Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner Tata Laksana Penyakit Jantung Koroner

16 Gambar 2.4 Skema prosedur IKP 15

2.1.2 Angiografi Koroner

2.1.2.1 Definisi

Angiografi koroner atau coronary angiography CAG adalah kateterisasi jantung yang bertujuan untuk memvisualisasikan arteri, cabang, kolateral, dan anomali dari koroner dengan detail yang cukup untuk menegakkan diagnosis, menentukan lokasi lesi, dan merencanakan tata laksana untuk PJK. 16,17

2.1.2.2 Prosedur Injeksi media kontras

Media kontras adalah solusi kental dan beriodinasi yang digunakan untuk meng-opacify arteri koroner. Injeksi media kontras dapat dilakukan melewati pembuluh darah yang ada di tangan. Kecepatan alirannya adalah 1-4 mldetik dengan volume 2-6 ml pada arteri koroner dekstra dan 7-10 ml pada arteri koroner sinistra. 17 Kecepatan Filming Frame Kecepatan filming frame biasanya 15-30 framedetik. Jika denyut nadi 95 kalimenit, maka kecepatan filming frame menjadi 60 framedetik. Proyeksi Angiografi Untuk mengoptimalkan informasi dari CAG, operator harus menggunakan beberapa proyeksi agar tidak ada pembuluh darah yang terlihat overlapping. Beberapa proyeksi pada CAG yaitu:  Anteroposterior AP  Right anterior oblique  Left anterior oblique  Cranial CR  Caudal CA Gambar 2.5 Nomenklatur untuk proyeksi angiografi 17 18

2.1.2.3 Penilaian Stenosis Koroner

Evaluasi derajat stenosis dilihat dari persentase reduksi diameter pembuluh darah. Persentase ini dihitung dari penyempitan pembuluh darah paling besar yang bisa dilihat. Segmen stenosis dibandingkan dengan lumen terdekat yang tampak tidak ada obstruksi. Gambar 2.6 Gambaran angiografik 17

2.1.3 Skor Angiografik

Terdapat beberapa sistem skoring angiografik untuk mengkuantifikasi tingkat keparahan penyakit jantung koroner. Di antaranya yaitu Gensini, CASS, Duke CAD Severity, Syntax, Duke Jeopardy, Jenkins, Friesinger, Sullivan, Approach, dan BARI-jeopardy index. 7 Pada penelitian yang dilakukan oleh Ian Neeland dkk, didapatkan bahwa semua skor angiografik tersebut saling berkorelasi satu sama lain range untuk koefisien Spearman: 0,79-0,98, p0,01 7 . Skor angiografik tersebut juga berkorelasi dengan pemeriksaan beban dan luas plak aterosklerosis yang diperiksa menggunakan intravascular ultrasound IVUS range untuk koefisien Spearman: 0,56-0,78 p0,0001 dan 0,43-0,62 p0,01 7 IVUS dapat menilai dinding aterosklerosis dan 19 komposisinya, sedangkan CAG hanya dapat menilai derajat penyempitan lumen arteri atau stenosis. 7

2.1.3.1 Sullivan Vessel Score

Sullivan Vessel Score adalah skor angiografik untuk mengkuantifikasi tingkat keparahan PJK. Sullivan Vessel Score dihitung dengan menjumlahkan jumlah pembuluh darah dengan stenosis 70 reduksi diameter lumen arteri Left Artery Descending LAD, Left Circumflex LCx, Right Coronary Artery RCA dan stenosis 50 pada arteri Left Main LM. Hasil skor tergantung jumlah pembuluh darah yang terdapat stenosis, yaitu 0, 1, 2, dan 3. 18 Skor 0 menunjukkan tidak adanya pembuluh darah dengan stenosis bermakna. Skor 1 menunjukkan adanya satu pembuluh darah dengan stenosis bermakna. Skor 2 menunjukkan adanya dua pembuluh darah dengan stenosis bermakna. Skor 3 menunjukkan adanya tiga pembuluh darah dengan stenosis bermakna. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ian Neeland dkk, didapatkan skor Sullivan mempunyai korelasi terhadap keparahan dan luas plak aterosklerosis yang dinilai menggunakan IVUS Spearmans multiple rho rank correlation: 0.76, p0.0001. 7

2.1.4 Kreatinin

Kreatinin adalah produk akhir metabolisme otot yang dilepaskan ke sirkulasi secara konstan. 19 Otot merupakan jaringan yang membutuhkan energi fosfat tinggi, yaitu adenosine triphosphate ATP. Pada saat beristirahat, kreatin kinase akan mengkatalis ATP bersama kreatin dan membentuk sumber energi tinggi yaitu kreatin fosfat. Saat otot berkontraksi, kreatin fosfat akan dimetabolisme menjadi kreatinin fosfat, dan bersama kreatin akan membentuk kreatinin. 20