Perpecahan simpatisan dan kader partai saingan Kader partai di eksekutif

commit to user Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Guritno selaku anggota Tim sukses tingkat kabupaten: “…….Koalisi itu perlu dilakukan mas, koalisi dilakukan ya tentunya dengan partai yang mempunyai ideology yang hampir sama serta memiliki syarat- syarat yang sesuai kebutuhan yang dibutuhkan, untuk Golkar berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera dalam mengusung Calon Bupati dan wakil Bupati untuk periode 2009-2014. Golkar koalisi dengan PKS karena PKS salah satu partai dakwah di Boyolali sehingga diharapkan mempunyai banyak pengikut.”

2. Perpecahan simpatisan dan kader partai saingan

Konflik dalam suatu organisasi atau dalam hubungan antar kelompok adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, shingga akan sangat berpengaruh kepada kinerja organisasi dalam pencapaian tujuan . Konflik juga merupakan segala macam bentuk hubungan antar manusia yang bersifat berlawanan dan tidak dapat dipersatukan. Konflik antar kader saat ini, yang terjadi adalah kader dari PDI-P dan Kader dari Partai Amanat Nasional PAN. Perpecahan tersebut terjadi karena adanya kebijakan-kebijakan PDI-P dan PAN telah merugikan kader-kader yang bersebrangan dengan kebijakan yang diambil partai masing-masing, sehingga ada beberapa kader PDI-P dan PAN yang keluar dari partai mereka. Hal tersebut disamapikan oleh Bapak Prijanto selaku wakil ketua tim sukses tingkat kabupaten: “…Iya mas, konflik kader memang saat ini adalah merupakan sedang terjadi didalam tubuh Partai PDI-P antara Pak saptoto dengan Ketua Umum PDI-P Boyolali, Pak seno. Konflik tersebut terjadi karena kebijakan partai yang telah commit to user membuat Pak Saptoto menjadi salah satu kader PDI-P yang membelot dan masuk kedalam jajaran tim relawan Partai Golkar. Hal senada juag diungkapkan oleh Bapak Sapto Budianto selaku anggota tim sukses kabupaten yang menjadi tim penggalangan massa dan kader: “…Kader-kader Golkar dalam Pemilukada saat ini tidak hanya berasal dari kader PKS dan kader Golkar saja mas, kader PAN juga ada yang masuk menjadi tim relawan kita, seperti Pak Adha yang tidak puas dengan kebijakan partainya dia menjadi salah satu anggoata tim sukses Kecamatan Nogosari untuk membela Golkar di Nogosari.”

3. Kader partai di eksekutif

Kepala Daerah adalah merupakan tokoh sentral dalam pemerintahan daerah. Sejak masa orde baru posisi kepala daerah sering kali menjadi posisi yang mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk mengatur dan mengontrol segala elemen masyarakat karena mempunyai kekuasaan yang tinggi di daerah. Kepala Daerah tentunya bisa mengontrol posisi dalam pemerintahan dari tingkatan yang paling rendah yaitu desa hingga tingkatan pemerintahan eksekutif yang strategis di kabupaten. Melihat kekuasaan Kepala Daerah sangat tinggi keberadaanya, tentunya menjadi peluang bagi Partai Golkar mengingat Kepala Daerah yang menjabat saat itu adalah merupakan kader Partai Golkar. Drs. H. Sri Moeljanto adalah merupakan kader Partai Golkar yang berasal dari pensiunan TNI pada masa orde baru dan pernah menjadi anggota legislative selama 2 commit to user periode yaitu periode 1987-1992 sebagai Ketua Fraksi ABRI dan 1992-1997 sebagai Anggota legislatif. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Fuadi selaku Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali: “…Kader-kader Golkar banyak juaga yang ada di legislative dan di eksekutif, kader yang berada di legeslatif sendiri ada 8 orang caleg dimana mereka berasal dari berbagai daerah di Boyolali, sedangkan kader Golkar di eksekutif adalah Kepala Daerah Kabupaten Boyolali yang sedang menjabat yaitu Pak Sri Mulyanto, beliau adalah merupakan kader partai yang berasal dari Fraksi ABRI pada tahun 1987-1992 dan menjadi anggota legislative pada mas periode selanjutnya.” Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Ichsan selaku Ketua Tim sukses tingkat kabupaten : “…kader Partai Golkar di birokrasi atau dilingkungan Kabupaten Boyolali adalah Pak Sri Mulyanto yang menjabat sebagai Bupati periode 2004-2009, beliau adalah merupakan teman saya di anggota legislative ketika saya juga masih aktif menjadi anggota dewan saat itu, selain itu beliau juga pernah menjadi anggota legislative yang mengetuai Fraksi ABRI pada masa itu.” 4. Tim sukses berasal dari berbagai organisasi dan eleman masyarakat Berpolitik tidak dapat dilakukan secara isolasi. Dalam berpolitik sangat dibutuhkan adanya kecerdasan social baik organisasi maupun individu. Kecerdasan inilah yang akan menentukan keberhasilan individu ataupun organisasiditengah masyarakat. Kerja sama dan koordinasi social dalam hal ini diartikan sebagai bentuk kerja sama dan koordinasi dengan elemen-elemen yang terdapat diluar tubuh organisasi. commit to user Untuk melancarkan komunikasi, kerja sama dan koordinasi tersebut, Partai Golkar dalam pembentukan tim sukses bekerja sama dengan relawan- relawan atau organisasi-organisasi yang berasal dari pengusaha, advokat, serta pensiunan PNS yang sampai saat ini masih mempunyai pengaruh kepada masyarakat luas. Hal tesebut diungkapkan oleh Bapak Ichsan selaku Ketua Tim Sukses Tingkat Kabupaten: “…anggota-anggota tim sukses yang saat pemilukada bekerja terdiri dari berbagai orang yang mempunyai latar belakang pekerjaan yang berbeda, ada yang berasal dari kader partai sendiri baik dari GOLKAR atau PKS, Notaris seperti Pak Darori, serta tidak sedikit dari pensiunan PNS seperti tim sukses bina wilayah yang merupakan orang-orang yang dulu menjabat sebagai camat didaerah tersebut dan bahkan ada pula mantan-manatan anggota legislative pada masa orde baru seperti saya sendiri dan ada pula mantan anggota legislative masa kerja 2004-2009 sperti Bapak Kastadi. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Sapto Budianto selaku anggota tim sukses kabupaten yang menjadi tim penggalangan massa dan kader: “…untuk tim sukses yang dibentuk oleh DPD Partai Golkar berasal dari berbagai elemen masyarakat, seperti saya adalah pensiunan PNS, Pak Guritno juga pensiunan PNS, dan ada pula anggota partai lain yang sedang terlibat konflik dengan partainya, seperti Pak Adha yang terlibat konflik dengan Ketua PAN Kabupaten Boyolali Pak Tontowi Jauhari mas, Pak Adha sendiri kami masukkan sebagai relawan dalam tim sukses Golkar.” commit to user Ancaman 1. Pencalonan incumbent Pencalonan Calon Bupati Kabupaten Boyolali Tahun 2010 terdapat salah satu partai yang mencalonkan Drs. Seno Samudro yang notabene adalah wakil bupati yang masih menjabat dalam masa jabatan sebelumnya. Partai yang mencalonkan Drs. Seno Samodro adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Dimana Ketua PDI-P Kabupaten Boyolali adalah Drs. Seno Samudro. Pencalonan Wakil Bupati yang menjabat sendiri mempunyai sebuah ancaman sendiri bagi Partai Golkar karena dalam pengenalan calon kepada masyarakat sudah tentu calon dari PDI-P lebih dikenal karena merupakan orang lama dalam Pemerintah Kabupaten Boyolali yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Ichsan selaku ketua tim sukses tingkat kabupaten: “…Ancaman yang sulit dihindari itu adalah ancaman dari PDI mas, karena mereka mengusung calon Bupati dari wakil Bupati yakni Pak seno samudro yang notabene adalah wakil bupati yang masih menjabat, selain lebih dikenal oleh warga Pak Seno tentunya mempunyai sumber daya baik sarana prasarana, financial, sumber daya manusia yang lebih terjamin kualitasnya dibandingkan dengan pasangan yang lain.” Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Guritno selaku anggota tim sukses tingkat kabupaten: “….Melihat pasangan yang dicalonkan ya mas, pesaing yang paling berat itu dari PDI, karena PDI-P mencalonkan ketua umum mereka sendiri yang masih commit to user menjabat sebagai wakil Bupati sudah barang tentu mereka mempunyaikekuasan yang lebih dibandingkan dengan pasangan bupati yang lain, mereka mempunyai kekuasaan terhadap semua sumber daya yang dibutuhkan dalam pemilihan bupati.” 2. Persiapan matang dari pesaing Melihat persiapan yang singkat hanya sekitar 4 bulan,persiapan Partai Golkar dalam Pemilukada Tahun 2010 Kabupaten Boyolali dianggap masih kurang dibandingkan dengan persiapan dari rival terutama PDI-P yang sudah mempersiapkan pencalonan Wakil Bupati Drs. Seno Samodro sebagai Calon Bupati Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015 sejak pertama kali menjabat sebagai Wakil Bupati. Untuk persiapan calon-calon yang lain seperti Pasangan dari Partai PAN dan Hanura relative lebih singkat dari Partai Golkar sehingga ancaman dari kedua partai tersebut relative kecil apabila dibandingkan ancaman dari PDI-P. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Fuadi selaku ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Boyolali: “….. untuk persiapan Pemilukada sendiri mas, persiapan yang paling lama itu PDI, persiapan yang dilakukan hampir selama 5 tahun semenjak Pak Seno menjabat sebagai wakil bupati.” Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Guritno selaku anggota tim sukses tingkat kabupaten: “…PDI merupakan Partai yang persiapanya matang, walupun secara tidak langsung, mereka telah melakukan start kampanye lebih awal dari pasangan bupati yang lain, karena pelaksanaan kampamye itu sendiri dilakukan sejak masa kampanye dari pemilihan Bupati tahun 2005.” commit to user

3. Pragmatisme kader