Pada semester I-2006, peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh konsumsi sedangkan investasi swasta belum meningkat secara signifikan.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan semakin kuat sejalan dengan perkiraan peningkatan signifikan pada investasi swasta dan peningkatan yang semakin besar
pada belanja modal pemerintah.
4.2 Gambaran Pasar Modal Indonesia
Aktifitas yang sekarang diidentikkan sebagai aktifitas pasar modal dimulai sejak tahun 1912 di Jakarta oleh Belanda. Efek yang diperdagangkan pada saat itu
adalah saham dan obligasi perusahaan milik perusahaan Belanda serta obligasi pemerintah Hindia Belanda. Aktifitas ini terhenti pada perang dunia kedua.
Memasuki era kemerdekaan, bursa efek diaktifkan kembali dengan diterbitkannya obligasi pemerintah RI tahun 1950. Pengaktifan ini didukung dengan UU Darurat
tentang Bursa No. 13 tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan UU No. 15 tahun 1952. Usaha ini kurang memberi rangsangan yang memadai untuk menggairahkan
pasar modal. Untuk meningkatkan aktifitas pasar modal, pemerintah membentuk Badan
Pelaksana Pasar Modal BAPEPAM yang untuk kemudian menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Untuk merangsang perusahaan melakukan emisi, pemerintah
memberikan keringanan atas pajak perseroan sebesar 10-20 selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI yang
membeli saham melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan atas capital
Universitas Sumatera Utara
gain, pajak atas bunga, deviden, royalti dan pajak kekayaan atas nilai sahambukti penyertaan modal..
Dana Efek
Gambar 4.2 Hubungan antara Pasar Modal dengan Investor dan Korporasi
4.3 Perkembangan Pasar Obligasi di indonesia
Pada tahun 1988, pemerintah melakukan deregulasi di sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal. Deregulasi yang mempengaruhi perkembangan
pasar modal antara lain Paket Oktober Pakto 27 1988 dan Paket Desember Pakdes 20 1988. Sebelum itu telah dikeluarkan Paket 24 Desember 1987 yang berkaitan
dengan usaha pengembangan pasar modal. Kemudahan
syarat go public dan penghapusan pungutan biaya pencatatan di
Bursa yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam mempengaruhi penerbitan obligasi mulai dari tahun 1987 sampai dengan 1989. Pada tahun tersebut terjadi peningkatan
jumlah emisi obligasi walaupun tidak dalam jumlah yang besar.
Pasar Modal
Investor pemilik dana
Korporasi yang butuh
dana
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1997 krisis yang melanda Indonesia menurunkan penerbitan obligasi terutama tahun 1998. Hal ini terjadi karena dunia investasi waktu itu
dihadapkan dengan berbagai resiko investasi, dimana suku bunga sangat tinggi. Barulah pada tahun 2003 penerbitan obligasi mengalami pertumbuhan yang pesat
dimana tercatat total emisi 25671,10 miliar rupiah. Dari data di bursa menunjukkan sampai dengan tahun 2003 ada 92 perusahaan
mencatatkan obligasi, 180 obligasi korporasi rupiah dan 2 obligasi korporasi USD. Dan tahun 2004 ada 95 perusahaan, 203 obligasi korporasi rupiah dan 2 obligasi
korporasi USD dengan volume perdagangan Rp 13,5 Triliun pada tahun 2003 dan 6,5 Triliun pada tahun 2004.
Perkembangan pasar obligasi di Indonesia pada awal triwulan II 2006 diwarnai dengan maraknya penerbitan obligasi internasional oleh korporasi
Indonesia. Minat perusahaan Indonesia untuk menerbitkan obligasi internasional pada periode ini masih cukup tinggi. Tingginya animo korporasi Indonesia untuk
menerbitkan obligasi internasional didorong oleh faktor biaya yang rendah dan meningkatnya kebutuhan dana untuk ekspansi bisnis seiring dengan membaiknya
kondisi perekonomian Indonesia. Selain itu penerbitan obligasi intenasional akan meningkatkan citra perusahaan.
Jumlah obligasi berdenominasi dolar Amerika Serikat dan pembiayaan terstruktur yang dikeluarkan oleh perusahaan nasional di pasar utang luar negeri
sampai dengan akhir tahun 2006 diperkirakan dapat mencapai 1 milyar dolar Amerika Serikat. Hal ini didorong oleh faktor tingkat bunga yang menarik, pasar internasional
Universitas Sumatera Utara
yang sangat likuid dan adanya permintaan yang sangat tinggi terhadap surat utang korporasi.
Selama triwulan II 2006 emisi obligasi internasional antar lain oleh 3 korporasi Indonesia mengalami kelebihan permintaan oversubscribe. Tingginya
respon investor asing dikarenakan imbal hasil yield yang ditawarkan cukup tinggi dibandingkan dengan penawaran perusahaan Asia lainnya. Dana hasil penjualan
obligasi yang digunakan untuk keperluan ekspansi modal dan pembiayaan kembali utang perusahaan.
Harga obligasi perbankan Indonesia selama bulan Juli 2006 bergerak fluktuatif. Secara umum harga obligasi perbankan mengalami peningkatan. Kenaikan
harga obligasi perbankan didorong oleh adanya laporan inflasi tahunan yoy yang turun. Pergerakan harga obligasi perbankan Indonesia kemungkinan dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain: semakin meningkatnya optimisme investor terhadap arah perbaikan makro ekonomi Indonesia yang ditunjukkan oleh menurunnya tingkat
inflasi bulan November 2006 menjadi 0,3. Dengan adanya penurunan tingkat suku bunga, biaya peminjaman yang harus
ditanggung oleh perusahaan penerbit menjadi relatif murah. Murahnya biaya penerbitan obligasi dan ekspektasi akan membaiknya kondisi perekonomian
Indonesia tampaknya menjadi hal yang sangat dipertimbangkan oleh korporasi untuk memilih obligsi dalam rupiah dibandingkan dolar.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Total Emisi Obligasi
Milyar Rp Tahun
Milyar Rp
1986
50.00
1987
131.00
1988
400.00
1989
619.00
1990
535.00
1991
125.00
1992
1641.50
1993
1905.00
1994
929.50
1995
2003.10
1996
2841.00
1997
7104.90
1998
150.00
1999
4283.90
2000
5613.00
2001
2875.00
2002
6149.90
2003
25671.10
2004
19520.00
2005
8185.80
2006
11450.10
Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia 1986-2006
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penerbitan obligasi dalam tahun 1986 tercatat sebesar 50 milyar rupiah yang terus mengalami kenaikan sampai pada tahun
1989. Pada tahun setelahnya mengalami penurunan dan kemudian meningkat lagi ditahun 1992-1993. Peningkatan penerbitan obligasi yang paling signifikan yaitu
pada tahun 2003 dimana waktu itu terjadi penurunan suku bunga deposito sehingga kesempatan berinvestasi semakin membaik.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Perkembangan Suku Bunga Deposito