Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Jadwal Dan Waktu Penelitian Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat Dinas Pertamanan Kota Medan.

Subdis Perencanaan Pengembangan 8 Subdis Pengawasan 6 Subdis Taman Makam 4 Subdis Reklame 4 Subdis Listrik Air Sirkulasi 5 Bagian Tata Usaha 5 Jumlah 32 Menurut Sugiyono 2008:79, teknik pengambilan sampel secara sensus digunakan dengan pertimbangan makin besar jumlah sampel mendekati populasi maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi maka makin besar kesalahan generalisasi.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu sumber data dalam penelitian diperoleh langsung dari pegawai Dinas Pertamanan Kota Medan. Data dihimpun melalui kuesioner yang dikirimkan ke responden penelitian. Kuesioner diambil dari penelitian sebelumnya yang elah teruji. Instrumen dalam kuesioner gaya kepemimpinan diadopsi dari Fiedler 1978 yang telah diterjemahkan dan digunakan oleh Nafi’ 2001 dan Muslimah 1998 dalam Deliana 2004 yang dikenal dengan LPC Least Preferred Coworker; kuesioner partisipasi dalam penyusunan anggaran diadopsi dari instrumen yang Universitas Sumatera Utara dikembangkan oleh Milani dalam Sumarno 2005; dan kuesioner kinerja pekerjaan diadopsi dari Dyne dkk dalam Mas’ud 2004.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik angket atau kuesioner. Teknik ini merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden agar responden tersebut memberikan jawabannya Sugiyanto, 2006:140. Dalam mengumpulkan data primer yang berupa kuesioner, ada beberapa langkah yang dilakukan peneliti, yaitu: 1. Memberikan kuesioner kepada seluruh anggota populasi, 2. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh seluruh responden.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas independent variable

Variabel independen menurut Erlina dan Mulyani 2007 : 34 adalah “variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya.” Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan dan partisipasi dalam penyusunan anggaran aparat Dinas Pertamanan Kota Medan.

a. Partisipasi anggaran

Partisipasi anggaran didefinisikan sebagai keterlibatan para manajer- manajer pusat pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran Universitas Sumatera Utara Govindarajan, 1986. Partisipasi anggaran juga diartikan sebagai tingkat keterlibatan dan pengaruh para individu dalam proses penyusunan anggaran. Partisipasi anggaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah partisipasi pegawai dalam proses penganggaran yang mengarah pada seberapa besar tingkat keterlibatan para pegawai dalam menyusun anggaran. Variabel partisipasi anggaran diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Milani 1975 dalam Deliana 2004. Instrumen tersebut dimaksudkan untuk menilai keterlibatan responden dan pengaruhnya pada proses penganggaran Supriyono dan Syakhroza, 2003. Setiap responden diminta untuk menjawab 6 butir pertanyaan yang mengukur tingkat partisipasi, pengaruh yang dirasakan dan kontribusi responden dalam proses penyusunan anggaran, dengan memiliki skala 1 sampai dengan 7. Skor rendah menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah dan sebaliknya skor tinggi menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi. Keenam item yang digunakan untuk mengukur partisipasi dalam penyusunan anggaran terdiri atas: 1. keikutsertaan dalam penyusunan anggaran 2. kepuasan dalam penyusunan anggaran 3. kebutuhan memberikan pendapat 4. kerelaan dalam memberikan pendapat 5. besarnya pengaruh terhadap penetapan anggaran akhir Universitas Sumatera Utara 6. seringnya atasan meminta pendapat atau usulan saat anggaran sedang disusun.

b. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan perilaku pimpinan aparat dalam berinteraksi dengan lingkungan organisasi, misalnya dengan bawahan, atasan atau kolega Nafi’, 2001; Deliana 2004. Untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan, penulis mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Fiedler 1978 yang telah diterjemahkan dan digunakan oleh Nafi’ 2001 dan Muslimah 1998 dalam Deliana 2004 yang dikenal dengan LPC Least Preferred Coworker. Dipilihnya instrumen ini karena instrumen ini memiliki validitas dan realibilitas yang tinggi. Instrumen ini merupakan pasangan kata yang berlawanan artinya yang meliputi 16 pasangan kata dengan skala 1 sampai dengan 8. Skor diatas 64 adalah skor tinggi yang menunjukkan nilai LPC yang tinggi, artinya gaya kepemimpinan berorientasi pada hubungan baik. Sedangkan skor dibawah 58 adalah skor rendah yang menunjukkan LPC yang rendah, artinya gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas.

2. Variabel Terikat dependent variable

Penelitian memiliki 1 variabel terikat, kinerja yaitu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar Universitas Sumatera Utara hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja pekerjaan aparatur Dinas Pertamanan Kota Medan. Variabel kinerja aparat diukur dengan menggunakan kuesioner Job Performance Kinerja Pekerjaan yang dikembangkan oleh Dyne dkk 1994. Dalam penelitian ini setiap responden diminta untuk mengukur kinerja pekerjaannya. Skala kinerja terdiri dari: 1 sampai dengan 2 untuk kinerja pekerjaan yang sangat tidak benar, 3 untuk kinerja pekerjaan yang benar, dan 4 sampai dengan 5 untuk kinerja pekerjaan yang sangat benar.

F. Metode Analisis Data

Model dan teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan regresi linear berganda melalui hubungan kausal causal effect dengan jenis data yang digunakan adalah data primer. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda. Menurut Gujarati 2003 dalam Zulaika 2008, Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen terikat dengan satu atau lebih variabel independen variabel penjelas atau bebas, dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Model persamaan regresi untuk menguji dengan formulasi sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Dimana: Y = Kinerja aparat a = Konstanta X 1 = Gaya kepemimpinan X 2 = Partisipasi anggaran b 1 b 2 = Koefisien regresi e = Error tingkat kesalahan Universitas Sumatera Utara

1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan

fenomena atau karakteristik dari data Jogiyanto, 2004:163. Statistik deskriptif memberikan gambaran deskripsi tentang jawaban para responden atas kuesioner yang diberikan untuk setiap variabel penelitian. Hal-hal yang biasanya dipaparkan di statistik deskriptif antara lain distribusi frekuensi, rata-rata, median, modus, standar deviasi, range, kurtosis, skewness Hadi,2006:102.

2. Uji Kualitas Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, yaitu persepsi responden yang kemudian dikuantifikasikan agar dapat dilakukan uji statistik. Untuk menguji kesahihan dan keajegan data terhadap persepsi responden digunakan uji kualitas data Ghozali, 2002; Umar, 2003, yang meliputi:

a. Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur pengaruh gaya kepemimpinan dan partisipasi aparat dalam penyusunan anggaran. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas butir pertanyaanpernyataan kuesioner adalah dengan cara mengkorelasikan masing-masing item pertanyaanpernyataan kuesioner dan totalnya, selanjutnya membandingkan r tabel dan r hitung. Universitas Sumatera Utara Penentuan valid tidaknya pertanyaanpernyataan kuesioner ditentukan melalui besarnya koefisien korelasi, yaitu: a Jika r hitung r tabel, maka skor butir pertanyaanpernyataan kuesioner valid. b Jika r hitung r tabel, maka skor butir pertanyaanpernyataan kuesioner tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah alpha dari cronbach dengan ketentuan: a Jika alpha 0.6, maka instrumen pengamatan dinyatakan reliabel. b Jika alpha 0.6, maka instrumen pengamatan dinyatakan tidak reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi di antara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna di antara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya Universitas Sumatera Utara adalah: 1 Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir. 2 Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhinggan. Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinearitas, yaitu: a mengeluarkan salah satu variabel dari model regresi, b menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau regresi Ridge.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID residual dan ZPRED prediksi variabel terkait. Dasar analisisnya dapat dilihat: 1 jika titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. 2 jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Universitas Sumatera Utara

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji asumsi klasik yang digunakan hanya terbatas pada ketiga uji diatas, sedangkan uji autokorelasi tidak digunakan. Hal ini dikarenakan uji autokorelasi yang bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah time series Hadi, 2006:175. Maka uji autokorelasi ini sering ditemukan pada time series, sedangkan data yang dikumpulkan oleh penulis adalah data crossection, maka masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Universitas Sumatera Utara

4. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan regresi linier berganda karena variabel dalam penelitian ini lebih dari satu. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel independen yaitu gaya kepemimpinan dan partisipasi dalam penyusunan anggaran secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja pekerjaan pegawai.

a. Adjusted R

Pengujian adjusted R 2 2 digunakan untuk mengukur proporsi atau presentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap terhadap variasinya naik turunnya variabel dependen. Adjusted R 2 berkisar antara nol sampai dengan 1 0 ≤ adjusted R 2 ≤ 1. Hal ini berarti bila adjusted R 2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila adjusted R 2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila adjusted R 2

b. Uji Signifikan Simultan Uji- F

semakin kecil mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya: Universitas Sumatera Utara Ho : b 1 Ha : b = 0, artinya semua variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen 1 Kriteria pengambilan keputusan: ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika probabilitas 0,05 maka Ha diterima atau Ho ditolak, Jika probabilitas 0,05 maka Ha ditolak atau Ho diterima.

c. Uji Signifikan Parsial Uji- t

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah: Ho : b 1 Ha : b = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, 1 Kriteria pengambilan keputusan: ≠ 0, artinya suatu variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika probabilitas 0,05 maka Ha diterima atau Ho ditolak Jika probabilitas 0,05 mak Ha ditolak atau Ho diterima

G. Jadwal Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pertamanan yang beralamat di Jalan Pinang Baris Jalan T.B Simatupang Belakang Terminal Medan untuk dianalisis apakah terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan dan partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja pekerjaan pegawai. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat Dinas Pertamanan Kota Medan.

Dinas Pertamanan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pertamanan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Terbentuknya Dinas Pertamanan Kota Medan, berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Tingka II Medan No. 20 Tahun 1978 tentang pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertamanan Kota Medan dan pelaksanaannya berdasarkan Surat Keputusan Walikota Medan tanggal 2 Juli 1979 No. 207SK1979 dan kemudian diubah dengan Peraturan Daerah Medan No. 8 Tahun 1987 dan pelaksanaannya dengan Surat Keputusan Walikota Medan No. 188.342SK1987 Tanggal 29 Agustus 1987 yang berlaku sejak tanggal 27 Juli 1987. Kemudian bentuk organisasi dan tata kerja Dinas Pertamanan Kota Medan berpedoan pada Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Sususnan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah, telah dibentuk dalam Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Medan dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas- Dinas Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Medan. Dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam Universitas Sumatera Utara bidang pertamanan berkaitan dengan kedudukan tugas pokok dan prinsip koordinasi integrasi dan sinkronisasi secara vertikal maupun horizontal untuk memenuhi hal tersebut maka tugas pokok dan fungsi Dinas pertamanan Kota Medan diatur dan diterapkan dalam Surat Keputusan Walikota Medan No. 18 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertamanan Kota Medan. Kepala Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan para Kepala Seksi diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Sumatera utara, sedangkan pejabat lainny di lingkungan dinas diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah atas usul Kepala Dinas. Dalam hal Kepala Dinas berhalangan menjalankan tugasnya, maka wajib menunjuk seorang pegawai dinas untuk menjalankan tugasnya berdasarkan daftar urut kepangkatan. Pelaksanaan Peraturan Daerah ini diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Kepala Daerah.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertamanan Kota Medan

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Medan No. 18 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertamanan Kota Medan, maka Dinas Pertamanan Kota Medan mempunyai fungsi : a. merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang pertamanan dan keindahan kota, b. memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap instansi pemerintah, swasta, serta masyarakat bidang pertamanan dalam rangka usaha meningkatkan kebersihan, ketertiban, kerapian, dan keindahan, Universitas Sumatera Utara c. menyediakan tanah perkuburan umum, menyelenggarakan pengangkutan jenazah, melayani penguburan, serta merawat kuburan-kuburan umum milik Pemerintah Daerah, d. menyelenggarakan pembangunan, perawatan taman-taman kota, pohon- pohon pelindung, tempat rekreasi umum, lampu-lampu penerangan jalan taman, jalur hijau, lapangan olahraga berikut bangunannya, e. mengelola izin reklame, mengatur letak, bentuk dan penempatan reklame untuk sarana dan dekorasi kota ditinjau dari teknis kebersihan, ketertiban, kerapian, dan keindahan, f. melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya, g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah. Dinas Pertamanan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan tugas urusan rumah tangga daerah dalam bidang pertamanan dan keindahan kota serta melaksanakan tugas pembantu sesuai dengan tugasnya.

B. Hasil Statistik Demografi Responden Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor

0 5 43

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Komitmen Organisasi Dan Gaya Kepemimpi

0 4 11

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Komitmen Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Sebagai Variabel Moderating (Survey p

0 5 14

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Dan Kinerja Manajerial (Survey pada Tiga Rumah Sakit di Kabupaten Bantul).

0 2 16

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Dan Kinerja Manajerial (Survey pada Tiga Rumah Sakit di Kabupa

0 1 19

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Sebagai Variabel Moderating (Survey di Perusahaan

0 1 15

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Sebagai Variabel Moderating (Survey di Perusahaan

0 1 18

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN DESENTRALISASI DAN GAYA ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERA

0 3 10

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP HUBUNGAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Kompleksitas Tugas Terhadap Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Kinerja Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten

0 0 13

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Manajerial.

0 0 20