STRATEGI PARTAI GOLKAR DALAM MENGHADAPI PEMILUKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN BOYOLALI

(1)

commit to user

STRATEGI PARTAI GOLKAR DALAM MENGHADAPI PEMILUKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN BOYOLALI

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

Disusun Oleh: BAYU NUGROHO AJI

D0106039

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing

Drs. Budiardjo, M.Si. NIP.195406021986011001


(3)

commit to user HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari : Tanggal : Panitia Penguji :

1. Drs. Sukadi, M.Si (………..)

NIP. 1947082019760331001 Ketua

2. Dra. Retno Suryawati, M.Si (………..)

NIP. 196001061987022001 Sekretaris

3. Drs. Budiardjo, M.Si. (………..)

NIP.195406021986011001 Penguji

Mengetahui, Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. H. Supriyadi, S.N.SU NIP. 195301281981031001


(4)

MOTTO

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba kecukupan”

(Q.S. Al-Alaq: 6-7)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

(QS. Alam Nasyrah : 6)

”Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.”

(Mahatma Gandhi)

”Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan.” (Filsuf)


(5)

commit to user PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

G Bapak dan Ibu atas semua doa, kasih sayang, pengertian dan pengorbanan yang diberikan selama ini untukku.

G Mas, mbak, dan adikku yang telah memberikan keceriaan dan senyuman saat kepenatan melanda.

G Yuli “nugroho” amintasih yang selalu menemani dan memberi semangat selama masa kuliah dan masa pembuatan skripsi.

G Keluarga besarku, atas doa dan dukungan yang diberikan sehingga aku bisa melalui semua tantangan dalam menyelesaikan karyaku.

G Sahabat-sahabatku Administrasi Negara Angkatan 2006, Terima kasih atas persahabatan yang tulus yang kalian berikan untukku.

G Sahabatku dimasa-masa kos. Kos “tentrem ing manah” dan kos “vegas”, Masa-masa empat tahun lebih ini begitu berarti, banyak hal yang kita lewati untuk mengerti tentang hidup. Terima ksaih untuk selama ini, aku belajar dari kalian semua.

G Almamaterku Administrasi Negara 2006.

G Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.


(6)

KATA PENGANTAR

 

Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”STRATEGI PARTAI GOLKAR DALAM MENGHADAPI PEMILUKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN BOYOLALI”.

Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Budiardjo, M.Si selaku pembimbing, atas bimbingannya, arahan, dan motivasi serta kesabarannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Agung Priyono, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Bapak Drs. Sudarto, M.Si dan Bapak Agung Priyono, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(7)

commit to user

5. Bapak H. Fuadi. SH. selaku Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Boyolali yang telah memberikan kemudahan didalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Joko Pramudyo S.Pd selaku Dewan Penasehat Tim Sukses Pemilukada Kabupaten Boyolali Tahun 2010 dari Partai Golongan Karya yang telah memberikan kemudahan didalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak H. Ichsan S.Ag selaku Ketua Tim Sukses Pemilukada Kabupaten Boyolali Tahun 2010 dari Partai Golongan Karya yang telah memberikan kemudahan didalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Prijanto, MM selaku Wakil Ketua Tim Sukses Pemilukada Kabupaten Boyolali Tahun 2010 dari Partai Golongan Karya yang telah memberikan kemudahan didalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak Nardi dan Pak min selaku full timer Kantor sekretariat Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Boyolali yang telah memberikan kemudahan didalam penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Widodo R selaku Pimpinan Kecamatan Sawit yang telah memberikan kemudahan didalam penyusunan skripsi ini. serta seluruh jajaran Organisasi Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Boyolali yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dalam penyediaan data yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membentu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan penulis perhatikan. Meskipun demikian, penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, April 2011

Penulis

                   


(9)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… HALAMAN PERSETUJUAN……… HALAMAN PENGESAHAN ……… HALAMAN MOTTO……….. HALAMAN PERSEMBAHAN……….. KATA PENGANTAR……….. DAFTAR ISI………. DAFTAR TABEL………. DAFTAR GAMBAR……… ABSTRAK……….……….... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……….………...

B. Rumusan Masalah……….………...

C. Tujuan Penelitian……...……….………...

D. Manfaat Penelitian……….………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori..………....

B. Kerangka Pemikiran………...

i ii iii iv v vi ix xi xii xiii xiv 1 16 16 17 18 52


(10)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………... B. Lokasi Penelitian ... C. Sumber Data ………...….. D. Teknik Pengumpulan Data……….………... E. Teknik Pengambilan Sample………. F. Validitas Data………... G. Teknik Analisis Data……….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kabupaten Boyolali……….

B. Partai Golkar………

C. Strategi Partai Golkar... D. Hasil yang dicapai...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………...

B. Saran ..………...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

56 56 57 58 60 60 60

64 66 79 109

111 113


(11)

commit to user DAFTAR TABEL

1.1 Perolehan Kursi DPR Pemilu 1955... 2

1.2 Perolehan Suara Pemilu 1971…………... . 6

1.3 Perolehan Suara Pemilu 1977 ... 7

1.4 Perolehan Suara Pemilu 1982... . 7

1.5 Perolehan SuaraPemilu1987 ... 7

1.6 Perolehan Suara Pemilu 1992 ... 8

1.7 Perolehan Suara Pemilu 1997... 8

2.1 Tes Litmus untuk isu-isu strategi... ... 35

2.2 Matriks Analisis SWOT ... 37

4.1 Daerah Pemilihan Kabupaten Boyolali ... 64

4.2 Hasil Analisis SWOT ... 99


(12)

DAFTAR GAMBAR

2. 1 2.2 2.3 3.1

Diagram Analisis SWOT………... Model Sistem Pemilihan Pemilukada ………... Bagan Model Kerangka Berpikir…………... Skema Analisis Model Interaktif………...

19 20 35 44


(13)

commit to user ABSTRAK

BAYU NUGROHO AJI. D0106039. STRATEGI PARTAI GOLKAR DALAM MENGHADAPI PEMILUKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi. Program Studi Administrasi Negara. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011. 113 Hal.

Dengan menggunakan identifikasi faktor internal dan eksternal maka akan diperoleh isu-isu strategis kemudian dilakukan skala pengukuran skala prioritas isu-isu strategis dengan menggunakan tes litmus yang selanjutnya diperoleh isu paling strategis. Setelah itu dihasilkan strategi-strategi yang yang akan digunakan oleh DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali dalam memenangkan Pemilukada Kabupaten Boyolali Tahun 2010.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, telaah dokumen dan observasi. Penentuan reponden dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Telaah dukumen dilakukan terhadap dokumen maupun buku-buku pedoman yang berhubungan dengan penelitian. Observasi yaitu pengamatan langsung mengenai kondisi di Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kabupaten Boyolali. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data yakni menguji data sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisis datanya adalah analisis interaktif dengan komponen analisis yakni reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian dari analisis faktor internal dan eksternal ini menunjukkan bahwa DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali mempunyai kekuatan ( Partai Reformis, Komunikasi, Calon yang berkualitas, Kepengurusan yang lengkap, Satu komando kepengurusan); kelemahan (Sumber dana yang terbatas, Sumber Daya Manusia yang kurang loyal dan kurang berkualitas, Organisasi sayap yang kurang optimal, Waktu Persiapan yang relatif singkat); analisis eksternal dengan peluang (Perpecahan kader partai lain, Kepala Daerah merupakan kader partai, Koalisi dengan partai lain,Tim sukses berasal dari berbagai elemen masyarakat.); Ancaman (Incumben yang masih menjabat, Persiapan rival yang cukup lama, Pragmatisme kader partai) yang kemudian berdasarkan analisis SWOT dan tes litmus menghasilkan isu strategis (1)Memperbaiki militansi kader dan perekrutan kader yang kompeten serta berkualitas,(2) Koalisi dengan partai lain untuk mengatasi masalah sumber daya,(3) Melakukan peningkatan kinerja partai politik melalui kerja sama dengan stakeholder, individu, dan organisasi masyarakat,(4)Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang calon atau pasangan yang dicalonkan,(5) Mengoptimalakan sumber daya yang tersedia untuk berkompetisi dengan pesaing, (6)Meningkatkan komitmen kader partai dalam pelaksanaan Pemilukada Tahun 2010 Kabupaten Boyolali melalui Kepala Daerah,(7)Mengoptimalkan sumber daya yang berkualitas dalam Pemilukada Kab. Boyolali Tahun 2010.


(14)

ABSTRACT

BAYU NUGROHO AJI. D0106039. GOLKAR PARTY STRATEGY IN DEALING WITH 2010 LOCAL ELECTION IN BOYOLALI REGENCY. Thesis. Public Administration Study Program. Administration Department. Social and Political Sciences Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. 2011. 113 Pages

By identifying the internal and external factors, the strategic issues then were obtained that were then measured using priority scale by using litmus test leading to the most strategic issue. Then, the strategies to be used by DPD Partai Golkar of Boyolali Regency in winning Election in Boyolali Regency of 2010.

Techniques of collecting data used were interview, document study and observation. The respondent selection in this research was done using purposive sampling. Document study was done on the document and literature relevant to research. Observation was direct observation about the condition in Local Leadership Council of Golkar Party of Boyolali Regency. The data validity used was data triangulation namely to examine the similar data of various source. Technique of analyzing data used was interactive analysis with analysis components encompassing data reduction, data display, and conclusion drawing.

The result of research from the analysis on internal and external factors shows that the Local Leadership Council of Golkar Party of Boyolali Regency has some strengths (Reformist party, communication, high-quality nominee, complete leadership, one leadership command); weaknesses (limited fund source, less loyal and low quality human resource, less optimum wing organization, relatively short preparation time); the external analysis with opportunities (other party’s breakdown, Local Principal is the party’s cadre, coalition with other parties, success time comes from a variety of society elements); threats (the incumbent still occupies an office, the rival preparation is sufficiently long, party cadre pragmatism) that then based on SWOT analysis and litmus test the strategic issues result including (1) to improve the cadre militancy and to recruit the high quality and competent cadres, (2) coalition with other party to cope with human resource problem, (3) to improve the political party performance through the cooperation with stakeholders individuals, and society organization, (4) to increase socialization to the society about the nominee or the nominated couple, (5) to optimize the available human resource to compete with the competitors, (6) to improve the party cadres’ commitment to the implementation of 2010 Local Election of Boyolali Regency through the Local Principal, and (7) to optimize the high-quality human resource in 2010 Local Election of Boyolali Regency.


(15)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini demokrasi merupakan terminologi politik yang paling sering digunakan, namun juga yang paling problematik. Problematik, sebab para pakar ilmu politik belum sepakat, apakah demokrasi itu sekedar alat untuk mencapai tujuan, ataukah menjadi tujuan bangsa atau negara itu sendiri. Namun terlepas dari itu semua, Demokrasi merupakan ajaran yang sangat universal diterima oleh seluruh dunia. Demokrasi sangat berkaitan dengan hak-hak politik yang paling mendasar bagi kebutuhan manusia.

Pada tahun 1955 bangsa Indonesia mampu mengukir sejarah dalam praktek demokrasi. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan penyelenggaraan pemilihan umum pertama tahun 1955 yang berlangsung umum, bebas dan rahasia (luber). Pada masa tersebut, bangsa Indonesia tengah menghadapi berbagai persoalan, baik ekonomi, sosial maupun politik yang ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan separatis di berbagai daerah untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada Pemilu yang diadakan untuk pertama kalinya itu, sebanyak 27 partai politik dan satu calon perorangan turut serta mendapatkan kursi di pesta demokrasi tersebut.


(16)

Tabel 1

Perolehan Kursi DPR pada Pemilu 1955 A. Partai-Partai yang berhasil mendapat Kursi di DPR 1. Partai Nasional Indonesia

2. Majilis Syuro Muslimin Indonesia 3. Nahdlatul Ulama

4. Partai Komunis Indonesia 5. Partai Serikat Islam Indonesia 6. Partai Kristen Indonesia 7. Partai Katolik

8. Partai Sosialis Indonesia 9. Pergerakan Tarbiyah Islam

10. Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia 11. Gerakan Pembela Pancasila

12. Partai Rakyat Nasional

13. Perserikatan Pegawai Polisi RI 14. Murba

15. Pemuda Republik Indonesia 16. Partai Buruh

17. Partai Republik Indonesia Merdeka 18. Aksi Kemenangan Umat Islam 19. Angkatan Comunis Indonesia

20. Partai Politik Tharikat Islam Indonesia 21. Partai Rakyat Djelata

22. Partai Indonesia Raya-Wongso Nagoro 23. Partai Indonesia Raya-Hazairin

24. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia

25. Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia 26. Grinda

27. Persatuan Daya

B. Perorangan yang berhasil mendapat kursi di DPR 1. R. Soedjono Prawirosoedarso


(17)

Setelah berbagai kampanye yang ramai dan cukup melelahkan, akhirnya muncul empat kekuatan partai politik terbesar yang sekaligus keluar sebagai “pemenang” Pemilu pertama itu. Partai politik pemenang tersebut adalah Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Masyumi, NU, dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Masuknya PKI dalam empat besar tersebut memang sudah diprediksi oleh banyak pengamat politik, tetapi tetap saja perolehan suara yang begitu besar jika dibandingkan partai-partai lain semisal Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII), Partai Murba atau Partai Sosialis Indonesia (PSI) merupakan sebuah hal yang mengejutkan.

Kemenangan PKI ini sendiri secara khusus merupakan ancaman bagi lawan-lawan politiknya, baik dari kalangan partai atau pun kelompok lain, khususnya militer. PKI menjadi partai yang sangat dominan dalam politik Indonesia disebabkan karena bersatunya tiga golongan utama republik ini, nasionalis, agama dan komunis. Hal ini dapat menjadi pertanda bahwa eksistensi PKI diakui dan semakin terbuka peluang untuk berkembang. Politik Presiden Soekarno dalam masa Demokrasi Terpimpin ini terlihat cenderung memberi ”ruang” yang cukup pada kekuatan politik pemenang Pemilu tahun 1955, sehingga iklim politik tersebut menguntungkan PKI untuk mengembangkan kekuatannya. Hal inilah yang menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan di pihak militer (AD).


(18)

Dengan kekhawatiran dan kecemasan dari pihak militer (AD) tersebut akhirnya militer pada bulan oktober tahun 1964 membentuk Secretariat Bersama (Sekber) Golongan Karya yang merupakan menjadi cikal bakal terjadinya Partai Golkar. Timbulnya Rencana terbentuknya Sekber Golkar untuk pertama kali adalah berawal dari Jenderal A.H Nasution bersama dengan anggota-anggota militer lainya yang bertujuan untuk mengimbangi kekuatan PKI. Sekber Golkar ini pertama kali terbentuk branggotakan organisasi-organisasi seperti Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO) dan Seni Budaya Islam (HSBI), dimana setiap organisasi masa tersebut ada petinggi-petinggi ABRI yang menduduki jabatan penting. Selain gabungan dari organisasi tesebut masih ada oragnisasi seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) serta Ikatan Pemuda Pelajar Idonesia yang menghindar dari intervensi dan pengaruh PKI yang kemudian bergabung dengan sekretaris bersama golongan karya.

“Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964. Sekber Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI beserta ormasnya dalam kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang makin meningkat. Sekber Golkar ini merupakan wadah dari golongan fungsional/golongan karya murni yang tidak berada dibawah pengaruh politik tertentu. Jumlah anggota Sekber Golkar ini bertambah dengan pesat, karena golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber Golkar dalam Front Nasional menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional Sekber Golkar adalah untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945. Semula anggotanya berjumlah 61 organisasi yang kemudian berkembang hingga mencapai 291 organisasi.”


(19)

( http://www.sekretariatgabungan.info/content/partai-golkar)

Dari kutipan diatas terlihat sangat jelas bahwa pengaruh PKI di Indonesia sangatlah ditentang oleh semua kalangan al ini terlihat sangat pesatnya perkembangan anggota Sekber Golkar dari 61 organisasi menjadi 291 organisasi. Organisasi yang menjadi anggota Sekber Golkar termasuk dari kalangan organisasi profesi (PGRI,ABRI), kepemudaan (Pemuda Pancasila,HMI, Pemuda Katholik, Pelajar Islam Indonesia) , serta dari golongan agama (Muhammadyah, Nahdlatul Ulama).

Kemudian pada tahun 1965 meletuslah pemberontakan 30 September yang dilakukan oleh PKI, namun atas kesigapan dari ABRI dengan mementuk sekber golkar pemberontakan yang dilakukan oleh PKI tersebut dapat digagalkan dan sejak tahun 1966 organisasi PKI dibubarkan dan petualangan politik PKIpun terhenti karena adanya organiasi Sekber Golkar. Dengan runtuhnya kekuasaan PKI dalam kehidupan politik Indonesia maka berakhir juga kekuasaan dari Presiden Soekarno yang digulingkan oleh ABRI karena dianggap sebagai seorang dictator.

Dari sinilah kekuasaan 32 tahun era orde baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto dimulai dan kehidupan politik Indonesia dikuasai oleh Partai Golkar dari tahun 1966 sampai pada 1988 . Pada tahun 1971 dilakukan pemilu untuk pertama kalinya di zaman orde baru, lalu menjelang Pemilu


(20)

tersebut tercapai kesepakatan diantara ormas-ormas besar yang menjadi tulang punggung Sekber Golkar untuk menjadikan Golkar sebagai peserta pemilu. Namun perubahan Sekber Golkar menjadi Golkar secara resmi baru dilakanakan 17 Juli 1971, dua minggu setelah pemilu pertama melalui musyawarah Sekber Golkar.

Pemilu pertama yaitu pada tahun 1971 yang di ikuti oleh sepuluh partai dan pemilu selanjutnya pada tahun 1977,1982,1987, 1992, 1997 yang terdiri dari dua partai poltik dan satu organisasi pada masa orde baru tersebut mutlak menjadi kemenangan Golkar, sedangkan partai politik yang lainya hanyalah sebagai lambang demokrasi semu yang ada pada masa orde baru.

Perolehan Suara Pemilu 1971 Nama Organisasi Politik Persentase(%)

1. Golkar 2. NU 3. PNI 4. Parmusi 5. PSII 6. Parkindo 7. Partai Katholik 8. Perti

9. IPKI 10. Murba

62,80 18,67 6,94 5,36 2,39 1,34 1,10 0,70 0,62 0,09 Sumber: Golkar Pasca Pemilu 1992


(21)

Perolehan Suara Pemilu 1977

Nama Organisasi Politik Persentase(%) 1. Golkar

2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

62,80 27,12 10,08 Sumber: www.syarikatindonesia.com 

Perolehan Suara Pemilu 1982

Nama Organisasi Politik Persentase(%) 1. Golkar

2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

62,80 27,12 10,08 sumber: www.syarikatindonesia.com 

Perolehan Suara Pemilu 1987

Nama Organisasi Politik Persentase(%) 1. Golkar

2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

68,34 27, 78 7, 88 Sumber: www.syarikatindonesia.com 

Perolehan Suara Pemilu 1992

Nama Organisasi Politik Persentase(%)


(22)

2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

17,01 14,89 Sumber: www.syarikatindonesia.com 

Perolehan Suara Pemilu 1997

Nama Organisasi Politik Persentase(%) 1. Golkar

2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

68,10 17,00 14,90 Sumber: www.syarikatindonesia.com 

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa dominasi Golkar pada masa orde baru sangat dominan, hal ini terjadi karena Ketua Dewan Pembina Golkar adalah Presiden Soeharto yang pada saat itu menjabat Presiden sebagai kepala Negara dan dengan menjadi presiden tersebut mendapatkan gelar Panglima Tertinggi ABRI.

Dari jabatan yang diperoleh Dewan Pembina Golkar sebagai Presiden Republik Indonesia dan sebagai panglima tertinggi ABRI, dengan sangat mudah mensiasati perolehan suara Golkar dalam Pemilu. Pada saat itu ada tiga kekuatan yang dimiliki oleh GOLKAR yang sering disebut dengan “ABG” yaitu A (ABRI), B (Birokrasi), dan G (tiga pilar organisasi dalam secretariat bersama golongan karya, yaitu Sentral Organisasi Karyawan


(23)

Swadiri Indonesia (SOKSI), Muyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)).

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) adalah merupakan tokoh sentral dalam pemenangan Golkar dalam pemilu. Kekuasaan Orde Baru adalah sejarah neo-fasisme (militer), yaitu suatu pemerintahan yang dibangun dengan cara mengandalkan elitisme, irasionalisme, nasionalisme dan korporatisme. Ciri dari Pemerintahan neo-fasisme militer ini adalah mengandalkan kekuatan militer untuk menghancurkan organisasi-organisasi massa (kekuatan sipil) dan menghilangkan semua gerakan militan (Iswandi, 1998: 61). Bibit-bibitnya telah muncul sejak masa Demokrasi Terpimpin, dan diaplikasikan "nyaris" sempurna pada masa Orde Baru. Meskipun ketetapan bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai kekuatan sosial baru dikukuhkan pada tahun 1982, yaitu melalui UU No. 20/1982, namun prakteknya peran sosial-politik TNI telah berjalan sejak tahun 1960-an. Terutama, sejak Soeharto berkuasa pada tahun 1966, peran sosial-politik TNI semakin membesar. Peran sosial-politik TNI ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan "dwi fungsi ABRI/TNI".

Konsep dwi fungsi TNI pertama kali dilontarkan oleh Abdul Haris Nasution pada peringatan ulang tahun Akademi Militer Nasional (AMN) pada 12 November 1958 di Magelang, dan istilah "dwi fungsi" diperkenalkan kemudian pada rapat pimpinan Polri di Porong tahun 1960. Dwi fungsi


(24)

merupakan istilah untuk menyebut dua peran militer, yaitu fungsi tempur dan fungsi "pembina wilayah" atau pembina masyarakat (Nasution, 2001: 3). Nasution menganggap bahwa, "TNI bukan sekedar sebagai alat sipil sebagaimana terjadi di negara-negara Barat dan bukan pula sebagai rezim militer yang memegang kekuasaan negara. Dwi fungsi merupakan kekuatan sosial, kekuatan rakyat yang bahu-membahu dengan kekuatan rakyat lainnya".

Agar keberadaan militer di bidang sosial-politik diakui, maka pemerintah militer Orde Baru melakukan langkah-langkah yuridis sebagai berikut: (1) memasukkan dwi fungsi ABRI dalam GBHN tentang ABRI sebagai modal dasar pembangunan; (2) UU No. 20/1982 tentang Pokok-pokok Hankam Negara; (3) UU No. 2/1988; dan (4) UU No. 1/1989. Dua produk UU yang terakhir merupakan penyempurnaan dari produk UU sebelumnya.

Setidak-tidaknya, terdapat tiga peran militer pada masa Orde Baru yang berakibat buruk bagi kehidupan demokrasi. Pertama adalah menempati jabatan-jabatan politis seperti menteri, gubernur, bupati, anggota Golkar dan duduk mewakilinya dirinya di DPR. Misalnya, pada tahun 1966, anggota militer yang menjadi menteri sebanyak 12 orang dari 27 anggota kabinet dan 11 anggota militer yang menempati jabatan strategis di departemen-departemen urusan sipil. Di DPR, sebanyak 75 anggota militer duduk mewakili militer. Di tingkat daerah, pada tahun 1968, sebanyak 68% gubernur dijabat oleh anggota militer, dan 92% pada tahun 1970. Sementara, pada


(25)

tahun 1968, terdapat sebanyak 59% bupati di Indonesia berasal dari anggota militer. Kemudian pada tahun 1973, jumlah militer yang menjadi menteri sebanyak 13 orang; sebanyak 400 anggota militer dikaryakan di tingkat pusat, dan 22 dari 27 gubernur di Indonesia dijabat oleh militer. Hingga tahun 1982, sebanyak 89% jabatan-jabatan strategis di tingkat pusat yang berkaitan dengan persoalan sipil dijabat oleh anggota militer. Kemudian paska pemilu 1987, sebanyak 80% anggota DPR dari Fraksi ABRI dan sebanyak 34 perwira senior menjadi anggota DPR melalui Fraksi Golkar. Kemudian, 120 anggota militer terpilih sebagai pimpinan Golkar daerah dan hampir 70% wakil daerah dalam kongres nasional Golkar berasal di militer. Jumlah fraksi ABRI di DPR juga meningkat dari 75 menjadi 100. Kenaikan ini dianggap tidak layak, karena jumlah ABRI hanya 500.000 orang (0,3% dari jumlah penduduk Indonesia) tetapi mendapatkan kursi 20% di parlemen (Cholisin, 2002 dan Pakpahan, 1994) dalam www.mashudiblog.com.

Selain ABRI, terdapat juga Birokrasi yang menjadi ujung tombak lain dari Golkar untuk mendulang suara dari pemilu. Pemilu adalah pesta rakyat yang dimana dalam penyelenggaraanya dipegang oleh pemerintah dibawah pimpinan Presiden. Untuk melaksanakan pemilu Presiden membentuk Lembaga Pemilihan Umum (LPU) yang diketuai oleh Menteri Dalam Negeri yang beranggotakan atas menteri dan pejabat tinggi Negara. Hal yang sama juga terlihat dalam panitia pemilihan, mulai dari tingkat pusat (Panitia


(26)

Pemilihan Indonesia=PPI) sampai dengan tingkat daerah (Panitia Pemilihan Daerah Idan II). Hal serupa juga terjadi pula pada panitia pengawas, baik di pusat (Panitia Pengawas Pelaksana Pemilu Pusat = Panwaslakpus) yang diketuai oleh Jaksa Agung maupun didaerah (panwaslakda) yang diketuai oleh aparat kejaksaan diwilayah masing-masing Bahkan, didalam struktur pelaksana pemilu tingkat terendah (tingkat desa/kalurahan), yaitu Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan Panitia Pendaftaran Pemilih (Pantarlih), semua anggotanya juga terdiri atas unsur pemerintah. Dalam pelaksanaan pemilu, pemerintah merupakan pelaksana tunggal berbagai pemilu selama orde baru, maka Golkar mendapatkan kemudahan dalam segala hal pada saat pemilu karena Golkar merupakan partai pemerintah.

Untuk menunjang suara Golkar disaat pemilu adalah dengan pembentukan KORPRI adalah untuk menampung seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam suatu organisasi yang kemudian disusul dengan penetapan undang-undang monoyalitas kepada Pemerintah yang tidak lain adalah Golkar. Dengan pembentukan organisasi ini, secara tidak langsung Golkar dapat berkampanye selama 5 tahun dari pemerintah pusat, daerah (Provinsi dan Kabupaten), kecamatan hingga tatanan pmerinahan paling rendah yaitu desa atau kelurahan. Sedangkan dua partai yang lain PPP dan PDI hanya boleh berkampanye lima tahun sekali dan hanya mendirikan kantor sampai


(27)

dengan tingkat kabupaten sehingga membentuk “floating mass” yang kemudian dimanfaatkan Golkar untuk mendapatkan suara terbanyak.

Dari dua senjata utama Golkar diatas masih terdapat satu ujung tombak yang tersisa yaitu organisasi-organisasi yang menjadi tulang punggung Sekber Golkar pada saat pemberantasan PKI pada tahun 1966, organisasi ini berfungsi untuk mengkoordinir organisasi yang bernaung dibawah Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Muyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO) untuk menyalurkan aspirasi atau suaranya kepada Golkar.

Strategi-strategi yang dilakukan Golkar tersebut sangat efektif selama 32 tahun dari tahun 1966 sampai dengan tahun 1998, terlihat dari hegemoni Golkar selama masa orde baru yang tidak dapat digoyahkan oleh kelompok politik manapun. Namun setelah brgulirnya reformasi , masa rezim orde baru runtuh,pengaruh dari Golkarpun semakin hilang yang kemudian berubah menjadi Partai Golkar yang dimana merupakan partai baru dengan konsep baru yang mendeklarasikan sebagai partai reformis, dwi fungsi ABRI yang menjadi ujung tombak orde baru dihapuskan dan dipisahkan dengan kehidupan pemerintahan serta politik, Pemilu sendiri dilaksanakan oleh badan Independen dengan dibentuknya Komisi Pemilihan Umum berdasarkan UU


(28)

no. 3 Tahun 1999 serta penerapan netralitas Pegawai Negeri Sipil di dasarkan pada Undang-undang no. 49 Tahun 1999.

Hal ini berakibat penurunan drastis perolehan suara Partai Golkar dari pemilu 1999 diikuti 48 peserta partai politik, Partai Golkar menduduki urutan perolehan suara no dua dengan persentase 22,44% dibawah PDI-P yang memperoleh perolehan suara sebesar 33,12%. Sedangkan tahun 2004 diikuti oleh 24 partai politik, Partai Golkar mendapatkan 21,58% suara dan mengatarkan Partai Golkar sebagai pemenang pemilu dan unggul dari PDI-P(18,53%). Dan yang terakhir pada tahun 2009 yang diikuti 38 partai politik nasional dan enam partai politik local yang berada di Aceh dimana Partai Golkar (14,45%) menduduki posisi kedua setelah Partai Demokrat (20,85%) menjadi pemenangnya.

Kendati pada tahun 2004 Partai Golkar menjadi pemenang pemilu, perolehan suara yang didapat sangat jauh berbeda dari perolehan suara pada saat era orde baru ang selalu menembus prsentase diatas 60%. PelaksanaanPemilu 2004 berbeda dengan pemilu 1999 atau pemilu pada masa era orde baru, pada pemilu 2004 terdapat pemilihan kepala daerah yang didasarkan atas Undang-undang no. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pada pasal 24 ayat 5 (lima) dan Pasal 56 ayat 1 (satu) dan 2 (dua).


(29)

(5) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.

UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 56:

(1) Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

(2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam pemilihan kepala (Pemilukada) kepala daerah dipiliha langsung oleh rakyat yang dilaksanakan secara langsung,umum,bebas,rahasia, jujur dan adil tanpa adanya intervensi ataupun campur tangan dari pihak yag berkuasa ataupun dari kalangan militer (TNI). Serta memberikan kesempatan yang sama kepada setiap partai politik untuk dapat menunjukkan kemampuan calonya dalam bersaing. Dengan pemenagan Pemilukada diharapkan dapat mengkoordinir anggotaanggota partai politik di daerah-daerah agar mendapatkan perolehan suara yang maksimal.

Partai Golkar terus menggalang kekuatan agar jadi pemenang Pemilu 2014. Salah satu jurusnya, adalah dengan memenangkan semua pemilukada di berbagai daerah. Demikian perintah Ketua Umum Partai Golkar. Aburizal Bakrie atau Ical kepada seluruh kadernya. "Partai Golkar melakukan pembenahan. Insyaallah kader Golkar bisa memenangkan pilkada di berbagai daerah. Minimal, Golkar harus memenangkan 50 persen jumlah yang ada lah," ujar Ical kepada wartawan di Lombok, kemarin.

Menurutnya, jika Golkar banyak memenangkan pemilukada, maka perjuangan Golkar untuk menjadi juara di Pemilu 2014 semakin


(30)

mudah. Karena kemenangan di berbagai pemilukada akan meningkatkan konsolidasi dan sinergitas Golkar di daerah-daerah.( http//bataviese.co.id/nude/236685)

Dengan demikian Partai Golkar menargetkan dapat memenangkan 50% pemilukada yang dilaksankan di semua daerah di Indonesia. Akan tetapi didalam pelaksanaan pemilukada di provinsi Jawa Tengah sampai dengan bulan maret Tahun 2010 kemarin Partai Golkar telah menelan lima kekalahan, kekalahan tersebut berturut-turut dari Surakarta, Semarang, Purbalingga, Rembang, serta di Kebumen.

Dari paparan latar belakang masalah tersebut diatas, penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul : “STRATEGI PARTAI GOLKAR DALAM MENGHADAPI PILKADA TAHUN 2010 DI KABUPATEN BOYOLALI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana strategi Partai Golkar dalam pilkada tahun 2010 di Kabupaten Boyolali?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional

Untuk mengetahui Strategi Partai Golkar dalam Pilkada 2010 Kabupaten Boyolali.


(31)

Untuk Memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS)

D. Manfaat Penelitian

a. Diperoleh informasi dan gambaran mengenai strategi yang dilakukan Partai Golkar dalam Pilkada 2010 di Kabupaten Boyolali.

b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi upaya aplikasi atas teori-teori Administrasi Negara atas permasalahan politik yang berkembang saat ini.

c. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan penelitian dengan tema, lokasi atau kajian yang sama di masa mendatang. 


(32)

Bab II

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Berpikir A. Tinjauan Pustaka

1. Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang memiliki arti harfiah “jenderal”. Sehingga dapat pula diartikan sebagai seni perang para jenderal yang memimpin suatu peperangan (fitri Lukiastuti dan Muliawan, 2008:11).

Sedangkan menurut Matloff (1967) dalam J. Salusu (2004;85) menerangkan strategy adalah the art of general (seni jenderal). Dalam yunani kuno jenderal dianggap bertanggung jawab pada peperangan, kalah atau menang. Dengan kata lain strategi adalah sebuah seni dalam berperang.

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (1994:964) strategi memiliki beberapa arti yaitu siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik menurut siasat perang atau dapat pula diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dari pengertian di atas maka pengertian strategi sangat berkaitan erat dengan perang.

Saat ini istilah strategi banyak digunakan dalam organisasi. Strategi sangat diperlukan dalam perusahaan dalam pencapaian tujuan organisasi. Strategi adalah rencana yang disatukan menyeluruh dan terpadu mengkaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang 


(33)

melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaaan. (R.Jauch, William F. Glueck 1999:2) dalam, skripsi Dwi Irawati 2008

Dalam Rangkuti (2006:4), Argyris (1985), Mintzberg (979), Steiner dan Miner (1977) menerangkan bahwa:

“Stategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal yang dapat mempengaruhi organisasi.”

Sedangkan Chandler (1962) menjelaskan bahwa:

“strategi merupkan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya” ( Rangkuti (2006:4).

Sementara, Kennet Andrew dalam fitri Lukiastuti dan Muliawan, 2008 menjelaskan bahwa strategi sebagai upaya untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan dengan peluang serta ancaman dalam lingkungan yang dihadapi. Namun secara umum strategi diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh manager atau pimpinan puncak untuk mencapai tujuan orgnisasi. Strategi merupakan landasan awal bagi sebuah organisasi untuk menyusun langkah-langkah atau tindakan-tindakan dengan memperhitungkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Strategi bisa juga digunakan untuk


(34)

lebih baik dari sebelumnya.

Namun dalam perkembangan pengertian strategi dalam ilmu politik selanjutnya menurut Meriam Budiardjo (1981;125) adalah suatu persaingan ketat yang dihadapi oleh sebuah partai politik untuk mendapatkan jumlah suara dalam pemilihan umum, maka strategi yang dilakukan tersebut sangat dominan dengan bagaimana sebuah organisasi partai politik mendapatkan suara yang maksimal dalam pemilihan umum. Dalam hal ini, strategi juga sangat penting keberadaanya dalam sistem demokrasi yang berada di Indonesia.

Dari beberapa pendapat, definisi, pengertian dan penjelasan seperti yang tersebut di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi merupakan suatu seni, siasat, ide dan rencana yang cermat untuk digunakan menghadapi tantangan atau permasalahan atau persaingan politik yang sedang di hadapi dengan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan partai politik dibandingkan dengan peluang serta ancaman yang dapat mempengaruhi partai politik. Strategi juga melihat perubahan lingkungan organisasi yang selalu berubah yang bertujuan untuk mencapai tujuan memperoleh suara yang maksimal dalam setiap pemilihan umum, baik anggota parlemen atau kepala daerah.


(35)

berkembang sangat pesat dan memiliki arti yang lebih luas. Tidak terkecuali dalam berbagai bidang, seperti halnya dalam bidang organisasi. Dalam sebuah organisasi, upaya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dibutukan suatu strategi. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi (2000:147-148) strategi secara etiomolgi dalam manajemen sebuah organisasi dapat diartikan sebagai kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi. Disadari atau tidak bahwa, strategi memiliki andil dalam setiap pengambilan keputusan manajerial dan juga secara teoritis menjadi suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari setiap organisasi. Strategi sebagai perencanaan suatu organisasi dalam menjalankan kegiataannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sementara itu, Fauklner dan Johnson dalam bukunya Michael Amstrong (2003:38) strategi memperhatikan sungguh-sungguh arah jangka panjang dan cakupan organisasi. Strategi juga secara kritis memperhatikan dengan sunguh-sungguh posisi organisasi itu sendiri dengan memperhatikan lingkungan dan secara khusus memperhatikan pesaingnya. Strategi memperhatikan secara sungguh-sungguh pengadaan keunggulan kompetitif, yang secara ideal berkelanjutan sepanjang waktu, tidak dengan manuver teknis, tetapi dengan menggunakan perspektif jangka panjang secara keseluruhan. Pada dasarnya,


(36)

atau menyesuaikan sumber daya dengan peluang (strategi berbasis dumber daya) sehingga dapat mencapai kesesuaian stratejik diantara mereka. Dalam bukunya, Michael Amstrong (2003:39) memberikan tiga konsep utama dalam strategi yakni:

1. Keunggulan kompetitif

Konsep keunggulan kompetitif ini diformulasikan oleh Porter (1985). Keunggulan kompetitif, seperti yang dikatakannya timbul dari sebuah perusahaan yang menciptakan nilai untuk pelanggannya. Kemudian, dia mengembangkan kerangka kerjanya yang terkenal mengenai tiga strategi generik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, ketiga hal tersebut adalah :

a. Inovasi

Menjadi produser yang unik. b. Kualitas

Menyampaikan barang dan jasa yang berkualitas tinggi kepada pelanggan. c. Kepemimpinan biaya

Hasil kebijakan yang direncanakan bertujuan kepada pengelolaan pengurangan pengeluaran.

2. Kapabilitas khusus

Merupakan karakteristik yang tidak dapat ditiru oleh pesaing, atau sulit sekali ditiru. Kapabilitas khusus atau kompetensi inti, mendiskripsikan sesuatu yang secara khusus atau unik dapat dilakukan oleh organisasi. Empat kriteria yang diusulkan oleh Barry dalam bukunya Michael Amstrong (2003:41) mengatakam dalam menentukan apakah sumber daya dapat dianggap sebagai kapabilitas khusus atau kompetensi khusus:

a. Penciptaan nilai bagi pelanggan b. Memiliki sesuatu yang sangat langka c. Tidak dapat ditiru

d. Tidak ada subsitusinya 3. Kesesuaian stratejik

Menyatakan bahwa untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif perusahaan, maka harus menyesuaikan kapabilitas dan sumber daya yang ada dengan peluang yang tersedia dalam lingkungan ekternal. Seperti halnya yang disimpulkan oleh Hofer dan Schendel (1986) dalam Michael Amstrong (2003:42):

Bagian penting dari tugas manajemen puncak pada saat ini adalah memasukkan kompetensi organisasi yang sesuai (sumber daya internal; dan


(37)

ketika sumber daya akan direncanakan.

Sementara itu, dalam menetapkan suatu strategi dibutuhkan berbagai informasi yang dapat memperkaya organisasi dalam menetapkan alternatif-alternatif. Sarah Kaplan dan Paula Jarzabkowski (2006:7-8) dalam AIM Working Paper Series: 047-August-2006 menegaskan bahwa:

“Indeed, much of the information needed for making strategy may be unclear or conflicting. As strategy is about the future, there will always be an aspect that cannot be known, so that setting a strategy means deciphering existing information and deriving a point of view about what to do. Such uncertainty can result in myriad interpretations about what is going on and what should be done.”

(Memang, sebagian besar informasi yang dibutuhkan untuk membuat strategi mungkin tidak jelas atau bertentangan. Seperti strategi adalah tentang masa depan, akan selalu ada sebuah aspek yang tidak dapat diketahui, sehingga penetapan strategi berarti mengartikan informasi yang ada dan menurunkan sudut pandang tentang apa yang harus dilakukan. Ketidakpastian tersebut dapat menghasilkan berbagai interpretasi tentang apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan).”

Dari pemikiran diatas, dijelaskan bahwa informasi yang dibutuhkan untuk membuat strategi mungkin tidak berhubungan bahkan bertentangan. Strategi merupakan sesuatu yang dilakukan organisasi di masa depan. Maka dalam membuat strategi, organisasi perlu menggali informasi yang ada tentang apa yang harus dilakukan organisasi. Sehingga akan didapatkan informasi yang lengkap tentang peluang dan ancaman yang dapat digunakan dalam menetapkan strategi. Sedangkan Hax dan Majluf (dalam Salusu,2004:100) mencoba


(38)

Strategi:

1. Ialah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral; 2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran

jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya; 3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi; 4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama,

dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal oganisasi, dan kekuatan serta kelemahanya; 5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.

Di lain pihak, Bryson (2005:189), mengemukakan bahwa strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan organisasi, dan mengapa organisasi melakukannya. Oleh karena itu strategi merupakan perluasan misi guna menjembatani organisasi dan lingkungannya. Strategi biasanya digunakan untuk mengatasi isu strategis, strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok. Lain halnya dengan J. Salusu (2004:101) mengatakan bahwa:

Strategi adalah suatu seni yang menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.

Kotten (dalam Salusu, 2004:105) mencoba menjelaskan mengenai tipe-tipe strategi. Tipe-tipe-tipe strategi yang yang ia kemukakan berikut ini sering pula dianggap sebagai suatu hierarki. Tipe-tipe strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut :


(39)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif-inisiatif stratejik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

b. Program Strategy (strategi program)

Strategi ini lebih memberikan perhatian kepada implikasi-implikasi stratejik dari program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila program tertentu diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi

c. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya) Strategi ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan sebagainya.

d. Institutional Strategy (strategi kelembagaan)

Fokus dari strategi ini adalah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik.

Setiap strategi yang disusun, diharapkan dapat secepatnya dilaksanakan agar dapat segera bisa mencapai tujuan organisasi. Untuk bisa mencapai tujuan organisasi, menurut Hatten dan Hatten (dalam Salusu, 2004:107) mengatakan bahwa terdapat prinsip-prinsip agar strategi bisa sukses, yaitu :


(40)

3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya 4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan

kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya 5. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis

6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar 7. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah

dicapai

8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi

Sama halnya Fuchs and his colleagues (Fuchs et al, 2000) dalam Gursoy, Guner (2009:214) mengemukakan bahwa:

”The key dimensions of effective strategy development and implementation as orchestrating all the elements of strategy around a powerful core theme and alignment of coherent product-market focus supported by operating capabilities and resources. (Dimensi kunci dari efektifitas pengembangan strategi dan implementasi seperti mengarang musik semua unsur-unsur strategi di sekitar kekuatan tema inti dan meluruskan fokus pasar produk yang padu didukung dengan operasi kemampuan dan sumber daya.)”

(International Journal of Bussines and Emerging Market, 2009: 214)

Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa dimensi kunci dari membangun dan implementasi strategi yang efektif itu seperti mengarang musik semua unsur disekitar inti tema yang kuat dan hubungan fokus produk pemasaran yang berurutan didukung oleh kemampuan beroperasi dan sumber daya.

Strategi selayaknya merupakan respon terhadap harapan-harapan masyarakat dan apa yang menjadi prioritas dalam kelompok masyarakat yang


(41)

harapan dan kepentingan dari para eksekutif dan para karyawan organisasi. Jadi, diperlukan keserasian atau harmoni antara kepentingan organisasi dan kepentingan masyarakat. Strategi yang mengabaikan kepentingan masyarakat tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan dikehendaki oleh para eksekutif (Salusu, 2004:110). Dari berbagi definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu cara yang digunakan oleh manajer atau manajemen puncak untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi merupakan landasan awal bagi sebuah organisasi dan elemen-elemen di dalamnya untuk menyusun langkah-langkah atau tindakan-tindakan dengan memperhitungkan faktor-faktor internal dan eksternal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam keberhasilan berjalanya sebuah strategi, Bryson menganggap sangat ditentukan oleh proses penyusunan strategi. Menurut Bryson, terdapat delapan tahapan dalam proses penyusunan strategi, yaitu :

1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategi. 2. Mengidentifikasi mandat strategi.

3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi.

4. Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman 5. Menilai lingkungan internal : kekuatan dan kelemahan. 6. Mengidentifikasi isu strategi yang dihadapi organisasi. 7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu

8. menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.

Delapan langkah diatas menurut Bryson harus mengarah kepada tindakan, hasil, dan evaluasi. Dan setiap tindakan, hasil dan evaluasi tersebut


(42)

menunggu sampai akhir namun menjadi bagian yang menyatu dari proses dan terus menerus (Bryson, 2005:55).

Selanjutnya dalam hal ini untuk melihat strategi yang ada di DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Boyolali, peneliti mengacu pada langkah-langkah proses perencanaan strategis Bryson. Peneliti hanya membatasi pada empat langkah saja yaitu dimulai dari langkah menilai lingkungan eksternal (peluang dan ancaman), menilai lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan), mengidentifikasi isu strategis dan merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu. Hal ini dikarenakan organisasi yang diteliti sudah mempunyai visi dan misi.

1) Menilai Lingkungan eksternal : Peluang dan Ancaman

Lingkungan eksternal adalah suatu kekuataan yang berada diluar perusahaan dimana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali trhadapnya (uncontrollable) sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja semua perusahaan dalam industri tersebut (Agustinus Sri Wahyudi, 1995:47), jadi lingkungan eksternal merupakan lingkungan diluar organisasi yang tidak dikendalikan oleh organisasi, namun mempengaruhi organisasi. Lingkungan ini terdiri atas dua variabel yaitu peluang dan ancaman. Peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi, yaitu perubahan undang-undang yang membuka kesempatan baru dalam kegiatan usaha, identifikasi segmen pasar yang belum


(43)

lingkungan yang tidak menguntungkan organisasi, seperti : masuknya pesaing baru pertumbuhan ekonomi yang pesat, undang-undang yang terlalu membatasi, dan sebagainya (Siagian, 2004:173). Analisis lingkungan eksternal dalam penelitian ini dilakukan melalui:

a) Identifikasi terhadap perubahan sistem politik, ekonomi, fenomena dan perkembangan teknologi yang dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas organisasi.

b) Identifikasi pihak-pihak berkepentingan (stakeholder) yang meliputi:

1. Konsumen

Konsumen yang dimaksud di sini adalah pemilih yang merupakan kelompok sasaran organisasi (Partai Golkar), untuk itu perlu bagi organisasi mengetahui karakteristik dan minat pasien.

2. Kolaborator

Kolaborator adalah pihak-pihak yang bekerja sama dengan Partai Golkar dlam menjalankan aktivitasnya khususnya dalam perolehan suara dalam pemilukada.

3. Kompetitor

Kompetitor adalah pesaing yang menjadi ancaman bagi organisasi dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu,


(44)

yang disajikan dapat menjadi daya tarik pemilih dalam pemilukada.

2) Menilai Linkungan Internal : Kekuatan dan Kelemahan

Lingkungan internal adalah lebih pada analisis intern perusahaan dalam rangka menilai tau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan (Agustinus Sri Wahyudi, 1995:49). Lingkungan internal merupakan situasi dan kondisi organisasi yang saling mempengaruhi serta terkait dengan misi, mandat, tugas dan fungsi organisasi tersebut dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Adapun variabel dari lingkungan internal adalah kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah merupakan kompetensi khusus yang tedapat dalam organisasi yang menjadi keunggulan komparatif organisasi tersebut. Kompetensi tersebut meliputi sumber daya, ketrampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuat organisasi lebih kuat dari pesaingnya dalam memuaskan kebutuhan pelanggan (pemilih). Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, ketrampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan (Siagian, 2004: 172-173).

Hasil identifikasi terhadap lingkungan tersebut memberikan gambaran mengenai kekuatan (strenght), Kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (treath) yang dijabarkan sebagai berikut :


(45)

ketrampilan atau keunggulan lainya yang dimiliki organisasi dan tidak dimiliki pesaing.

b) Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, ketrampilan dan kemampuan yang dapat menghambat pelaksanaan aktivitas organisasi.

c) Peluang (opportunity) adalah kondisi yang menguntungkan organisasi, seperti perubahan peraturan, perubahan teknologi, dan perubahan minat pemilih.

d) Ancaman (treath) adalah kondisi yang tidak menguntungkan organisasi dan merupakan pengganggu dalam kelancaran aktivitas organisasi, seperti perubahan dan munculnya pesaing. 3) Mengidentifikasi Isu Strategis Yang Dihadapi Organisasi

Setelah pengidentifikasian lingkungan internal dan eksternal kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap isu-isu strategis. Isu-isu strategis adalah faktor-faktor lingkungan yang berasal dari lingkungan yang berasal dari dalam maupun luar organisasi yang akan memberikan pengaruh langsung terhadap kemampuan organisasi untuk mencapai tujuanya (Crown Dirgantoro, 2001:45). Indentifikasi isu organisasi adalah merupakan jantung dalam proses penyusunan strategi. Karena hal ini sangat terkait dengan pemilihan kebijakan pokok organisasi yang didasarkan pada kekuatan dan peluang yang


(46)

tiga macam isu strategis yang akan dihadapi organisasi:

1. Isu-isu yang tidak dibutuhkan tindakan sekarang, namun isu tersebut harus terus dipantau.

2. Isu-isu dapat ditangani sebagai bagian dari strategi reguler organisasi. 3. Isu-isu yang memerlukan tanggapan segera dan tidak dapat ditangani

dengan strategi yang bersifat reguler.

Mengidentifikasi isu-isu strategis merupakan tahapan yang paling menentukan dalam proses perencanaan strategi, identifikasi ini dilakukan dengan berdasarkan dari analisis SWOT. SWOT dalah merupakan akronim dari Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Oportunities (peluang), dan Treaht (ancaman). Dalam proses perencanaan strategi model Bryson, langkah 4 dan 5 mengarsip peluang dan ancaman eksternal maupun kekuatan dan kelemahan internal. Dari hasil penilaian tersebut akan menjadi wahana untuk mengidentifikasi isu-isu strategi, sebab isu strategi berkenaan dengan bagaimana organisasi berhubungan dengan lingkungan yang lebih besar dimana organisasi menjadi penghuni.

Manfaat menggunakan analisis SWOT (Bryson, 2007:147) adalah : Pertama, membantu berfikir logis para pengambil keputusan kunci, yaitu dalam memilih alternatif stategis. Kedua, dengan pendekatan ini akan diperoleh gambaran mengenai posisi organisasi atau perusahaan, yaitu dengan melihat


(47)

ancaman dimasa depan.

Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi isu-isu stategis adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Setelah diidentifikasi kemudian isu strategis tersebut harus diurutkan berdasarkan urutan prioritas, logis, atau aturan temporal sebagai urutan temporal sebagai pendahuluan dalam pengembangan strategi dalam langkah berikutnya strategi dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan program, tindakan, keputusan, alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang dikerjakan, dan mengapa organisasi melakukanya. Untuk menentukan strategisnya sebuah isu dapat menggunakan teknik “Litmust Test” yaitu setiap isu strategis yang sudah teridentifikasi diberikan tiga belas pertanyaan. Dari setiap petanyaan kemudian diberikan penilaian. Isu yang memiliki skor tertinggi adalah isu yang benar-benar strategis dan isu operasional adalah yang memiliki skor terendah. Penentuan skor sebagai berikut :

• Skor 1 untuk isu yang bersifat operasional. • Skor 2 untuk isu yang cukup strategis. • Skor 3 untuk isu yang sangat strategis.


(48)

dan terendah 13. Sehingga ditrapkan kategorisasi sebagai berikut: • Nilai 13-21 untuk isu kurang strategis

• Nilai 22-30 untuk isu cukup strategis • Nilai 31-39 untuk isu sangat strategis

Untuk memperjelas akan peneliti sajikan dalam bentuk lembar kerja dibawah ini:


(49)

Operasional...Strategis

Pertanyaan (1) (2) (3) 1. Kapan tantangan

atau peluang isu-isu strategis ada dihadapan anda?

Sekarang Tahun Depan

Dua Tahun atau lebih dari

sekarang 2. Seberapa luas isu

akan berpengaruh pada organisasi anda?

Unit atau devisi tunggal

Beberapa devisi

Seluruh Departemen 3. Seberapa banyak

resiko/pluang keuangan organisasi anda?

Kecil Sedang Besar 4. Apakah strategi

bagi pemecahan membutuhkan: a.Pengembangan saaran program? b.Perubahan signifikan dalam sumber-sumber atau jumlah pajak c.Perubahan signifikan dalam ketepatan peraturan? d.Penambahan modifikasi fasilitas? e.Penambahan staff yang signifikan? Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya


(50)

4) Merumuskan Strategi untuk mengelola isu-isu

“Strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan alokasi sumber daya yang mendefinisikan 5. Bagaimana

pendekatan

terbaik bagi pemecahan isu?

Jelas, siap untuk diemplementasikan

Parameter luas, agak terperinci

Terbuka luas

6. Tingkat manajemen manakah yang dapat menetapkan bagaimana menanggulangi isu?

Pengawas staff lini Ketua Tim sukses

Ketua

7. Konsekuensi

apakah yang mungkin terjadi bila isu tidak

diselesaikan? Ada gangguan efisiensi

Kekacauan kinerja organisasi, kehilangan sumb er dana

Kekacauan kinerja organisasi jangka panjang, biaya besar, merosotnya perolehan suara 8. Seberapa banyak

departemen lain dipengaruhi oleh isu ini dan harus dilibatkan dalam pemecahan?

Tidak ada Satu sampai tiga

Empat atau lebih

9. Bagaimana sensitifitas isu ini terhadap nilai sosial, politik, religius, dan kultural?


(51)

itu melakukanya”. (Bryson, 2005:189)

Jadi, merumuskan strategi adalah merumuskan program-program strategis atau alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk mengelola isu. Pada tahap ini dirumuskan program-program strategis, alternatif-alternatif kebijakan mendasar yang akan dilakukan organisasi untuk menanggapi isu strategis yang berada pada tahap sebelumnya.

Untuk merumuskan strateginya digunakan analisis SWOT dengan melihat faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Dengan menggunakan analisis SWOT tersebut akan diperoleh kemungkinan alternatif strateginya. Berikut ini Matriks analisis SWOT:

Tabel 2.2

Matriks Analisis SWOT IFAS

EFAS

STRENGHTS (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10

faktor-faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O)

Tentukan 5-10 faktor yang menjadi peluang

ekstrnal

STRATEGI (SO) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI (WO) Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS (T)

Tentukan 5-10 faktor yang menjadi ancaman

ekstrnal

STRATEGI (ST) Ciptakan strategi yang menggunkan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

STRATEGI (WT) Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: Matriks Analisis SWOT (Freddy Rangkuti, 2001:31)


(52)

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan yang similiki untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yan ada serta menghindari ancaman.

Dari Matrik SWOT diatas dapat digambarkan diagram SWOTnya sebagai berikut:


(53)

1. Mendukung Strategi Agresif 3. Mendukung Strategi

Turnaround

4. Mendukung strategi

defensif 2. Mendukung Strategi Diversifikasi

(Freddy Rangkuti, 2001:19)

• Kuadran 1

Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Groth Orinted System)

• Kuadran 2

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversivikas (produk/pasar)

Berbagai Peluang

Kekuatan  Internal 

Berbagai Ancaman  Kelemahan 


(54)

Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

• Kuadran 4

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan terebut menghadapi ancaman dan kelemahan internal. Ada beberapa cara juga untuk menentukan atau menyusun strategi menurut Hadari Nawawi, 2000:176-177, diantaranya adalah:

1. Strategi Agresif

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan mendobrak penghalang, rintangan, atau ancaman untuk mencapai keunggulan/prestasi yang ditargetkan.

2. Strategi Konsevatif

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan dengan cara sangat berhati-hati disesuaikan dengan kebisasaan yang berlaku.


(55)

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan untuk mempertahankan kondisi keunggulan atau prestasi yang sudah dicapai.

4. Strategi Kompetitif

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan untuk mewujudkan keunggulan yang melebihi organisasi non profit lainya yang sama posisi dan jenjangnya sebagai paratur pemerintah.

5. Strategi Inovatif

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program, proyek dan mengatur langkah-langkah atau tindakan agar organisasi non profit selalu tampil sebagai pelopor pembaharuan dalam bidang pemerintahan khususnya dibidang tugas pokok masing-masing, sebagai suatu keunggulan.

6. Strategi Diversivikasi

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program, proyek dan mengatur langkah-langkah atau tindakan berbeda dari strategi yang biasanya dilakukan sebelumnya, atau berbeda dari strategi yang dipergunakanorganisasi non profit lainya dibidang politik dan dalam melaksanakan pembangunan.


(56)

Strategi ini dilakukan dengan membuat program-program, proyek dan mengatur langkah-langkah atau tindakan untuk mengoreksi dan memperbaiki kekeliruan, baik yang dilakukan oleh organisasi sendiri maupun yang diperintahkan oleh organisasi diatasnya.

2. Partai Politik

Dalam pencalonan kepala daerah di setiap daerah, setiap bakal calon kepala daerah memerlukan kendaraan politik untuk maju menjadi seorang calon kepala daerah, kendaraan politik tersebut adalah sebuah organisasi dimana organisasi tersebut bertujuan menguasai pemerintahan di daerah tersebut, organisasi tersebut adalah partai politik.

Definisi partai politik sendiri dalam Undang-undang no. 2 tahun 2008 dijelaskan bahwa partai politik adalah sebuah organisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara suka rela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia bedasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Definisi partai politik menurut Sigmund Neumann dalam Miriam Budiardjo (1981:14) adalah sebagai berikut :


(57)

mereka yang memusatkan perhatianya pada pengendalian kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.”

Dari pendapat Sigmund Neuman diatas dapat dijelaskan bahwa partai politik adalah merupakan sebuah organisasi yang beranggotakan orang-orang yang aktif dalam politik dimana anggota organisasi tersebut hanya memusatkan perhatian kepada sector pengendalian kekuasaan pemerintah untuk mendapatkan suara mayoritas.

Sedangkan R.H Soltau dalam Haryanto (1984;7) menjelaskan bahwa partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan memanfaatkan kekuasaanya untuk memilih yang bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.

Pengertian partai politik juga disampaikan oleh Carl Frederich bahwa partai politik adalah merupakan sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dalam tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya dan berdasarkan kepenguasaan ini, memberikan manfaat kepada anggota partai yang bersifat idiil maupun materiil.


(58)

berpendapat bahwa tujuan partai politik adalah mendapatkan kekuasaan dan melakukan kontrol terhadap orang-orang yang duduk dalam pemerintahan sekaligus kebijakanya.

Dari beberapa pangertian diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik adalah sebuah oraganisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga Negara yang beranggotakan orang-orang yang aktif dalam dunia politik dimana tujuan dari organisasi tersebut adalah untuk mendapatkan kekuasaan yang seluas-luasnya agar dapat memberikan sebuah imbalan kepada organisasinya serta dapat mencapai tujuan bersama dari beberapa gabungan organisasi dan menjaga kesatuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.

La Palombara dan Weiner dalam Firmanzah (2008:67) mengatakan bahwa ada empat karakteristik dasar yang menjadi ciri khas organisasi yang dikategorikan partai politik seperti yang disampaikan oleh Duverger (Firmanzah, 2008:67) bahwa partai politik sebagai suatu organisasi yang khas dan berbeda denga organisasi lainya. Ciri khas tersebut adalah:

1. Organisasi Jangka Panjang

Organisasi politik harus bersifat jagka panjang, diharapkan dapat hadi terus menerus walaupun pendirinya sudah tidak ada lagi.


(59)

kepada pemimpin yang berkharismatik. Partai politik hanya akan berfungsi dengan baik sebagai organisasi ketika ada sistem dan prosedur yang mengatur aktivitas organisasi, dan ada mekanisme suksesi yang dapat menjamin keberlangsungan partai politik untuk jangka waktu yang lama.

2. Struktur Organisasi

Partai politik hanya akan dapat menjalankan fungsi politiknya apabila didukung oleh struktur organisasi, mulai dari tingkat local sampai nasional, dan ada pola interaksi yang teratur di antara keduanya. Struktur oganisasi yang sistematis dapat menjamin aliran informasi dari bawah ke atas maupun dari atas ke bawah, sehingga nantinya akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi fungsi control dan koordinasi.

3. Tujuan Berkuasa

Partai politik didirikan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dilevel local dan nasional, sehingga dalam setiap tujuan partai politik adalah mendapatkan kekuasaan nasional dan lokal. Inilah salah satu yang membedakan partai politik dengan organisasi yang lain.


(60)

4. Membutuhakan Dukungan Publik yang luas

Dukungan publik yang luas adalah cara untuk mendapatkan kekuasaan. Partai politik perlu mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Dukungan inilah yang menjadi sumber legitimasi untuk berkuasa. Karakteristik ini yang menunjukkan bahwa partai politik harus mampu diterima dan sanggup memobilisasi sebanyak mungkin elemen masyarakat. Semakin besar dukungan public yang didapatkan partai politik, semakin besar juga legitimasi yang diperolehnya.

Dari rumusan diatas terlihat bahwa Partai Golkar adalah merupakan organisasi yang sangat dominan dengan 4 (empat) kriteria diatas, maka dalam membicarakan partai politik tentunya tidak dapat lepas dari 4 (empat) kriteria tersebut diatas dan demokrasi.

Demokrasi tidak dapat lepas juga dari kehidupan bernegara, karena kekuasaan berada sepenuhnya di tangan rakyat. Seperti yang diungkapkan oleh Diamonds, Linz, dan Lipset dalam Mohtar Mas’oed (1994;11) mendefinisikan demokrasi sebagai:

“suatu sistem pemerintahan yang memenuhi tiga syarat pokok: kompetisiyang sungguh-sungguh dan meluas diantara individu-individu dan kelompok-kelompok organisasi (terutama


(61)

reguler dan tidak menggunakan daya paksa; partisipasi politik yang melibatkan sebanyak mungkin warga negara dalam pemilihan pemimpin atau kebijakan, paling tidak melalui pemilihan umum yang diselenggarakan secara reguler dan adil, sedemikian rupa sehingga tidak satu kelompok sosial (warga negara dewasa) yang dikecualikan; dan suatu tingkat kebebasan sipil dan politik, yaitu kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebsab membentuk dan bergabung ke dalam organisasi, yang cukup untuk menjamin integritas kompetisi dan partisipasi politik”.

Dari pendapat diatas diatas dijelaskan bahwa demokrasi adalah suatu sistem dimana dalam pelaksanaanya harus melibatkan semua warga negara untuk ikut serta dan dalam demokrasi tentunya bertujuan untuk mengisi jabatan-jabatan politik yang berasal dari partai politik atau dari individu-individu melalui mekanisme kompetisi yang sesuai aturan.

Salah satu bentuk dari demokrasi di Indonesia adalah Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) merupakan demokrasi lokal atau kehidupan politik di daerah. Dalam Pemilukada partai politik mempunyai fungsi-fungsi seperti apa yang tertera didalam Undang-Undang no. 32 Tahun 2004 Pasal 59 ayat (1) yang menjelaskan bahwa:

“Peserta Pemilihan Kepala Daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik”

Dari isi Undang-undang tersebut dapat dilihat bahwa fungsi dari partai poltik dalam pemilihan kepala daerah adalah sebagai kendaraan politik yang


(62)

calon kepala daerah.

Selain fungsi tersebut fungsi partai poltik lainya yang berkaitan dengan pemilihan kepala daerah juga tertuang pada pasal yang sama pada ayat (3) yang menjelaskan bahwa paratai politik atau gabungan partai politik wajib membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi bakal calon perseorangan yang selanjutnya calon tersebut akan diseleksi melalui mekanisme yang demokratis dan transparan.

Pemilukada merupakan rekruitmen politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah baik Gubernur/Wakil Gibernur maupun Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Wali Kota. Jadi siapapun yang terpilih mengisi jabatan politik dan jabatan publik tersebut dapat menguasai jalanya pemerintahan dan dapat menguasai jalan kehidupan politik yang menguntungkan partai yang mengusungnya.

Aktor utama dalam Pemilukada adalah rakyat, Partai Politik, dan Calon kepala daerah. Ketiga aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian tahapan-tahapan kegiatan-kegiatan pemilukada langsung seperti apa yang tertera dalam Pasal 65 ayat 3 Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah:


(63)

2) Pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah/wakil kepala daerah.

3) Kampanye

4) Pemungutan suara 5) Penghitungan suara

6) Penetapan pasangan calon kepala daerah / wakil kepala daerah terpilih, pengesahan dan pelantikan.

Menurut Joko J. Prihatmoko (2005;205) Proses Pemilukada tidak hanya tertuju pada 6 (enam) tahapan diatas saja tetapi masih ada tahapan-tahapan yang masih harus dihadapi oleh calon Kepala Daerah seperti yang digambarkan bagan dibawah ini:

Gambar 2.2

Model Sitem Pemilukada

  Partai  Mayarakat  Calon  Kepala  Daerah/Wak il  Kepala  Daerah 

Penyelenggaraan 

1.Pendaftaran Pemilih 2.Kampanye 3.Pemunguta n suara 4.Penghitung an suara 5.Penetapan calon pemilih Kepala  daerah/Wak il  Kepala  daerah 


(64)

proses Pemilukada sangat nampak jelas yaitu sebagai jalan calon kepala daerah untuk ikut serta dalam kompetisi pengisian jabatan politik itu. Partai Politik yang berhak megusung calon atau mencalonkan pasangan adalah partai politik yang mendapatkan perolehan sekurang-kurangnya 15% dari akumulasi perolehan suara sah dalam Pemilihan Umum Anggota DPRD didaerah yang bersangkutan atau gabungan-gabungan partai politik yang perolehan suaranya mencapai 15% dalam Pemilhan Umum. Partai Golkar Kabupaten Boyolali dalam hal ini sudah dapat mengusungkan calonya karena pada waktu pemilihan DPRD, Partai Golkar mendapatkan 85.775 suara atau sebanyak 16,52% suara.

3. Strategi Partai Golkar

Menurut Haryanto (1984;80) partai-partai politik termasuk Partai Golkar mengikuti pemilu karena mempunyai tujuan untuk memperoleh kekuasaan, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah ikut serta dalam pemilihan umum, baik pemilihan umum DPRD ataupun pemilihan umum Kepala Daerah. Dengan melalui pemilihan umum, Partai Golkar yang berkedudukan sebagai kontestan berusaha bersaing dengan kontestan yang lainya untuk memperoleh dukungan sebanyak mungkin dari pendukungnya.


(65)

rakyat, dengan sendirinya dapat menempatkan paling banyak dalam jabatan-jabatan publik atau politik maka partai-partai politik tersebut bisa memperoleh kekuasaan yang relatif besar dibandingkan dengan kekuasaan yang diperoleh partai-partai politik yang lainya.

Guna mencapai tujuan memperoleh kekuasaan Partai Golkar, strategi yang digunakan adalah dengan cara mengidentifikasi linkungan mengenai kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threath) yang dikenal dengan analisis SWOT.

a) Kekuatan (strenght) adalah keunggulan dalam sumber daya, ketrampilan atau keunggulan lainya yang dimiliki organisasi dan tidak dimiliki pesaing.

b) Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, ketrampilan dan kemampuan yang dapat menghambat pelaksanaan aktivitas organisasi.

c) Peluang (opportunity) adalah kondisi yang menguntungkan organisasi, seperti perubahan peraturan, perubahan teknologi, dan perubahan minat pemilih.

d) Ancaman (treath) adalah kondisi yang tidak menguntungkan organisasi dan merupakan pengganggu dalam kelancaran aktivitas organisasi, seperti perubahan dan munculnya pesaing.


(66)

analisis SWOT kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi terhadap isu-isu strategis berdasarkan hasil analisis SWOT yang kemudian akan diurutkan berdasarkan urutan prioritas, logis, dan urutan temporal dalam pengembangan strategi. untuk menentukan strategisnya sebuah isu dapat menggunakan teknik “Litmus Test” yaitu setiap isu strategis yang sudah teridentifikasi diberikan tiga belas pertanyaan. Dari setiap pertanyaan kemudian diberikan penilaian. Isu yang memiliki skor tertinggi adalah isu yang benar-benar strategis dan isu operasional yang memiliki skor terendah.

Berdasarkan identifikasi isu-isu strategi yang telah dilakukan, maka Partai Golkar dapat membuat strategi menurut isu strategis mana yang seharusnya dilakukan untuk mengurangi kelemahan dan meminimalisir ancaman untuk mencapai tujuan untuk meraih kekuasaan.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran adalah landasan berfikir seseorang tentang bagaimana ia menjelaskan suatu fakta atau hubungan antara faktor atau dapat juga menjelaskan antar variabel atau hubungan antar variabel dengan mengacu pada landasan teori. Untuk mempermudah memahami mengenai Strategi DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2010.


(67)

1998 yang mengakibatkan penurunan perolehan suara drastis oleh Partai Golkar sehingga kesulitan dalam memperoleh kekuasaan, baik dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Oleh karena, DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali sebagai salah satu organisasi Partai Golkar di daerah yang bertujuan untuk memberikan kekuasaan Partai Golkar di Kabupaten Boyolali dituntut untuk memiliki strategi untuk merespon hal tersebut. Sehingga mampu untuk mengembalikan kejayaan Partai Golkar pada masa orde baru.

Dalam menentukan strategi tersebut tentunya Partai Golkar akan menghadapi lingkungan organisasi, baik yang ada dalam organisasi (internal) dan yang ada diluar organisasi (eksternal). Misalnya kekuatan yang dimiliki oleh DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali diantaranya merupakan partai warisan orde baru yang bersifat reformis, calon yang sesuai dengan kriteria, pendanaan yang kuat dari pasangan calon dan dari partai, kekompakan anggota partai, perpecahan kader yang terjadi di partai pesaing Partai Golkar dalam Pemilukada Kabupaten Boyolali, serta koalisi dengan salah satu partai politik besar di Kabupaten Boyolali yang merupakan salah satu peluang yang dimiliki Partai Golkar dalam memenangkan Pemilukada Kabupaten Boyolali Tahun 2010

Namun DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali juga dihadapkan pada hambatan-hambatan dan tantangan-tantangan seperti kuatnya persaingan yang diberikan oleh calon lain dari PDI-P, PAN, dan Hanura yang ketiganya


(68)

Golkar, Penggalangan suara partai pemenang pemilu di Kabupaten Boyolali yaitu PDI-P yang menjadi pesaing atau rival Partai Golkar serta rasa takut dan kurang percaya kepada Partai Golkar setelah apa yang dilakukan pada masa orde baru. Faktor-faktor tersebut merupakan ancaman dan hambatan yang dihadapi Partai Golkar dalam memenangkan Pemilukada.

Oleh karena itu, dalam menghadapi berbagai kondisi tersebut DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali perlu membuat strategi untuk Pemilukada Tahun 2010 dengan menggunakan analisis SWOT dimana dalam melakukan analisis SWOT ini langkah yang dilakukan yakni menganalisis lingkungan eksternal dan internal DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali, langkah selanjutnya mengidentifikasi isu-isu strategis kemudian menentukan strategi DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali dalam pemenangan pemilukada Partai Golkar.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat pada bagan kerangka berfikir dibawah ini:


(69)

(70)

Mandat, Visi, dan Misi DPD Partai Golkar

Kab. Boyolali

Analisis SWOT DPD Partai Golkar Kab.

Boyolali

Identifikasi Isu Strategi DPD Partai Golkar Kab.

Boyolali

Strategi DPD Partai Golkar kab. Boyolali dalam Pemilukada Kab.

Boyolali Tahun 2010 Lingkungan

Internal DPD Partai Golkar Kab. Boyolali

Lingkungan Eksternal DPD

Partai Golkar Kab. Boyolali


(71)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha memecahkan masalah dengan memaparkan, menggambarkan serta menganalisa keadaan atau fenomena sosial masyarakat berdasarkan fakta-fakta yang ada.

Menurut H. B. Sutopo (2002:111), deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara mendeskripsikan secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan. Jadi penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk menyusun gambaran mengenai objek apa yang diteliti dengan terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data di lokasi penelitian, lalu data itu diolah dan diartikan untuk kemudian dianalisa dari data yang telah disajikan. Dalam penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang perencanaan strategi DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2010.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dewa Pimpinan Daerah Partai Golkar (DPD) Kabupaten Boyolali. Pemilihan lokasi penelitian ini didasari atas


(1)

H. Hasil yang dicapai

Dari strategi dan usaha yang dilakukan dan diterapkan pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati dari Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Boyolali mendapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.4

Perolehan Suara Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati No Urut

Pasangan

Nama Calon Bupati dan

Calon Wakil Bupati Partai Perolehan Suara

1 Drs. H. Al Hisyam

Sugiyarto, S.Sos PAN 87.424

2 Drs. Seno Samodro

Agus Purmanto, SH,M.Si PDI-P 240.682

3 H. Daryono, SH, MM

Joko Widodo A.Md GOLKAR 203.188

4 Dr. Jaka Srijanta

Purwasi Nur Zaena Hanura 8.898

Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa perolehan suara Pasangan H. Daryono SH. MM dan Joko Widodo, Amd memperoleh suara sebanyak 203.188 suara yang menempati posisi dua. Sedangkan yang menjadi pemenang dari Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2010 adalah Pasangan yang diusung dari PDI-P yaitu Drs. Seno Samodro dan Agus Purmanto, SH.Msi yang memperoleh suara sebesar 240.682 suara. Sedangkan Pasangan yang diusung oleh Partai Amanat Nasional Drs. H. Al Hisyam dan Sugiyarto, S.Sos memperoleh suara sebanyak 87.424 suara menduduki


(2)

peringkat 3 dan pasangan yang menduduki peringkat 4 adalah merupakan pasangan yang diusung oleh Partai Hanura yaitu Dr. Jaka Srijanta dan Purwasi nur Zaena mendapat suara sebanyak 8.898 suara.


(3)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya maka disimpulkan bahwa:

1. Melalaui analisis factor internal dan eksternal diperoleh analisis

internal dengan kekuatan ( Partai Reformis, Komunikasi, Calon yang berkualitas, Kepengurusan yang lengkap, Satu komando kepengurusan); kelemahan (Sumber dana yang terbatas, kurang berkualitas dan loyalitasnya Kader Partai Golkar, Organisasi sayap yang kurang optimal, Waktu Persiapan yang relatif singkat); analisis eksternal dengan peluang (Perpecahan kader partai lain, Kepala Daerah meruapakan kader partai, Koalisis dengan partai lain,Tim sukses berasal dari berbagai elemen

masyarakat.); Ancaman (Incumben yang masih menjabat,

Persiapan rival yang cukup lama, Pragmatisme kader partai)

2. Hasil dari analisis SWOT terhadap factor-faktor internal dan

eksternal yang telah teridenrifikasi, diperoleh beberapa isu strategis diurutkan dari dari yang paling yang strategis hingga isu yang kurang strategis yaitu:


(4)

b. Isu strategis Koalisi dengan partai lain untuk mengatasi masalah sumber daya.

c. Isu strategis Melakukan peningkatan kinerja partai politik

melalui kerja sama dengan stake holder, individu, dan organisasi masyarakat

d. Isu strategis Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat

tentang calon atau pasangan yang dicalonkan.

e. Isu strategis Mengoptimalakan sumber daya yang tersedia untuk

berkompetisi dengan pesaing.

f. Isu strategis Meningkatkan komitmen kader partai dalam

pelaksanaan Pemilukada Tahun 2010 Kabupaten Boyolali melalui Kepala Daerah.

g. Isu strategis Mengoptimalkan sumber daya yang berkualitas

dalam Pemilukada Kab. Boyolali Tahun 2010.

3. Setelah diidentifikasi tingkat kestrategisanya, teryata isu yang

paling strategis adalah Program menumbuhkan kemilitansian Kader-Kader Partai Golkar dan perekrutan kader yang berkualitas. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sifat militansi kader dan untuk mendapatkan kader-kader yang sesuai dengan harapan Partai Golkar. Strategi yang digunakan adalah defensive dan berikut program-programnya:


(5)

a) Memberikan pelatihan kepada kader-kader tentang organisasi dan miltansi kader.

b) Membuat standard atau aturan dalam perekrutan kader.

c) Mengadakan dialog antara sesame kader agar tahu apa saja

kendala yang dihadapi setiap kader.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya penulis memberikan saran:

1. Program peningkatan kinerja partai politik melalui kerja sama dengan stake

holder, individu, dan organisasi masyarakat. Program ini bertujuan meningkatkan aktivitas Partai Golkar dalam Pemilukada Kabupaten Boyolali Tahun 2010 melalui kerja sama-kerja sama yang dijalin oleh Partai Golkar dengan orang-orang yang mempunyai kekuatan didaerah-daerah. Strategi yang digunakan adalah strategi agresif dan berikut program-programnya:

a. Menjalin kerja sama yang erat dengan kepala daerah mengingat

kepala daerah adalah kader Partai Golkar.

b. Menjalin kerja sama dengan pengusaha, perusahaan, atau

organisasi lainya yang dapat mendukung aktivitas Partai Golkar.

c. Menjalin kerja sama dengan tokoh-tokoh Partai daerah lain melalui


(6)

2. Menumbuhkan kemilitansian dan loyalitas Kader-Kader Partai Golkar dan perekrutan kader yang berkualitas. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sifat militansi kader dan untuk mendapatkan kader-kader yang sesuai dengan harapan Partai Golkar. Strategi yang digunakan adalah defensive dan berikut program-programnya:

a. Memberikan pelatihan kepada kader-kader tentang organisasi

dan miltansi kader.

b. Membuat standard atau aturan dalam perekrutan kader.

c. Mengadakan dialog antara sesama kader agar tahu apa saja

kendala yang dihadapi setiap kader.