B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: apakah gaya kepemimpinan dan partisipasi dalam penyusunan
anggaran berpengaruh terhadap kinerja pekerjaan pegawai Dinas Pertamanan Kota Medan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan partisipasi dalam penyusunan anggaran
terhadap kinerja pekerjaan pegawai Dinas Pertamanan Kota Medan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang disebutkan di bawah ini.
1. Civitas Akademika Universitas Sumatera Utara
Sebagai bahan acuan atau referensi bagi yang akan melakukan ataupun melanjutkan penelitian sesuai dengan judul skripsi ini.
2. Penulis
Sebagai bahan masukan didalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan dibidang akuntansi keuangan daerah dari
perspektif akuntansi manajemen dan keperilakuan, khususnya tentang hubungan partisipasi anggaran, gaya kepemimpinan dan kinerja.
Universitas Sumatera Utara
3. Aparat Dinas Pertamanan Kota Medan Sebagai bahan masukan bagi panitia anggaran Dinas Pertamanan Kota Medan
didalam menyikapi fenomena terkait dengan partisipasi anggaran, gaya kepemimpinan, dan kinerja.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja merupakan evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat
atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan. Kinerja manajer merupakan tingkat kecakapan manajer dalam melaksanakan aktivitas
manajemen yang meliputi perencanaan, pengkoordinasian, investigasi, pengaturan, negosiasi, perwakilan pengawasan dan evaluasi Hariyanti
dkk, 2002; Sinambela, 2003. Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik dalam
menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system.
Sebagaimana yang dikemukakan Indriantoro 1993 dan Supomo 1998 dalam Manurung 2008, kinerja dinyatakan efektif apabila tujuan
anggaran tercapai dan bawahan mendapat kesempatan terlibat atau
Universitas Sumatera Utara
berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta memotivasi bawahan, mengidentifikasi dan melakukan negosiasi dengan atasan
mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya sehingga dapat menghindarkan dampak negatif
anggaran yaitu faktor kriteria kinerja, sistem penghargaan reward dan konflik. Sedangkan Simamora 1995, mengemukakan bahwa prestasi
kerja atau kinerja diartikan sebagai ”tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan. Penilaian kinerja pada
umumnya mencakup baik aspek kualitatif maupun kuantitatif dari pelaksanaan pekerjaan”.
b. Kinerja Pegawai Negeri Sipil
Masyarakat awam mengenal Pegawai Negeri Sipil PNS sebagai seorang anggota masyarakat yang dipilih dan direkrut untuk memastikan
agar proses operasional organisasi pemerintahan, baik di tingkat nasional maupun daerah, berlangsung dengan baik. Walaupun secara struktural
organisasi, mereka tidak memiliki peran dan tanggung jawab untuk melakukan pengawasan, mereka sebenarnya juga memiliki kepentingan
untuk menilai bagaimana kinerja seorang PNS yang ada di lingkungan mereka atau yang bekerja bagi suatu instansi tertentu.
Seorang PNS berada di suatu instansi tertentu karena proses seleksi yang berlangsung untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Secara langsung,
para PNS yang telah direkrut bertanggung jawab kepada institusi mereka bekerja. Namun demikian, disadari atau tidak, mereka turut bertanggung
Universitas Sumatera Utara
jawab terhadap terjadinya proses penyelenggaraan pemerintahan yang baik good governance. Secara finansial, mereka diduga hanya membebani
pemerintah karena tidak berkontribusi berarti terhadap pekerjaannya. Sedangkan secara kualitas, tidak dijelaskan secara terperinci, Pemerintah
juga tidak mendeskripsikan bagaimana keterkaitan hasil evaluasi kinerja PNS dengan kualitas peran pemimpin institusi yang seharusnya
bertanggungjawab untuk memimpin dan mengarahkan para PNS selama ini, Guna menilai kinerja para PNS, ada baiknya jika kegiatan ini tidak
berhenti pada keberadaan para PNS itu sendiri. Hal ini perlu juga dikaitkan dengan sistem dan mekanisme evaluasi kinerja lebih luas yang melibatkan
proses evaluasi kualitas kepemimpinan para pemimpin institusi tempat mereka bekerja yang memiliki peran untuk mengawasi kinerja para
pegawai institusi tersebut Syaikhu, 2008. Proses penilaian tentang kinerja PNS tidak bisa dilepaskan dari
peran dan tanggungjawab para pemimpin instansi tersebut. Kualitas kepemimpinan para pemimpin berkorelasi positif terhadap kinerja para
PNS yang berada dalam suatu instansi. Proses kreatif tidak terjadi di suatu organisasi. Mereka yang kreatif malah tidak ingin menyampaikan
pendapat karena tidak terdapat apresiasi terhadap pendapat atau ide mereka. Untuk perbaikan kinerja PNS, selain komitmen yang sangat kuat
dari para pemimpin eksekutif, legislatif dan yudikatif, diperlukan tolok ukur evaluasi yang jelas dan proses untuk mengevaluasi para pemimpin
bangsa.
Universitas Sumatera Utara
2. Anggaran a. Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan pernyataan mengenai apa yang diharapkan, direncanakan atau diperkirakan terjadi dalam periode tertentu pada masa
yang akan datang. Anggaran sebagai suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan
lain yang mencakup jangka waktu satu tahun Mulyadi, 1993. Peran penting anggaran dalam organisasi sektor publik berasal dari
kegunaanya dalam menentukan estimasi pendapatan atau jumlah tagihan atas jasa yang diberikan Nordiawan, 2006; Manurung, 2008. Organisasi
sektor publik tentunya berkeinginan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, tetapi seringkali terkendala oleh terbatasnya sumber
daya yang dimiliki. Mardiasmo 2005 menyatakan terdapat beberapa alasan pentingnya anggaran sektor publik, yaitu:
a. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mangarahkan
pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
b. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber
daya scarcity of resources, pilihan choice dan trade offs. c.
Anggaran diperlukan untuk meyakini bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.
Proses anggaran seharusnya diawali dengan penetapan tujuan,
target dan kebijakan. Kesamaan persepsi antar berbagai pihak tentang apa yang akan dicapai dan keterkaitan tujuan dengan berbagai program yang
akan dilakukan, sangat krusial bagi kesuksesan anggaran. Di tahap ini, proses distribusi sumber daya mulai dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Proses penyusunan anggaran merupakan tahap kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan anggaran sehingga anggaran tersusun dan
menjadi pegangan manajemen dalam kegiatan operasionalnya. Agar pelaksanaannya berjalan efektif, para pelaksana hendaknya berpartisipasi
untuk merencanakan anggaran dan mengusahakan agar anggaran dapat tercapai.
b. Fungsi Anggaran
Anggaran mempunyai tiga fungsi utama Munandar, 2000; Sinambela,2003, yaitu:
• Alat Pedoman Kerja
Anggaran merupakan rencana kerja yang disusun secara teliti yang diarahkan atas pengalaman masa lalu dan ramalan pada
masa yang akan datang. •
Alat Koordinasi Anggaran sebagai alat koordinasi dapat diartikan sebagai suatu
tindakan untuk mendapatkan keselarasan dalam tindakan. •
Alat Pengawasan Anggaran berguna sebagai alat penilai apakah aktivitas setiap
bagian organisasi telah sesuai dengan rencana atau tidak serta untuk melihat seberapa jauh penyimpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan dari anggaran tersebut.
c. Klasifikasi Anggaran
Pada dasarnya anggaran perusahaan dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok anggaran Rudianto, 2005; Sinambela, 2003:
• Anggaran Operasional
Anggaran operasional adalah rencana kerja perusahaan yang mencakup semua kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh
pendapatan dalam suatu periode tertentu. Yang termasuk dalam anggaran operasional adalah: anggaran pendapatan, anggaran
biaya, dan anggaran laba.
• Anggaran Keuangan
Universitas Sumatera Utara
Anggaran keuangan adalah anggaran yang berkaitan dengan rencana pendukung aktivitas operasi perusahaan. Anggaran ini
berkaitan secara langsung dengan aktivitas perusahaan untuk menghasilkan dan menjual produk perusahaan. Anggaran
keuangan mencakup beberapa jenis anggaran, yaitu: anggaran investasi, anggaran kas, dan proyeksi neraca.
3. Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran a. Pengertian Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran
Partisipasi merupakan suatu proses di mana individu-individu terlibat langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan
target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar tercapainya target anggaran mereka. Para bawahan
yang merasa aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang disusun akan lebih mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi
moral untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan yang ditargetkan dalam anggaran Soepomo, 1998; Manurung, 2008.
Partisipasi memberikan dampak positif terhadap perilaku karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi dan
meningkatkan kerjasama di antara para manajer. Bentuk keterlibatan bawahanpelaksana anggaran di sini dapat bervariasi, tidak sama satu
organisasi dengan yang lain. Organisasi harus memutuskan sendiri batasan-batasan mengenai partisipasi yang akan mereka terapkan.
b. Hubungan Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Pegawai
Partisipasi adalah cara efektif untuk menyelaraskan tujuan pusat pertanggungjawaban dengan tujuan organisasi secara menyeluruh.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, para anggota organisasi terlibat dan mempunyai pengaruh dalam suatu
pembuatan keputusan yang berkepentingan dengan mereka. Partisipasi dalam konteks penyusunan anggaran merupakan proses para individu,
yang kinerjanya dievaluasi dan memperoleh panghargaan berdasarkan budget emphases, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan
target anggaran Brownell, 1982; Manurung, 2008. Partisipasi dalam penyusunan anggaran pada awalnya dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari perilaku disfunsional yang mungkin timbul dari beban anggran yang harus dipertanggungjawabkan oleh
manajer. Oleh sebab itu Aspirasi bawahan lebih diperhatikan dalam proses penyusunan anggaran partisipatif, sehingga lebih memungkinkan bagi
bawahan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran yang menurut mereka dapat dicapai. Partisipasi pekerja dalam proses
penyusunan anggaran dapat mengakibatkan naiknya motivasi untuk mencapai target yang ditetapkan dalam anggaran, selain itu partisipasi
anggaran juga menyebabkan sikap respek bawahan terhadap pekerjaan dan perusahaan Milani, 1975; Manurung, 2008.
4. Gaya Kepemimpinan a. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Aspek perilaku dalam penganggaran menggambarkan perilaku manusia yang terlibat dalam proses penyiapan anggaran dan perilaku
Universitas Sumatera Utara
manusia yang mencoba untuk hidup menggunakan anggaran Siegel dan Marconi, 1989; Deliana, 2004. Gaya kepemimpinan dapat berpengaruh
terhadap efektivitas partisipasi anggaran dalam rangka peningkatan kinerja karyawan Cahyono dkk, 2001; Deliana, 2004. Pada dasarnya, gaya
kepemimpinan merupakan cara seorang pimpinan dan dalam
mempengaruhi bawahannya. Gaya kepemimpinan kelompok atau situasional muncul karena ternyata tidak ada gaya kepemimpinan tunggal
yang terbaik dalam setiap situasi Hariyadi, 2001. Path-Goal Theory adalah teori yang meneliti bagaimana aspek
perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi karyawannya. Pada umumnya, pemimpin memotivasi para karyawan dengan
mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin akan diterima dari berbagai upaya yang dilakukan. Bila para karyawan percaya
bahwa hasil yang baik dapat diperoleh dengan usaha yang serius, kemungkinan karyawan akan secara aktif mendukung pimpinannya selama
dia memandang bahwa tindakan pemimpin dapat meningkatkan kinerja karyawannya. Selain itu, perilaku pemimpin juga memberikan motivasi
sampai tingkat mengurangi halangan jalan yang mengganggu pencapaian tujuan, memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan oleh para
karyawan dan mengaitkan penghargaan yang berarti terhadap pencapaian tujuan Hughes et al., 1999; Manurung, 2008.
Universitas Sumatera Utara
b. Jenis Gaya Kepemimpinan
Ada tiga gaya kepemimpinan yang dapat ditemui, yaitu : gaya kepemimpinan Demokratis, Otokratis, dan Laissed Faire.
1. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompokorganisasi.
Gaya kepemimpinan demokratis diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung atau penyelamat dan perilaku yang
cenderung memajukan dan mengembangkan organisasikelompok. Di samping itu, gaya kepemimpinan demokratis juga mewujudkan
dan mengembangkan hubungan manusiawi human relationship yang efektif, berdasarkan prinsip saling menghormati dan
menghargai antara yang satu dengan yang lain Hariyadi, 2001. Proses kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan
kesempatan yang luas bagi anggota kelompokorganisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
2. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Pimpinan yang otokratis bertindak sangat direktif, selalu memberikan pengarahan dan tidak memberi kesempatan untuk
berpartisipasi bagi karyawannya Tehnik dan langkah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan adalah mendikte tugas kerja bagian dan
kerjasama setiap waktu, sehingga langkah yang akan datang selalu tidak pasti dan berubah-ubah. Pimpinan cenderung mengambil
Universitas Sumatera Utara
jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali apabila mereka menunjukkan keahliannya di depan pimpinan mereka Hariyadi,
2001. 3. Gaya Kepemimpinan Laissed Faire
Pimpinan yang laissed faire atau pimpinan yang semaunya sendiri, cenderung memberikan kebebasan yang mutlak pada
kelompok. Pimpinan seperti ini pada umumnya tidak dapat memberikan contoh kepemimpinan yang baik. Sama sekali tidak
ada partisipasi dari pimpinan dalam penentuan tugas Hariyadi, 2001.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian Manurung 2008 di Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Simalungun telah menggunakan variabel partisipasi anggaran dan kesenjangan
anggaran sebagai variabel bebas. Variabel locus of control dan gaya kepemimpinan ditempatkan sebagai variabel moderating. Sementara variabel
terikatnya adalah kinerja aparat SKPD Dinas Pendidikan. Berdasarkan hasil uji asumsi klasik multikolinieritas menyatakan bahwa variabel gaya kepemimpinan
tidak terbebas dari asumsi multikolinieritas. Variabel yang dinyatakan tidak terbebas dari uji asumsi klasik, digugurkan untuk pengujian hipotesis, sehingga
untuk selanjutnya variabel gaya kepemimpinan tidak disertakan dalam analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik dengan menggunakan variabel
moderating locus of control maupun tanpa variabel moderating, secara bersama-
Universitas Sumatera Utara
sama partisipasi anggaran dan kesenjangan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat Dinas Pendidikan Nasional Pemerintahan Kabupaten Simalungun.
Sedangkan secara individu, baik menggunakan pemoderasi locus of control maupun tidak menggunakan variabel pemoderasi, ditemukan bahwa hanya
partisipasi anggaran yang berpengaruh terhadap kinerja aparat Dinas Pendidikan Pemerintahan Kabupaten Simalungun. Sedangkan kesenjangan anggaran dengan
maupun tanpa pemoderasi locus of control berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja aparat Dinas Pendidikan Nasional Pemerintahan Kabupaten Simalungun.
Sinambela 2003 telah meneliti pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Objek yang diteliti adalah Perguruan Tinggi
Swasta di Kota Medan. Penelitian ini telah menggunakan partisispasi dalam penyusunan anggaran sebagai variabel bebas sedangkan variabel kinerja
manajerial ditempatkan sebagai variabel terikat. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran maka akan semakin
tinggi pula kinerja manajerial. Pada universitas swasta tingkat partisipasi yang tinggi dapat meningkatkan kinerja manajerial di mana apabila partisipasi tinggi
maka kinerja manjerialnya juga tinggi. Penelitian Deliana 2004 yang berjudul pengaruh partisipasi anggaran
terhadap kinerja manajerial dan kepuasan kerja dengan gaya kepemimpinan dan persepsi
ketidakpastian lingkungan
sebagai variabel
moderator telah
menggunakan variabel partisipasi anggaran sebagai variabel bebas; variabel gaya kepemimpinan dan variabel persepsi ketidakpastian lingkungan sebagai variabel
moderator serta variabel kinerja manajerial sebagai variabel terikat. Hasilnya
Universitas Sumatera Utara
belum dapat membuktikan variabel gaya kepemimpinan dan persepsi ketidakpastian lingkungan sebagai variabel yang secara signifikan mempengaruhi
hubungan partisipasi anggaran dengan kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Hal ini mungkin disebabkan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Keterbatasan yang
dimaksudkan dalam penelitiannya adalah pengiriman kuesioner melalui kantor direksi tanpa langsung berhadapan dengan responden, di mana memungkinkan
responden salah menginterpretasikan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner walaupun sudah terlebih dahulu dijelaskan cara pengisiannya.
Keterbatasan lain adalah populasi penelitian yang hanya terbatas pada kepala urusan, kepala tata usaha dan asisten kepala yang berada di Sumatera Utara.
Penelitian Octavia 2009 yang berjudul pengaruh partisipasi anggaran dan komitmen organisasi sebagai variabel bebas; terhadap kinerja manajerial pada
PT. POS INDONESIA Persero Medan sebagai variabel terikat bertujuan untuk menguji apakah partisipasi anggaran dan komitmen organisasi memiliki pengaruh
terhadap kinerja manajerial pada PT. POS Indonesia Persero Medan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini secara simultan partisipasi anggran dan komitmen
organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada PT. POS Indonesia Persero Medan. Sedangkan secara parsial, ditemukan bahwa partisipasi
anggaran tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja manajerial dan komitmen organisasi memberikan pengaruh positif terhadap kinerja manjerial. Hal ini terjadi
mungkin disebabkan oleh adanya semangat kerja karyawan yang tinggi dan kepedulian akan nasib perusahaan tempat mereka bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa penelitian ini hampir serupa dengan penelitian terdahulu yang menguji pengaruh partisipasi anggaran
terhadap kinerja pegawai. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel independen yaitu gaya kepemimpinan dan partisipasi dalam penyusunan
anggaran secara simultan, serta meneliti apakah kedua variabel tersebut memiliki pengaruh tehadap kinerja pegawai sekaligus untuk melihat konsistensi dari hasil
penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan di Dinas Pertamanan Kota Medan. Penelitian
manurung yang menguji pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran dan pengaruh gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating memiliki keterbatasan
dimana penelitian tersebut hanya dilakukan pada Dinas Pendidikan Nasional Pemerintahan Kabupaten Simalungun. Untuk itu peneliti ingin menguji ulang
pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada instansi pemerintahan yang berbeda, agar bisa
melihat konsistensi hasul penelitian sebelumnya.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1.