,0623 0,02508

JKec 83 44 664 200,20 175,443

IPM 83 55,55 78,99 67,5747 4,91630


(63)

46

sebesar 0,02508. Kemudian hasil analisis statistik deskriptif terhadap kompleksitas pemerintah daerah yang diukur dengan menggunakan jumlah kecamatan memiliki nilai minimum sebesar 44, nilai maksimum sebesar 664 memiliki rata- rata 200,20 dan standar deviasi 175,44.

Analisis statistik deskriptif variabel kualitas sumber daya manusia yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memliki nilai minimum sebesar 55,55, nilai maksimum sebesar 78,99 dengan rata- rata 67,60 dan standar deviasi sebesar 4,92. Terakhir, hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel pemanfaatan teknologi informasi yang diukur dengan PeGI memiliki nilai minimum sebesar 1,20, nilai maksimum sebesar 3,39 dengan rata- rata sebesar 2,28 dan standar deviasi sebesar 0,56.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

Tahapan pengujian regresi berganda yaitu menggunakan beberapa uji asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi: uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas yang secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Hasil Uji Normalitas

Hipotesis dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda (multiple regression). Uji normalitas dimaksudkan untuk menentukan apakah variabel- variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas berguna untuk melihat apakah model regresi yang digunakan sudah baik atau belum. Model regresi yang baik yaitu memiliki distribusi normal atau mendekati


(64)

normal. Pengambilan keputusan uji normalitas data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan grafik P-P Plot dan uji Kolmogorov- Smirnov (K-S).

Selengkapnya mengenai hasil uji normalitas penelitian dapat dilihat dari gambar 4.1 sebagai berikut.

Sumber: Data Sekunder yang diolah dengan SPSS 22, 2016 Gambar 1.1 Hasil Uji Normalitas

Grafik P-P Plot diatas menggambarkan bahwa grafik normal probabolity garis observasi mendekati atau menyentuh garis diagonalnya yang berarti nilai residual berdistribusi normal.


(65)

48

Hasil uji normalitas juga bisa dilihat dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov untuk lebih meyakinkan bahwa data telah terdistribusi secara normal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 83

Normal Parametersa,b Mean

,0000000

Std. Deviation 27,99848887

Most Extreme Differences Absolute ,048

Positive ,048

Negative -,044

Test Statistic ,048

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

Sumber: Data Sekunder yang diolah dengan SPSS 22, 2016

Hasil uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai K-S sebesar 0,200 dengan nilai signifikansi diatas 0,05 yang berarti nilai residual terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi klasik. b. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan asumsi klasik autokorelasi. Uji autokorelsi yaitu untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Hal yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode untuk


(1)

Tahun

Provinsi

KPI

Total Aset

PDRB

Jumlah

Kecamatan

IPM

PeGI

2015

Jawa Barat

301

25574494189275,00

0,05

626

69,50

3,07

2015

DIY

87

5313019451167,96

0,05

78

77,59

2,66

2015

Jawa Timur

326

26958068256119,10

0,05

664

68,95

3,01

2015

Bali

108

5616048443600,04

0,06

57

73,27

2,63

2015

Nusa Tenggara Barat

96

10918318404272,90

0,21

116

65,19

2,54

2015

Kalimantan Selatan

128

10116946834569,40

0,04

152

68,38

1,88

2015

Sulawesi Tengah

181

3750216984209,60

0,16

175

66,76

1,73

2015

Gorontalo

66

1562126692223,32

0,06

77

65,86

2,95

2015

Sulawesi Barat

103

1565282539829,65

0,07

69

62,96

1,72


(2)

OUTPUT SPSS

Statistik Deskriptif

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 83

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 27,99848887

Most Extreme Differences Absolute ,048

Positive ,048

Negative -,044

Test Statistic ,048

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kelemahan

Pengendalian Internal 83 20 372 139,40 77,159

Total Aset

83 96216535368

4,31

42535360091 9700,94

33394133283 316,4300

94655187934 706,11000 Produk Domestik

Regional Bruto 83 ,00 ,21 ,0623 ,02508

Jumlah Kecamatan 83 44 664 200,20 175,443

Indeks Pembangunan

Manusia 83 55,55 78,99 67,5747 4,91630

Pemeringkatan e

Government Indonesia 83 1,02 3,39 2,2837 ,56013


(3)

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,932a ,868 ,860 28,893 1,802

a. Predictors: (Constant), Pemeringkatan e Government Indonesia, Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Kecamatan, Total Aset, Indeks Pembangunan Manusia b. Dependent Variable: Kelemahan Pengendalian Internal


(4)

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) -173,779 58,601 -2,965 ,004

Total Aset

-1,357E-13 ,000 -,167 -3,300 ,001 ,672 1,489

Produk Domestik

Regional Bruto 60,444 130,893 ,020 ,462 ,646 ,944 1,059

Jumlah Kecamatan ,429 ,021 ,976 20,550 ,000 ,758 1,319

Indeks Pembangunan Manusia

3,872 ,895 ,247 4,326 ,000 ,526 1,901

Pemeringkatan e Government Indonesia

-14,719 7,172 -,107 -2,052 ,044 ,631 1,585

a. Dependent Variable: Kelemahan Pengendalian Internal

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -23,787 31,731 -,750 ,456

Total Aset -4,074E-14 ,000 -,242 -1,829 ,071

Produk Domestik

Regional Bruto -78,337 70,876 -,123 -1,105 ,272

Jumlah Kecamatan ,009 ,011 ,094 ,756 ,452

Indeks Pembangunan

Manusia ,918 ,485 ,283 1,895 ,062

Pemeringkatan e

Government Indonesia -4,763 3,884 -,167 -1,226 ,224


(5)

Uji Koefisien Determinasi (R

2

)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,932a ,868 ,860 28,893 1,802

a. Predictors: (Constant), Pemeringkatan e Government Indonesia, Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Kecamatan, Total Aset, Indeks Pembangunan Manusia b. Dependent Variable: Kelemahan Pengendalian Internal

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 423906,818 5 84781,364 101,557 ,000b

Residual 64281,061 77 834,819

Total 488187,880 82

a. Dependent Variable: Kelemahan Pengendalian Internal

b. Predictors: (Constant), Pemeringkatan e Government Indonesia, Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Kecamatan, Total Aset, Indeks Pembangunan Manusia


(6)

Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz ed Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) -173,779 58,601 -2,965 ,004

Total Aset

-1,357E-13 ,000 -,167 -3,300 ,001 ,672 1,489

Produk Domestik

Regional Bruto 60,444 130,893 ,020 ,462 ,646 ,944 1,059

Jumlah Kecamatan ,429 ,021 ,976 20,550 ,000 ,758 1,319

Indeks Pembangunan Manusia

3,872 ,895 ,247 4,326 ,000 ,526 1,901

Pemeringkatan e Government Indonesia

-14,719 7,172 -,107 -2,052 ,044 ,631 1,585


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Kompleksitas Pemerintah Daerah (Jumlah SKPD)terhadap kelemahan Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah di Indonesia)

2 12 147

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Periode 2011-2012)

0 2 11

ANAL Analisis Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Di Wilayah Jawa Tengah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2013).

0 3 16

ANAL Analisis Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Di Wilayah Jawa Tengah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2013).

0 2 16

PENDAHULUAN Analisis Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Di Wilayah Jawa Tengah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2013).

0 4 11

PENGARUH SIZE, PAD, DAN KOMPLEKSITAS TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Size, Pad, Dan Kompleksitas Terhadap Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi D.I.Y. Pada Tahun 2

0 2 16

PENGARUH SIZE, PAD, DAN KOMPLEKSITAS TERHADAP KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Size, Pad, Dan Kompleksitas Terhadap Kelemahan Pengendalian Intern Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi D.I.Y. Pada Tahun 2

0 2 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2

0 4 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Periode 20

1 7 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelemahan Pengendalian Internal Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Periode 20

0 2 19