37 memiliki koefisien keragaman terbesar adalah TPL tinggi paras laut dengan nilai
59,19. Variabel klorofil-a dan curah hujan memiliki koefisien keragaman sebesar 15,40 dan 29,31. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel yang memiliki tingkat
variabilitas tinggi adalah TPL, kemudian diikuti oleh curah hujan, klorofil-a dan dan SPL yang memiliki variabilitas terendah.
5.6 Hubungan Parameter Oseanografi dan Curah Hujan dengan Hasil Tangkapan YellowfinTuna
Keterkaitan parameter oseanografi dan curah hujan dengan hasil tangkapan Yellowfin Tuna dilihat dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda. Data
parameter oseanografi dan curah hujan dengan hasil tangkapan merupakan data dalam periode 15 tahun terakhir yaitu tahun 1997-2011. Hasil dari uji statistik keterikatan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Uji statistik parameter oseanografi dan curah hujan dengan hasil tangkapan
Analysis of variance Source
DF F
P Regression
4 5,72
0,012 Residual Error
10 Total
14 R-Sq = 69,6
R-Sq adj = 57,4 Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa, seluruh variabel X signifikan terhadap
produksi hasil tangkapan karena memiliki nilai P-value 0,012 yaitu 0,05. Analisis regresi parameter oseanografi dan curah hujan terhadap produksi hasil tangkapan
menghasilkan nilai R
2
sebesar 69,6 dan nilai r sebesar 0,83. Model regresi dari parameter oseanografi dan curah hujan terhadap produksi hasil tangkapan adalah:
Y = 2.470.429 – 112.793 X
1
+ 937.609 X
2
+ 36.936 X
3
+ 236 X
4
Dimana, Y : Produksi Hasil tangkapan
X
1
: Suhu permukaan laut X
2
: Klorofil-a X
3
: Tinggi paras laut X
4
: Curah hujan
38
6 PEMBAHASAN
6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna
Berdasarkan data statistik Palabuhanratu tahun 1997-2011, hasil tangkapan Yellowfin Tuna mengalami fluktuasi. Jika dilihat berdasarkan data hasil tangkapan
perbandingan jumlah hasil tangkapan pada tahun 1997 dengan tahun 2011 mengalami perbedaan yang sangat jauh. Pada tahun 1997 jumlah hasil tangkapan sebesar 393.246 kg,
sedangkan tahun 2011 sebesar 1.069.438 kg. Tahun 1997 data hasil tangkapan seluruh jenis tuna masih dijadikan satu data sehingga jika dilakukan perbandingan antara 3 jenis
tuna yang didaratkan di Palabuhanratu maka untuk jenis tuna Yellowfin akan mengalami jumlah yang lebih sedikit dari jumlah total hasil tangkapan tuna yang didaratkan di
Palabuhanratu pada tahun 1997. Jika dilakukan perbandingan antara jumlah hasil tangkapan pada tahun 1997 dengan tahun 2011 maka dapat dikatakan bahwa hasil
tangkapan tuna mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan karena mulai berkembang dan meningkatnya jumlah alat tangkap untuk menangkap tuna. Menurut data
statistik PPN Palabuhanratu alat penangkap tuna mulai berkembang pada tahun 2003 dan 2004 seperti alat tangkap tonda dan long line. Tetapi untuk hasil tangkapan Yellowfin
Tuna tidak bisa hanya dilakukan perbandingan antara tahun 1997 dengan 2011 saja tetapi harus dilihat pertahunnya agar terlihat perkembangan dari hasil tangkapan.
Tahun 1997 hasil tangkapan tuna sebesar 393.246 kg, kemudian mengalami penurunan terus menerus selama empat tahun yaitu pada tahun 1998-2001, sehingga pada
tahun 2001 hasil tangkapan tuna menjadi 86.183 kg -17,63. Data tersebut untuk seluruh jenis tuna, jadi ketika dilakukan perbandingan kembali untuk tiga jenis tuna yang
didaratkan maka untuk Yellowfin Tuna berada pada jumlah yang lebih sedikit atau dapat dikatakan mengalami penurunan yang cukup tinggi. Tahun 2002 jumlah hasil tangkapan
tuna mengalami peningkatan menjadi 177.926 kg 106,45. Data tuna pada tahun 2003 sudah dibagi berdasarkan jenisnya sehingga mulai tahun 2003 bisa terlihat fluktuasi dari
hasil tangkapan Yellowfin Tuna. Tahun 2003-2005 hasil tangkapan Yellowfin Tuna mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2003 sebesar 178.089 kg 0,09 sedangkan
pada tahun 2005 menjadi 1.495.105 kg 132,99. Tetapi pada tahun 2006-2009 yaitu selama empat tahun hasil tangkapan Yellowfin Tuna mengalami penurunan hingga
menjadi 542.584 kg atau -8,12 tahun 2009. Kemudian pada tahun 2010 hasil
39 tangkapan mengalami peningkatan menjadi 1.730.949 kg 219,02, tetapi peningkatan
ini tidak bertahan lama karena pada tahun 2011 langsung mengalami penurunan menjadi 1.069.438 kg -38,22.
Fluktuasi produksi hasil tangkapan Yellowfin Tuna terjadi pula di Kabupaten Pacitan.
Menurut Ma’arif 2011 data produksi tuna di Kabupaten Pacitan dari tahun 2006-2009 terus mengalamipeningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006-
2007, yaitu sebesar1.453,58. Data terbaru tahun 2010 memperlihatkan bahwa produksi tuna mengalami penurunan yaitu sebesar 5,84. Jumlah produksi tuna di Pacitan tahun
2009 adalah sebesar 1.688.588 kg dan tahun 2010 sebesar 1.589.989 kg. Selain itu, di PPN Prigi Trenggalek Jawa Timur, produksi hasil tangkapan tuna
mengalami fluktuasi pula. Produksi hasil tangkapan tuna di PPN Prigi cenderung mengalami penurunan dari tahun 2000 sampai 2010. Penurunan terjadi pada tahun 2000-
2003 dari 508 ton menjadi 138 ton, 2005-2008 dari 1.179 ton menjadi 323 ton dan 2009-2010 dari 691,9 ton menjadi 503,3 ton. Sedangkan peningkatan produksi tuna
hanya terjadi pada tahun 2004 sebesar 560 ton, 2005 sebesar 1.179 ton dan 2009 sebesar 691,9 ton Ross 2011.
Produksi hasil tangkapan yang menurun dapat disebabkan adanya variabilitas parameter oseanografi dan curah hujan sehingga Yellowfin Tuna harus beradaptasi
dengan lingkungan perairan. Karena variabilitas parameter oseanografi dan curah hujan berkaitan erat dengan lingkungan perairan yang menyebabkan perubahan biologis ikan
dan akhirnya mempengaruhi perekrutan, pertumbuhan dan perilaku penangkapan ikan. Selain itu, pola migrasi Yellowfin Tuna erat dengan kondisi laut yang sesuai dengan
habitat fisik seperti suhu dan sumber makanan yang memadai. Menurut Miller 2007 climate variability berdampak nyata pada kelimpahan, konsentrasi, lokasi dan
penangkapan sumberdaya tuna.
6.2 Komposisi Ukuran Yellowfin Tuna