19
konsekuen frase jawab yang terdapat pada akhiran lagu dan diakhiri dengan akor I sesuai dengan tonika lagu.
3 Kalimat : Prier 2014:47 menjelaskan kalimat adalah melodi sejumlah 8-16 birama yang berisikan dari beberapa frase yang
membentuk suatu kesatuan dan diakhiri dengan jelas.
4. Musik Ibadah
Musik ibadah atau dapat juga disebut musik gerejawi muncul pertama kali pada jaman abad pertengahan 375-1400 dengan bentuk musik monofoni
yaitu musik gregorian, musik vokal dengan satu suara tanpa iringan Prier, 1991:86. Karena saat itu musik vokal masih berbentuk satu suara maka
belum dikenal istilah harmoni, tetapi hanya menggunakan modalitastangga nada pada jaman musik yunani. Menurut Prier 1991, bentuk musik gregorian
dibagi menjadi empat, yaitu accentus nyanyian yang syairnya diambil dari kitab mazmur, concentus nyanyian non-resitatif, bentuk baru lagu gregorian
mulai abad 10 dengan memasukan unsur duniawi kedalam karya musik, drama liturgi pada masa perayaan tertentu. Semua bentuk musik tersebut
digunakan dalam liturgi peribadatan umat katolikmisa. Musik ibadah pada gereja kristen protestan mulai muncul pada musik
vokal di Jerman dengan tokohnya yaitu Martin Luther yang juga tokoh besar reformasi agama kristen protestan. Prier 1991:68 menjelaskan bahwa salah
satu refromasi gereja yang diperjuangkan oleh luther adalah mengikutsertakan
20
jemaat pada ibadat dengan bernyanyi bersama. Seperti yang telah diketahui sebelumnya awal munculnya musik gereja dikalangan gereja katolik,
nyanyian dalam liturgi baik itu mazmur dan nyanyian non-resitatif hanya dinyayikan oleh seorang penyanyisolis pada jaman musik gregorian dan
setelah jaman itu musik gereja hanya dinyanyikan oleh sekelompok paduan suara karena telah berkembang juga teori harmoni, maka Marthin Luther
memperjuangkan reformasi gereja untuk jemaat turut dilibatkan dalam nyanyian ibadah. Karena konteks liturgi dalam agama kristen seperti yang
dikemukakan oleh Juswantori 2005 adalah kegiatan peribadahan dimana seluruh anggota jemaat terlibat secara aktif dalam pekerjaan bersama untuk
menyembah dan memuliakan nama Tuhan, berdasarkan pernyataan tersebut maka tidak ada seorangpun pengunjung ibadah yang pasif dan seolah-olah
hanya menjadi penonton saja. Hal tersebut juga berlaku pada nyanyian ibadah yang merupakan salah satu mata rantai liturgi yang tidak terpisahkan, adapun
fungsi dan peran nyanyian ibadah tersebut antara lain memberi bobotmempertajam pengungkapan makna melalui syair lagu, memberi
kesempurnaan penghayatan ibadah melalui keutuhan, kekhidmatan dan kesucian ibadah Sumardiyono:2009. Selain itu reformasi yang dilakukan
oleh Marthin Luther dalam hal nyanyian ibadah adalah musik gereja harus menggunakan bahasa setempat disamping bahasa Latin, serta Luther
memperkenalkan hymne baru yang disebut Chorale yaitu hymne yang
21
menggunakan teks baru yang diadaptasi dari sajak religius Komisi Liturgi, 2012:9
a. Fungsi dan Peran Nyanyian Ibadah Nyanyian ibadah dapat dimainkan dengan hanya instrumen saja
dengan tujuan untuk menghantarkan umat masuk dalam suasana ibadah yang khidmat dan tenang, tetapi pada bagian yang lebih penting nyanyian ibadah
harus melibatkan umat untuk turut menyanyikan atau lebih disebut nyanyian jemaat. Bentuk dari iringan musik ibadah tidaklah harus meriah layaknya
sebuah konser tetapi sederhana dan dapat membawa umat turut bernyanyi secara nyaman Prier:2012. Apabila jemaat dapat turut aktif bernyanyi dan
menikmati musik iringan maka jemaat juga akan dapat menghayati makna syair dalam nyanyian dengan benar.
b. Klasifikasi Nyanyian Ibadah Menurut Komisi Musik dan Liturgi GKI 2012:15 nyanyian ibadah
adalah bagian dari musik gereja yang dinyanyikan bersama-sama oleh seluruh umat didalam ibadah, nyanyian ibadah dapat juga disebut dengan nyanyian
jemaat. Gereja Kristen Indonesia saat ini menggunakan 3 buah buku lagu untuk digunakan dalam nyanyian jemaat dalam peribadatan mereka, 3 buku
lagu tersebut antara lain Kidung Jemaat KJ, Nyanyikanlah Kidung Baru NKB, dan Pelengkap Kidung Jemaat PKJ dimana ketiga buku tersebut
diterbitkan oleh Yayasan Musik Gereja YAMUGER dan untuk jemaat ditulis dalam notasi angka beserta syairnya.
22
Berdasarkan sifatnya, nyanyian ibadah dibagi menjadi 2 seperti yang diungkapkan Komisi Musik2012:33
a. Ordinarium, yaitu nyanyian yang bersifat tetap, tidak berubah dalam segala tema ibadah yang digunakan.
b. Proprium, yaitu nyanyian yang selalu berubah karena disesuaikan dengan tema ibadah tergantung pada situasi dan
kondisi yang dialami oleh gereja. Dalam liturgi ibadah Gereja Kristen Indonesia, contoh dari lagu ordinarium
adalah Amin, Haleluya, dan Haleluya Amin. Sedangkan contoh untuk lagu proprium sangat banyak tergantung pada tema ibadah yang digunakan.
c. Unsur nyanyian ibadah Ada beberapa unsur yang wajib dipahami oleh seorang pemusik yang
dalam hal ini mengiringi nyanyian jemaat dalam sebuah ibadah. Komisi musik dan liturgi GKI 2012 menjelaskan unsur-unsur tersebut antara lain :
1 Tempo : cepat atau lambatnya sebuah lagu tersebut dinyanyikan. Biasanya tanda tempo menggunakan simbol MM, sebagai contohnya
MM=100, artinya dalam 1 menit terdapat 100 ketukan Komisi Musik, 2012:46. Tidak semua lagu yang digunakan dalam liturgi mempunyai
tempo yang sama, tergantung dari makna syair lagu tersebut dan pesan apa yang akan disampaikan dalam sebuah lagu untuk kemudian
menentukan cepat atau lambatnya sebuah nyanyian jemaat. 2 Frasering : frasering dapat juga disebut dengan pengalimatan, yaitu
pemenggalan kalimat yang disesuaikan dengan nafas. Pesan dalam syair
23
yang terkandung pada nyanyian jemaat dapat tersampaikan dengan baik apabila pemenggalan kalimatnya tepat. Peran pemusik pada bagian ini
adalah memberikan kesempatan pada jemaat untuk mengambil nafas selama bernyanyi dengan tujuan jemaat tidak terengah-engah dan lagu
tidak menjadi monoton Komisi Musik, 2012:46. Dengan frasering yang benar, nyanyian jemaat akan lebih hidup dan jemaat akan bernyanyi
dengan nyaman. 3 Tonalitas dan Modalitas : tonalitas dan modalitas sangat erat
hubungannya dengan tangga nadanada dasar pada sebuah lagu. Prier 2014:217 dalam bukunya yang berjudul kamus musik menjelaskan
tonalitas adalah istilah untuk sistem hubungan nada dan akor dalam musik mayor-minor tonal barat. Tonalitas dibedakan menjadi 2 yaitu mayor
diawali nada do1, dan minor yang diawali dengan nada la6, yang dimana pada masing-masing tonalitas baik mayor atau minor akan
mempunyai progresi akord yang berbeda. Tonalitas minor dibagi menjadi 4 yaitu minor asli, minor harmonis, minor melodis, dan minor zigana.
Modalitas adalah rumusan modus tertentu, misal tangga nada pentatonis serta tangga nada gereja Komisi Musik, 2012:48. Jika dalam tonalitas
jumlah nada asli yang digunakan berjumlah 7, maka dalam modalitas belum tentu menggunakan semua ketujuh nada tersebut, melainkan hanya
beberapa nada saja yang digunakan. Dalam modalitas juga tidak menggunakan kadensgerakan akor tertentu, tetapi susunan akornya diatur
24
melalui interval disonan dan konsonan menggunakan ilmu kontrapung Prier,2014:118. Contoh dari modalitas adalah susunan nada yang
digunakan dalam gamelan jawa atau disebut dengan pentatonis jawa, laras slendro hanya menggunakan 5 nada saja yaitu 1-2-3-5-6 sedangkan pada
laras pelog menggunakan 5 nada juga dengan susunan 3-4-5-7-1 Prier,2014
d. Iringan Nyanyian Ibadah Pemusik ibadah sebagai wakil umat, istilah ini dipakai oleh Prier
dalam bukunya ‘Roda Musik Liturgi’ untuk menjelaskan bahwa pemusikorganis tidak hanya memberi warna dalam nyanyian jemaat tetapi
juga harus turut bernyanyi untuk mengungkapkan pesan yang terkandung dalam nyanyian. Jika sang pemusik sendiri tidak memahami pesan yang
terkandung dalam lagu karena cara mengiringi yang kurang sesuai bagaimana orang lain dapat memaknai pesan lagu yang dinyanyikan. Tugas seorang
organis tidak hanya menciptakan suasana ibadah yang khidmat tetapi juga membantu jemaat agar dapat bernyanyi dengan nyaman. Komisi Musik dan
Liturgi GKI menekankan pentingnya pemberian intro, interludium, preludium, dan postludium oleh pemusik dalam mengiringi nyanyian jemaat yang terdiri
dari beberapa bait dalam satu lagu. 1 Intro : intro adalah cara untuk memperkenalkan lagu, tinggi nada, tempo,
dan karakter lagu supaya umat dapat menyanyikan lagu tersebut dengan
25
tinggi nada dan tempo yang sama Komisi Musik, 2012:50. Intro berperan penting agar umat tidak ragu-ragu dalam insetingmemulai
bernyanyi pada sebuah lagu. Intro pada umumnya berjumlah antara 4-8 birama yang berasal dari akhir lagu.
2 Interludium : adalah melodi yang menghubungkan antara satu bait dengan bait berikutnya dalam sebuah lagu. Interludium digunakan dengan
melihat syair dan makna dari antar bait lagu, apabila makna dari satu bait ke bait berikutnya masih berkaitan maka interludium tidak perlu
digunakan agar pesan yang tersirat melalui syair lagu dapat dimaknai oleh umat sepenuhnya.
3 Coda : coda merupakan ekor atauh akhiran dari sebuah lagu, coda dapat berupa permainan musik secara instrumental atau syair yang terdapat
pada akhir nyanyian yang dinyanyikan secara berulang. Jika dimainkan secara instrumental coda dapat diambil dari 2-4 birama akhir lagu tetapi
dapat juga dimainkan dengan improvisasi yang sedikit berbeda baik itu improvisasi melodi, harmoni, dan ritme.
Struktur lagu yang digunakan dalam nyanyian ibadah di GKI adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Struktur Lagu Pada Nyanyian Jemaat
Intro – Bait – Refrainbila ada dalam lagu – Interlude – Bait – Reffrain bila ada dalam lagu - Coda
26
Dalam mengiringi sebuah nyanyian jemaat musik iringan pertama kali memainkan intro yang merupakan pengenalan lagu kepada jemaat, intro
dimainkan dengan jiwa, irama, dan tempo yang tepat sesuai dengan karakter lagu Prier:2014. Pada umumnya tempo diambil sejumlah 2-8 birama pada
awal lagu dan pada akhir lagu. Setelah intro selesai dimainkan jemaat memulai menyanyikan nyanyian sesuai dengan susunan lagu yang biasanya
dimulai dari bait, pada bagian ini pemusik tidak terlalu menonjolkan permainanya agar suara jemaat dapat terdengar dengan jelas. Ada nyanyian
jemaat yang memiliki bagian reffrain dalam susunan lagunya, reffrain biasanya terdapat setelah bait dinyanyikan dapat berfungsi sebagai
kesimpulan atau makna inti dari nyanyian tersebut Prier:2014. Pada bagian reffrain pemusik diperbolehkan mengubah sedikit gaya iringannya untuk
memberi variasi dalam nyanyian jemaat. Apabila nyanyian jemaat akan dinyanyikan lebih dari satu kali atau lebih dari satu bait maka diperlukan
interlude yang merupakan permainan musik secara instrumentalyang berada pada antar bait nyanyian. Interlude biasanya diambil sejumlah 2-4 birama
pada akhir lagu. Nyanyian jemaat ditutup oleh bagian yang disebut coda ekor lagu. Pentingnya penggunaan coda adalah untuk melengkapi sebuah
keutuhan nyanyian jemaat sehingga jika syair lagu terakhir selesai dinyanyikan maka lagu tidak langsung berhenti begitu saja, tetapi diakhiri
dengan permainan musik iringan yang menggambarkan bahwa nyanyian tersebut sudah selesai
Penentuan nada dasar sebenarnya sudah dituliskan pada setiap lagu yang akan dinyanyikan, nada dasar tersebut sudah disesuaikan oleh YAMUGER
yang merupakan penerbit buku nyanyian yang digunakan dalam peribadatan dengan ambitus suara umat pada umumnya. Apabila nada dasar yang sudah
ditetapkan oleh buku masih kurang nyaman untuk dinya pemusik diijinkan merubah nada dasar tersebut tetapi tidak boleh terlalu jauh
dari nada dasar asli yang sudah ditetapkan. Perlu diketahui oleh setiap pemusik gerejawi bahwa ambitus umat pada umumnya berada pada nada a
sampai nada d2.
e. Alat Musik Pengiring Ibadah Penggunaan teknik iringan oleh pemusik tergantung pada alat musik
yang digunakan dan karakteristik alat musik tersebut. 1 Electone: merupakan
elektrik. Electone saat ini dikalangan gereja katolik. Alat musik ini pendahulunya adalah
organ pipa yang sumber suaranya berasal dari pipa tekanan angin Prier, 2014
megah dan menggelegar dengan nada panjang, pilihan suara yang biasa Penentuan nada dasar sebenarnya sudah dituliskan pada setiap lagu yang
inyanyikan, nada dasar tersebut sudah disesuaikan oleh YAMUGER yang merupakan penerbit buku nyanyian yang digunakan dalam peribadatan
dengan ambitus suara umat pada umumnya. Apabila nada dasar yang sudah ditetapkan oleh buku masih kurang nyaman untuk dinyanyikan jemaat, maka
pemusik diijinkan merubah nada dasar tersebut tetapi tidak boleh terlalu jauh dari nada dasar asli yang sudah ditetapkan. Perlu diketahui oleh setiap
pemusik gerejawi bahwa ambitus umat pada umumnya berada pada nada a
Gambar 2. Ambitus Suara Jemaat Untuk bernyanyi
Alat Musik Pengiring Ibadah Penggunaan teknik iringan oleh pemusik tergantung pada alat musik
yang digunakan dan karakteristik alat musik tersebut. merupakan pengembangan dari alat musik organ dalam bentuk
Electone biasa digunakan untuk mengiringi sebuah ibadah saat ini dikalangan gereja katolik. Alat musik ini pendahulunya adalah
organ pipa yang sumber suaranya berasal dari pipa-pipa yang mendapat tekanan angin Prier, 2014:142. Karakteristik dari alat musik ini adalah
megah dan menggelegar dengan nada panjang, pilihan suara yang biasa
27
Penentuan nada dasar sebenarnya sudah dituliskan pada setiap lagu yang inyanyikan, nada dasar tersebut sudah disesuaikan oleh YAMUGER
yang merupakan penerbit buku nyanyian yang digunakan dalam peribadatan dengan ambitus suara umat pada umumnya. Apabila nada dasar yang sudah
nyikan jemaat, maka pemusik diijinkan merubah nada dasar tersebut tetapi tidak boleh terlalu jauh
dari nada dasar asli yang sudah ditetapkan. Perlu diketahui oleh setiap pemusik gerejawi bahwa ambitus umat pada umumnya berada pada nada a
Gambar 2. Ambitus Suara Jemaat Untuk bernyanyi
Penggunaan teknik iringan oleh pemusik tergantung pada alat musik
organ dalam bentuk biasa digunakan untuk mengiringi sebuah ibadah pada
saat ini dikalangan gereja katolik. Alat musik ini pendahulunya adalah pipa yang mendapat
:142. Karakteristik dari alat musik ini adalah megah dan menggelegar dengan nada panjang, pilihan suara yang biasa
28
digunakan dalam penggunaan alat musik electone adalah strings dan pipe organ. Alat musik ini dimainkan dengan kedua tangan dan kaki yang
semuanya turut aktif berperan, pada tangan kanan memainkan melodi utama lagu cantus firmus tangan kiri memainkan blocking chord dengan
letak papan nada yang berbeda, kaki kiri aktif memainkan bas pada bilah- bilah nada yang terdapat pada bagian bawah, sedangkan kaki kanan
berperan mengatur pedal volume. 2 Piano : sebuah alat musik akustik yang sumber bunyinya berasal dari senar
yang dipukul oleh hammerpemukul yang terbuat dari kayu, piano merupakan penyempurnaan dari alat musik harpsichord dan cembalo yang
mulai muncul pada jaman barok. Karakteristik alat musik ini dapat memainkan melodi, akor dan juga bass. Karakteristik alat musik piano
untuk mengiringi nyanyian yaitu memberikan ketukan yang jelas, sehingga tempo lagu tetap terjaga. Piano juga menentukan rhytm dari sebuah lagu
Komisi Musik, 2012:64. Saat ini piano telah dikembangkan dengan cara lebih modern yaitu piano digital yang dihasilkan melalui listrik sehingga
perawatannya tidak serumit piano akustik. 3 Keyboard : alat musik keyboard adalah hasil dari modernisasi dari semua
alat musik, karena hampir semua jenis suara yang dihasilkan alat musik dapat ditirukan oleh keyboard. Bentuk dari alat musik ini adalah terdapat
bebeapa papan nada sama seperti piano dan organ tetapi di atasnya terdapat banyak tombol untuk menjalankan fungsi dan lauar LCD sebagai
29
monitornya. Alat musik ini menggunakan listrik sebagai sumber daya dan didalamnya terdapat program seperti komputer yang dapat menjalankan
perintah pemain secara otomatis dengan hanya menekan salah satu tombol. Keyboard menjadi pilihan utama hampir disemua gereja karena fleksibilitas
fungsi dari alat tersebut, disamping harganya yang relatif terjangkau apabila dibandingan dengan alat musik akustik lainnya. Beberapa gereja
menggunakan alat musik keyboard untuk menggantikan alat musik organ atau piano karena pertimbangan harga dan perawatan. Teknik
permainanpun juga dapat mengikuti teknik permainan organ dan piano yaitu selain dapat sebagai chord blocking, keyboard juga dapat memainkan
melodi bahkan melodi+chord blocking Komisi Musik, 2012:80 dan cara ini masih relatif berhasil untuk menciptakan suasana ibadah dan mengiringi
nyanyian umat agar suasana ibadah tetap khidmat. Namun ada juga yang menggunakan keyboard untuk mencari kemeriahannya melalui fitur style
keyboard. Style iringan merupakan fitur keyboard berupa iringan otomatis yang berbentuk irama musik tertentu yang terdiri dari beberapa alat musik
Prier,2012:196. Penggunaan fitur ini cenderung lebih mudah untuk dipelajari, dimainkan, dan pastinya memberikan suasana yang lebih meriah
apabila dibandingkan dengan iringan alat musik organ dan piano karena instrumen keyboard dapat memainkan beberapa alat musik secara
bersamaan. Tetapi kemeriahan bukanlah suasana yang dibutuhkan untuk dapat beribadah dengan khidmat, melainkan suasana hening dan teduh.
30
Komisi Musik dan liturgi menjelaskan peran rhythmbox atau style iringan dalam sebuah musik iringan ibadah harus diminimalisir.
Ingatlah bahwa musik gereja tidak sama dengan musik yang lain. Dalam mengiringi jemaat penggunaan rhythmbox style
iringan harus dihindari karena membuat nyanyian menjadi mati. Rhythmbox style iringan adalah mesin yang tidak memiliki nafas,
padahal manusia selalu bernafas dan dalam menyanyi kita harus mengambil nafas. Rhythmbox style iringan membuat nyanyian
menjadi mati karena seperti komidi putar yang terus menerus mengulang tanpa titik atau koma 2012:59.
Senada dengan Komisi Musik dan Liturgi, Prier dalam bukunya roda musik liturgi 2012:197 juga menentang penggunaan fitur rhythm pada
keyboard style iringan untuk mengiringi nyanyian ibadah. Menurutnya fitur tersebut lebih tepat untuk hiburan dalam konteks musik sekuler,
sedangkan musik gerejawi diciptakan untuk berkomunikasi dengan Tuhan bukan untuk hiburan. Selain itu nyanyian gerejawi identik dengan
penghayatan dan penjiwaan sehingga menimbulkan dinamika yang beragam seperti keras, lembut, perlahan menjadi cepat, dll yang semuanya
itu tidak dapat dilakukan oleh style iringan.
B. Penelitian Yang Relevan