Tabel  12    Pengaruh  pemotongan  akar LRM  ,  pemberian  HSC,  dan    pemberian Terabuster  terhadap  parameter  pertumbuhan  tinggi  tanaman  pinus  di
PT Holcim Tbk, Cibadak selama 13 minggu pengamatan
Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan
Tinggi mm Peningkatan Tinggi
Dibandingkan kontrol Kontrol P0H0T0
10,33 0,00
P0H0T1 9,33
-9,65 P0H0T2
9,67 -6,42
P0H1T0 9,00
-12,88 P0H1T1
12,17 17,78
P0H1T2 12,33
19,39 P0H2T0
10,00 -3,19
P0H2T1 12,33
19,39 P0H2T2
13,83 33,91
P1H0T0 12,67
22,62 P1H0T1
12,67 22,62
P1H0T2 13,67
32,30 P1H1T0
12,50 21,01
P1H1T1 16,33
58,12 P1H1T2
19,33 87,16
P1H2T0 13,17
27,46 P1H2T1
20,00 93,61
P1H2T2 24,50
137,17 Tabel  12  juga  juga  menunjukkan  bahwa  pemberian  HSC  tanpa  disertai
perlakuan  pemotongan  akar  dan  pemupukan  dengan  Terabuster  P0H1T0  dan P0H2T0  memiliki  persentase  pertumbuhan  tinggi
yang  lebih  rendah dibandingkan  kontrol. Pemupukan  dengan  Terabuster  pemotongan  akar  dan
pemberian HSC P0H0T1 dan P0H0T2 memiliki persentase pertumbuhan  tinggi yang lebih rendah dibandingkan kontrol.
5.4  Pembahasan
Stagnasi  pada  tanaman merupakan  keadaan
yang menunjukkan
terhambatnya  pertumbuhan  tanaman.  Tanaman  yang  mengalami  stagnasi cendrung  kerdil  dan  merana  Setiadi  2009.  Salah  satu  faktor  penyebab  stagnasi
pada tanaman adalah pemadatan tanah soil compaction. Tekstur  tanah  sangat  mempengaruhi  perkembangan  akar  lateral.  Tanaman
yang  hidup  pada  tanah  yang  keras  dan  kering  umumnya  memiliki  jumlah  akar lateral  yang  lebih  sedikit  jika  dibandingkan  dengan  tanaman  yang  hidup  pada
kondisi tanah yang lembab dan lunak Campbell et al. 2003.
Pengelompokan  lokasi  penelitian  memberikan  pengaruh  nyata  terhadap pertumbuhan  tinggi  dan  diameter  tanaman  pinus  pada  selang  kepercayaan  95.
Ketiga blok penelitian memiliki kondisi tanah yang padat persentase fraksi pasir 30 Pusat Penelitian Tanah 1983, sehingga pertumbuhan pinus di ketiga blok
cendrung lambat. Pertumbuhan  pinus  di  blok  2  cendrung  lebih  rendah  dibanding  kedua  blok
lainnya. Hasil analisis tanah dari beberapa contoh uji yang diambil di ketiga blok penelitian  menunjukkan  bahwa  blok  2  memiliki  pH  dan  KTK  terendah  serta
konsentrasi Fe dan Al tertinggi dibandingkan kedua blok lainnya. Unsur hara makro menjadi tidak tersedia pada tanah masam karena biasanya
unsur  hara  makro  diserap  tanaman  pada  pH  netral  pH  5,5  – 7,5.  Sebaliknya, unsur hara mikro seperti Fe, Cu, dan Zn serta ion-ion Al  menjadi sangat mudah
terlarut  sehingga  sering  ditemukan  dalam  jumlah  yang  berlebihan  pada  tanah masam.  Kelebihan  unsur  hara  mikro  dapat  menyebabkan  keracunan  toksisitas
bagi tanaman Hardjowigeno 2007. Blok 2 termasuk kategori tanah sangat masam pH  4,5 dan konsentrasi Fe
tinggi Fe  200 ppm Langdon 1984. Kondisi pH yang sangat masam ini diduga menyebabkan  konsentrasi  Fe  meningkat  ±27  kali  lipat  dan  konsentrasi  Al
meningkat  ±3  kali  lipat  dibandingkan  kedua  blok  lainnya.  Peningkatan konsentrasi  Fe  menyebabkan  pengurangan  penyerapan  unsur  hara  mikro  Mn.
Peningkatan konsentrasi  Fe dan  Al  menyebabkan  unsur  P  menjadi tidak  tersedia bagi  tanaman Noor  et  al. 2003.  Unsur  P  tidak  dapat  diserap  tanaman  sebab
difiksasi  kuat  oleh  Fe  dan  Al  membentuk  senyawa  FeOH
2
H
2
PO
4
dan AlOH
2
H
2
PO
4
Hardjowigeno 2007. KTK tanah sangat erat kaitannya dengan kesuburan tanah Agustina 2004.
KTK tanah di blok 2 termasuk kategori rendah KTK  15 Landon 1984. Tanah dengan  KTK  tinggi  didominasi  oleh  kation  basa  Ca,  Mg,  K,  dan  Na.  Kation-
kation basa ini terdapat dalam kompleks jerapan koloid tanah sehingga unsur hara tidak  mudah  hilang  tercuci  air.  Sedangkan  tanah  yang  memiliki  KTK  rendah
didominasi  oleh  kation  asam  seperti  Al  dan  H.    Kelebihan  kation  asam  menjadi racun bagi tanaman.
Gambar 7 Lokasi penelitian: a blok 1; b blok 2; c blok 3
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  perlakuan  tunggal  pemotongan  akar lateral  pada  pinus  P1H0T0  mampu  merangsang  pertumbuhan  akar  baru.
Kondisi  perakaran  baru  saja  tidak  cukup  untuk  meningkatkan  pertumbuhan diameter  dan  tinggi  pinus  yang  mengalami  stagnasi.  Tanaman  membutuhkan
unsur hara cukup agar dapat tumbuh optimal Bunganagara 2011. Pinus  yang  mendapat  kombinasi  perlakuan  pemotongan  akar  lateral,
pemberian  HSC,  dan  pemupukan  dengan  Terabuster  pada  berbagai  konsentrasi P1H1T1,  P1H1T2,  P1H2T1,  dan  P1H2T2  menunjukkan  respon  pertumbuhan
diameter  dan  tinggi  pinus  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  pinus  yang hanya  mendapat  perlakuan  pemberian  HSC  dan  pemupukan  dengan  Terabuster
pada  berbagai  konsentrasi  tanpa  disertai  pemotongan  akar  P0H1T1,  P0H1T2, P0H2T1,  dan  P0H2T2. Pemotongan  akar  lateral  disertai  pembenahan  tanah
dengan  HSC  mampu  merangsang  pertumbuhan  akar  lateral  baru  serta meningkatkan  KTK  dan  pH  sehingga  unsur  hara  menjadi  tersedia bagi  tanaman.
Pemupukan  dengan  Terabuster  perlu  dilakukan  mengingat  lokasi  penanaman pinus  adalah  lahan  pasca  tambang  pasir  kuarsa  yang  marginal  miskin  hara.
Perbaikan  sifat  kimia  tanah,  peningkatan  jumlah  akar  lateral,  serta  penambahan unsur hara pada tanaman  memberikan respon pertumbuhan  yang positif terhadap
parameter pertumbuhan diameter dan tinggi pinus. Bioremedy sebagai perangsang pertumbuhan akar dan perangsang aktivitas
mikroorganisme tanah juga digunakan dalam penelitian ini. Bioremedy diberikan pada  semua  pinus  dalam  penelitian  ini  baik  pinus  yang  mendapat  perlakuan
b c
a
pemotongan  akar  P1  maupun  tanpa  pemotongan  akar  P0.    Meskipun penyiraman  Bioremedy  dilakukan  pada  semua  tanaman,  namun  pinus  yang
mendapat  perlakuan  P1  menunjukkan  peningkatan  pertumbuhan  diameter  dan tinggi yang lebih besar dibandingkan pinus dengan perlakuan P0.
Pemotongan  akar  lateral  diduga  mampu  menurunkan  konsentrasi  sitokinin yang  disintesis  di  ujung  akar,  dimana  sitokinin  merupakan  hormon  perangsang
perkecambahan  dan  penunda  senesens  penuaan  organ  tanaman.  Penurunan konsentrasi  sitokinin  akan  diikuti  dengan  peningkatan  auksin.  Aksin  yang
disintesis  di  meristem  apikal  berperan  sebagai  hormon  perangsang  perpanjangan sel  dan  peningkatan  aktivitas  pembentukan  akar  dan  buah.  Kedua  hormon  ini
selalu  berbalik  peranannya  dalam  perkembangan  akar  lateral;  sitokinin  sebagai inhibitor  sedangkan auksin  katalisator percabangan  akar akar  lateral Campbell
et  al. 2003.  Penurunan  konsentrasi  sitokinin  akan  menyebabkan  peningkatan hormorn  auksin.  Konsentrasi  auksin  pada  tanaman  yang  mendapat  perlakuan  P1
secara  otomatis  akan  meningkat.  Peningkatan  konsentrasi  auksin  disertai pemberian  Bioremedy  menyebabkan  pertambahan  akar  lateral  baru  yang  lebih
tinggi dibandingkan tanaman yang hanya mendapat penyiraman Bioremedy tanpa pemotongan akar P0.
Pinus  yang  mendapat  pelakuan  pemberian  HSC  atau  pemupukan  dengan Terabuster  saja  tanpa  disertai  pemotongan  akar  lateral  P0H0T1,  P0H0T2,  dan
P0H1T0,  dan  P0H2T0  menunjukkan  respon  pertumbuhan  diameter  dan  tinggi yang  lebih  rendah  dibandingkan  kontrol.  Pemupukan  yang  dilakukan  tidak
memberikan  hasil  optimal  tanpa  disertai  peningkatan  pH  dan  KTK.  Peningkatan pH  dan  KTK  dapat  dilakukan  dengan  memberikan  pembenah  tanah  HSC.
Kebanyakan  unsur  hara  diserap  tanaman  dalam  kondisi  pH  netral.  Meskipun pemupukan  telah  dilakukan  untuk  menambah  unsur  hara,  namun  unsur  hara
tersebut  menjadi  tidak  tersedia  bagi  tanaman  karena  tanaman  tidak  dapat menyerapnya pada pH masam. Selain itu, unsur P juga menjadi tidak tersedia bagi
tanaman karena difiksasi Al dan Fe. Pembenahan  tanah  tanpa  disertai  kegiatan  pemupukan  juga  tidak
memberikan  hasil  optimal  bagi  pertumbuhan  diameter  dan  tinggi  pinus. Pemberian HSC  sebagai  pembenah tanah  diduga  mampu meningkatakan  pH dan
KTK. Peningkatan pH saja tidak cukup untuk membuat penyerapan hara oleh akar menjadi optimal. Tanaman memerlukan juga hara yang cukup agar dapat tumbuh.
Lokasi  tempat  tumbuh  pinus  yang  terletak  di  areal  pasca  tambang  pasir  kuarsa merupakan  lahan  marginal  miskin  hara  sehingga  kurang  dapat  mendukung
pertumbuhan  tanaman.  Pemupukan  perlu  dilakukan  untuk  menambah  unsur  hara dalam tanah.
HSC  sebagai  bahan  pembenah  tanah  soil  amendment  merupakan  bahan organik  cair  yang  mengandung  asam  humat  humic  acid  dan  katalis
Hariangbanga 2009. Asam humat diperoleh dengan mengekstrasi senyawa yang bersifat  basa  dari  humus  dengan  asam  encer  dan  kemudian  mengekstraksi  sisa
humus dengan ammonium peroksida encer. Asam humat dalam tanah berasal dari lignin atau karbohidrat tanaman yang membusuk yang juga mengandung nitrogen
dan  bahan  organik  lain  Robinson  1995.  Asam  humat  bermanfaat  untuk memperbaki kondisi  tanah, mengikat unsur hara,  dan merangsang mikroba tanah
yang akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Mansur 2010. HSC mampu meningkatkan pH dan KTK serta mempermudah ketersediaan
hara.  Peningkatan  pH  tanah  menyebabkan  penurunan  toksisitas  Al  dan  Fe sehingga unsur P H
2
PO
4 -
menjadi tersedia bagi tanaman. Peningkatan KTK juga diikuti dengan peningkatan kation-kation basa seperti Ca, Mg, N, dan K sehingga
dapat meningkatkan kesuburan tanah. Terabuster  juga  digunakan  dalam  penelitian  ini  selain  HSC.  Terabuster
merupakan  pupuk  polimer  yang  menganduk  NPK,  Mg,  Ca,  dan  chelated micronutrients  Hariangbanga  2009.  Keunggulan  pupuk  polimer  ini  adalah
kemampuan larut yang sangat tinggi sehingga sangat mudah diserap tanaman. Terabuster  merupakan  yang  memilki  bentuk  chelated yang  stabil  ini
membuat kation-kation hara terlindung oleh bahan organik sehingga kation-kation tersebut  tidak  berfungsi  lagi  sebagai  kation  dalam  reaksi  kimia.  Al  hanya  dapat
memfiksasi  unsur  hara  dalam  bentuk  kation.  Hal  ini  menyebabkan  penurunan toksisitas Al dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Dengan demikian
kombinasi  perlakuan  pemotongan  akar,  pembenahan  tanah  dengan  HSC,  dan pemupukan  dengan  Terabuster  mampu  memberikan  hasil  positif  untuk
pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman pinus.
Gambar 8  Pertumbuhan tanaman pinus perlakuan  P0H0T0 di blok 1:  a minggu ke-1; b minggu ke-13
Gambar 9  Pertumbuhan tanaman pinus perlakuan  P0H0T0 di blok 2:  a minggu ke-1; b minggu ke-13
b a
a b
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemotongan akar, pemberian HSC  5,  dan  pemupukan  dengan  Terabuster  10    memberikan  respon
pertumbuhan  diameter  dan  tinggi  terbaik.  Persentase  pertumbuhan  tinggi  dan diameter  perlakuan  ini  masing-masing  adalah  137,17  dan  196,40.  Hasil
penelitian  sebelumnya  yang  dilakukan  Lestari  2011  menunjukkan  bahwa pemberian Terabuster  2  pada  rasamala hanya  meningkatkan pertumbuhan  tinggi
sebesar 43,10 dibandingkan kontrol. Peningkatan konsentrasi Terabuster terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman yang mengalami stagnasi.
Gambar 10  Pertumbuhan tanaman pinus perlakuan  P1H2T2 di blok 3:  a minggu ke-1; b minggu ke-13
Gambar 10  Pertumbuhan tanaman pinus perlakuan  P1H2T2 di blok 1:  a minggu ke-1; b minggu ke-13
a b
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1  Kesimpulan