Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bagi Karyawan dan Perusahaan

60

C. Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bagi Karyawan dan Perusahaan

Pelaksaan sebuah perjanjian kerja bersikap perjanjian kerja bersama. Sejak disahakannya Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang mencabut enam ordonansi dan delapan undang-undang di bidang ketenagakerjaan, maka Undang-Undang No.13 Tahun 2003 menjadi Undang-Undang payung bagi segala hal menyangkut ketenagakerjaan termasuk Perjanjian Kerja Bersama dsn Peraturan Perusahaan. 75 Perjanjian kerja bersama dibuat yaitu bertujuan untuk mempertegas dan memperjelas hak-hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha; memperteguh dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis dalam perusahaan; menetapkan secara bersama syarat-syarat kerja keadaan industrial yang harmonis dan atau Pasal 1 angka 21 Undang-Undang No.13 Tahun 2003, menggunakan istilah PKB dan memberikan defenisi sebagai berikut, “Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau serikat buruh atau beberapa serikat atau serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak”. PKB merupakan istilah yang menunjuk pada suatu perjanjian yang pembuatannya dilakukan dengan negosiasi atau perundingan antara serikat pekerja atau serikat buruh dengan pengusaha ataupun asosiasi pengusaha. Pengusaha maupun pekerja atau buruh wajib tunduk dan melakukan ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja bersama yang berlaku. 75 Agusmidah, Op.Cit., hal.47 61 hubungan ketenagakerjaan yang belum diatur dalam peraturan perundang- undangan. 76 Manfaat adanya perjanjian kerja bersama yaitu: 77 Dalam sebuah hubungan kerja pasti timbul perselihan yang biasanya disebut perselisihan hubungan industrial. Menurut Maimun, Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang danatau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja atau buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. 1. Baik pekerja maupun pengusaha akan lebih memahami tentang hak dan kewajiban masing-masing; 2. Mengurangi timbulnya perselisihan hubungan industrial atau hubungan ketenagakerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi dan peningkatan usaha 3. Membantu ketenangan kerja pekerja serta mendorong semangat dan kegaitan bekerja yang lebih tekun dan rajin 4. Pengusaha dapat menganggarkan biaya tenaga kerja labour cost yang perlu dicadangkan atau disesuaikan dengan masa berlakunya PKB. 78 76 Dalam melaksanakan hubungan industrial pengusaha dan organisasi pengusaha mempunyai fungsi menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan http:hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.com201204perjanjian-kerja- bersama.html , diakses Senin, 16 Maret 2015 pukul 19:35 77 ibid 78 Maimun, Op.Cit., hal.119 62 kesejahteraan kepada pekerja atau buruh secara terbuka, demokratis, dan berkeadilan. Pekerja atau buruh, serikat pekerja atau serikat buruh mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan dan keahliannya, serta memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya. Fungsi pemerintah dalam hubungan industrial adalah menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. 79 Pengusaha sebagai pimpinan perusahaan berkepentingan atas kelangsungan dan keberhasilan perusahaan dengan cara meraih keuntungan setinggi-tingginya sesuai modal yang telah ditanamkan dan menekan biaya produksi serendah-rendahnya termasuk upah pekerja atau buruh agar barang danatau jasa yang dihasilkan bersaing dipasaran. Bagi pkerja atau buruh, perusahaan adalah sumber penghasilan dan sumber penghidupan sehingga akan selalu berusaha agar perusahaan memberikan kesejahteraan yang lebih baik dari yang telah diperoleh sebelumnya. Kedua kepentingan yang berbeda ini akan selalu mewarnai hubungan antara pengusaha dan pekerja atau buruh dalam proses produksi barang danatau jasa. 80 79 Asri Wijayanti, Op.Cit., hal.59 80 Maimun, Op.Cit., hal.119 Perbedaan kepentingan ini harus dicarikan keharmonisasiannya karena berpotensi memicu timbulnya perselisihan dalam hubungan industrial. Potensi perselisihan hubungan industrial ini ada sejak 63 terjadinya hubungan industrial, konkretnya sejak ada hubungan kerja antara pekerja atau buruh dengan pengusaha. 81 Perselisihan di bidang industrial yang selama ini dikenal dapat terjadi mengenai hak yang telah ditetapkan, atau mengenai keadaan ketenagakerjaan yang belum ditetapkan, baik dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, maupun peraturan perundang-undangan. Perselisihan hubungan industrial juga dapat disebabkan oleh pemutusan hubungan kerja. Hal ini terjadi karena hubungan antara pekerja atau buruh dan pengusaha merupakan hubungan yang didasari oleh kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri dalam suatu hubungan kerja. Apabila salah satu pihak tidak menghendaki lagi untuk terikat dalam hubungan kerja tersebut, sulit bagi para pihak untuk mempertahankan hubungan yang harmonis. 82 Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian perselisihan Perburuhan disebutkan bahwa perselisihan perburuhan adalah pertentangan antara majikan atau perkumpulan majikan dengan serikat buruh atau gabungan serikat buruh berhubungan dengan tidak adanya persesuaian paham mengenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan atau keadaan perburuhan. Dari pengertian tersebut dapat ditarik 2 dua jenis perselisihan perburuhan yaitu perselisihan hak dan perselisihan kepentingan, yaitu: 83 1. Perselisihan hak rechtsgeschill, yaitu perselisihan perseorangan antara pengusaha atau serikat atau gabungan pengusaha dengan serikat pekerja atau pekerja perorangan akibat pelaksanaan perjanjian atau perjanjian perburuhan ; 81 ibid 82 Asri Wijayanti, Op.Cit., hal.178 83 Lalu Husni, Op.Cit., hal.133 64 2. Perselisihan kepentingan belangengeschill, adalah perselisihan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja dengan pengusaha atau gabungan pengusaha karena tidak adanya penyesuaian paham mengenai syarat kerja dan atau keadaan perburuhan. Perselisihan-perselihan yang terjadi tersebut akan menjadi faktor penghambat terlaksananya suatu perjanjian. Pembuatan suatu perjanjian kerja bersama dilakukan secara musyawarah antara para pihak yang berunding. Apabila musyawarah tidak mencapai kesepakatan maka akan terjadi perselisihan industrial, hal itu yang menjadi penyebab timbulnya hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perjanjian kerja. Bilamana terjadi perselisihan perburuhan, maka serikat pekerja atau buruh dan majikan mencari penyelesaian perselisihan itu secara damai dengan jalan perundingan. Persetujuan yang dicapai melalui perundingan itu dapat disusun menjadi perjanjian perburuhan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam undang-undang perjanjian perburuhan. Jika dalam perundingan itu oleh pihak-pihak yang berselisih sendiri tidak dapat diperoleh penyelesaian, maka ada 2 alternatif yang dapat ditempuh: 84 1. Menyerahkan perselisihan itu secara sukarela pada seorang juru atau dewan pisah. Penyerahan perselisihan kepada seorang juru atau dewan pemisah harus dilakukan dengan surat perjanjian antara kedua belah pihak. Penyelesaian seperti ini juga disebut dengan penyelesaian secara sukarela Foluntary Arbitration. Penyelesaian secara sukarela artinya dilakukan diluar pengadilan 84 ibid, hal.135 65 dikenal juga dengan istilah Alternative Disputes Resolution ADR, beberapa penyelesaian dalam ADR ini yaitu mediasi, konsiliasi, dan arbitrasi. 2. Menyerahkan perselisihan itu kepada pegawai perantara Depnaker. Penyelesaian seperti ini lazim disebut penyelesaian wajib Compulsory Arbitration. Penyelesaian perselisihan secara wajib yakni penyelesaian yang dilakukan melalui pegawai perantara dan institusi yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan perubuhan, karena itu disebut dengan istilah penyelesaian wajib. Penyelesaian ini dapat digunakan apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan dengan perundingan dan oleh pihak berselisih tidak menyerahkannya kepada juru atau dewan pemisah. 85 85 ibid, hal.138 66 BAB IV TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA PEMENUHAN HASIL PRODUKSI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT ANTARA KARYAWAN DENGAN PTPN IV PERKEBUNAN PABATU

A. Mekanisme Pelaksanaan Perjanjian Kerja antara Serikat Pekerja dengan PTPN IV

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Yuridis Para Pihak Dalam Pengiriman Tebu dari Kebun ke Pabrik (Studi pada Kebun Sei Semayang PTPN II)

0 77 97

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Kelapa Sawit Pt Perkebunan Nusantara Iv (Studi Kasus : Pks Kebun Ptpn Iv Kecamatan Sosa)

19 129 107

Tanggung Jawab Pihak Pengangkut dalam Perjanjian Pengangkutan Pulp antara PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dengan CV. Anugrah Toba Permai Lestari (Studi pada CV. Anugrah Toba Permai Lestari)

0 119 99

Tinjauan Yuridis Perjanjian Pola Kemitraan Perkebunan Kelapa Sawit Inti-Plasma Antara PT. Boswa Megalopolis Dengan Masyarakat (Suatu Penelitian Di Kabupaten Aceh Jaya)

14 150 149

Analisis Peranan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Pembangunan Wilayah (Studi Kasus PTPN II Kebun Bandar Klippa)

36 179 90

Peran Dan Tanggung Jawab Underwriter Dalam Perjanjian Full Commitment Di Pasar Perdana

11 226 142

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN CHARTER PESAWAT UDARA ANTARA PT. AIRBORNE INFORMATICS Tanggung Jawab Para Pihak dalam Perjanjian Charter Pesawat Udara Antara PT. Airborne Informatics dengan PT. Whitesky Aviation.

3 7 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA A. Pengaturan Hukum Perjanjian - Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Pemenuhan Hasil Produksi Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Perjanjian Antara Karyawan Dengan Ptpn Iv Perkebunan Pabatu)

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Pemenuhan Hasil Produksi Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Perjanjian Antara Karyawan Dengan Ptpn Iv Perkebunan Pabatu)

0 0 14

Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja Pemenuhan Hasil Produksi Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Perjanjian Antara Karyawan Dengan Ptpn Iv Perkebunan Pabatu)

0 0 8