Memberi contoh yang baik tauladan

20 bahwa 80 kesuksesan ditopang oleh kecerdasan emosi. Oleh karena itu upaya meningkatkan kecerdasan emosi merupakan hal penting dalam pengembangan potensi emosional peserta didik di sekolah. Pengembangan kecerdasan emosi disekolah dapat dilakukan melalui pengembangan kurikulum dan penciptaan situasi sekolah yang kondusif untuk pengembangan emosi peserta didik. Kecerdasan emosi merupakan tahapan yang harus dilalui seseorang sebelum mencapai kecerdasan spiritual. Seseorang dengan Emotional Quotient EQ yang tinggi memiliki fondasi yang kuat untuk menjadi lebih cerdas secara spiritual. Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup. Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respons terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita. Goleman 2000 mengemukakan kurikulum sekolah yang ditujukan untuk pengembangan emosi peserta didik. Beberapa ketrampilan emosional yang dapat dilatihkan di sekolah diantaranya adalah : a. Self awareness kepekaan terhadap diri sendiri, ketrampilan ini diberikan dengan membahas kata-kata yang berkaitan dengan perasaan, hubungan antara pikiran dan perasaan di satu sisi dengan reaksi di pihak lain, peranan pikiran atau perasaan dalam bereaksi. b. Decission making pembuatan keputusan, dimaksudkan untuk mempelajari tindakan dan konsekwensi yang mungkin timbul karena keputusan yang diambil untuk membiasakan seseorang mengadakan refleksi diri. c. Managing feeling mengelola perasaan, yaitu memonitor perasaan self talk atau gumaman seseorang untuk menangkap perasaan perasaan negative, belajar menyadari timbulnya perasaan tertentu misalnya sakit hati yang membuat seseorang menjadi marah. 21 d. Self concept konsep diri, dimaksudkan untuk membangun kepekaan terhadap identitas diri yang kuat dan untuk mengembangkan menerima dan menghargai diri sendiri. e. Handling stress penanganan stress, dengan melakukan kegiatan relaksasi, senam pernafasan, berimajinasi secara terarah atau berolah raga. f. Communication komunikasi dengan orang lain, yaitu dengan berlatih mengirim pesan dengan menggunakan kata “saya”, belajar untuk tidak menyalahkan orang lain dan belajar menjadi pendengar yang baik. g. Group dynamic dinamika kelompok, untuk membangun kerja sama, belajar menjadi pemimpin dan belajar menjadi pengikut yang baik. h. Conflict resolution pemecahan konflik belajar berkompetisi secara sehat dan menyelesaikan masalah dengan pendekatan saling menang win-win solution. Dengan mengembangkan model tersebut diharapkan sekolah dapat memberikan perhatian yang tinggi dengan menciptakan suasana yang kondusif untuk penumbuhan kecerdasan emosi siswa didalam kelas. Sebagai catatan perlu diperhatikan bahwa kecerdasan emosi guru seharusnya lebih dahulu terbangun sebelum mengembangkan kecerdasan emosi siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangkan potensi emosi peserta didik, diperlukan 3 kegiatan, yaitu mengembangkan kecerdasan emosi guru, mengembangkan kecerdasan emosi siswa dan meningkatkan susasana atau lingkungan kelas yang kondusif.

6.2. Peran Lingkungan dalam Pengembangan Emosi

Manusia akan selalu mempunyai keterkaitan dengan lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Mendesain lingkungan peserta didik menjadi lingkungan yang baik dalam memberikan pengalaman nyata untuk pengembangan emosi adalah suatu kebutuhan. Hal ini dikarenakan lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi potensi emosional peserta didik.