1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dan tujuan nasional. Kesehatan memegang peranan sangat penting
dalam meningkatkan kesejahteraan manusia dalam setiap tahap kehidupan sesuai dengan permasalahan kesehatan yang dihadapi dan membangun
manusia sebagai Sumber Daya Pembangunan Budioro B, 2002:18. Untuk meningkatkan kesehatan dapat dilakukan dengan peningkatan
gizi masyarakat, oleh karena itu maka ketahanan, ketersediaan, keterjangkauan, dan distribusi pangan harus baik. Sedikitnya ada gagasan
yang selama ini lazim didengungkan adalah diversifikasi pangan, pengolahan pangan dan mengubah kultur pangan terutama mentality rice.
Tetapi komitmen pemerintah pada masalah diversifikasi pangan masih sangat rendah Sunyoto Usman, 2004:13.
Penganekaragaman pangan dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan dari beras. Hal ini dapat dilakukan secara bertahap melalui
penganekaragaman pangan. Persepsi masyarakat bahwa pangan adalah beras perlu diubah karena beras merupakan sumber karbohidrat dengan protein,
2
sehingga perlu disubstitusi sebagian atau keseluruhan oleh komoditas lain Sunyoto Usman, 2004:98.
Keanekaragaman pangan merupakan salah satu prasyarat pokok dalam konsumsi pangan yang cukup mutu dan gizinya.
Dalam hal ini keanekaragaman pangan menjadi salah satu pilar utama dalam ketahanan
pangan, sehingga bila ketahanan pangan meningkat maka skor Pola Pangan Harapan PPH juga akan meningkat Bayu Krisnamurthi, 2003:1.
Tinggi rendahnya skor PPH tidak terlepas dari keberadaan petani. Sebagai penghasil beras, petani juga mengkonsumsi sendiri hasil tanamnya.
Pada petani sawah tadah hujan pola tanam yang umum pada lahan sawah tadah hujan adalah penanaman padi 1 sampai 2 kali setahun, tergantung
pada kondisi curah hujan masing-masing wilayah Syamsul Bakhri, 2001:1. Pada tahun 2005, pada tingkat nasional kualitas konsumsi penduduk
sudah semakin baik, yang ditunjukkan oleh keragaman konsumsi pangan penduduk mendekati skor mutu konsumsi sesuai Pola Pangan Harapan
PPH yang Beragam, Bergizi, dan Berimbang 3B sebesar 79,1. Skor PPH tahun 2002 yaitu sebesar 66,3, skor tahun 2003 sebesar 77,6, sedangkan
skor tahun 2004 sebesar 76,9. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kualitas konsumsi pangan
sudah mengalami peningkatan Departemen Pertanian, 2006:1. Hasil Survei Konsumsi Gizi SKG yang dilakukan dari tahun 1998-
2002 di Jawa Tengah menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein rata- rata selalu diatas AKG untuk protein : 46,5 gram per kapita per hari.
3
Tingkat konsumsi protein rata-rata mencapai 119,07-124,44 AKG tahun 1999-2002, namun data menunjukkan bahwa lebih dari 90 protein yang
dikonsumsi adalah protein nabati, sehingga pencapaian skor PPH menjadi rendah, yaitu 81 pada tahun 2002 dan 82,80 pada tahun 2003 PPH ideal
adalah 100. Skor PPH ini mengalami penurunan bila dibanding dengan skor PPH pada tahun 1998 yang mencapai 93 Dinkes Jawa Tengah,
2003:7. Dari survei pendahuluan yang penulis lakukan pada 20 keluarga
petani sawah tadah hujan di desa Jatihadi, Sumber, Kabupaten Rembang, pada bulan Maret tahun 2006 didapatkan skor Pola Pangan Harapan PPH
adalah 79,48. Hasil ini masih rendah bila dibandingkan dengan skor PPH Jawa
tengah tahun 2003 yaitu 82,80, dari masih rendahnya skor PPH tersebut maka dapat diketahui bahwa keragaman pangan di desa Jatihadi juga masih
kurang. Keragaman pangan yang rendah akan mengakibatkan munculnya masalah-masalah gizi yang akan menghambat pembangunan kesehatan.
Masalah-masalah gizi Malnutrition yang sering dijumpai dalam masyarakat yaitu: Pertama, Under Nutrition adalah kekurangan konsumsi
pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu. Kedua, Specific Deficiency adalah kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan
vitamin A, Yodium, Fe, dll. Ketiga adalah Over Nutrition yaitu kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu. Keempat, Imbalance, karena
disproporsi zat gizi I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:18.
4
Rendahnya skor PPH tersebut dipengaruhi banyak faktor. Menurut penelitian oleh Wida Tri Damayanti 2001 di Semarang, skor PPH
dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan tentang gizi. Penelitian oleh Mewa Ariani dan Ashari 2003 skor PPH dipengaruhi oleh sosial budaya,
ekonomi pendapatan dan ketersediaan pangan. Sedangkan Menurut Suhardjo 2003 besar keluarga mempengaruhi skor PPH, selain itu
pantangan makan dan status kepemilikan lahan juga sangat berpengaruh terhadap PPH. Moch. Agus Krisno B 2004 menyatakan skor PPH juga
dipengaruhi oleh adanya diet. Oleh karena itu maka peneliti mengambil masalah tersebut untuk
diteliti dengan Judul “FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PPH PADA
KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN’’. STUDI KASUS DI DESA JATIHADI, SUMBER, KABUPATEN REMBANG TAHUN
2007.
1.2 Rumusan masalah