Keragaman Genetik antar Populasi semua Jenis Gaharu

Populasi yang mempunyai keragaman terendah Tabel 10 adalah A. malaccensis dari hutan alam, sedangkan yang mempunyai keragaman tertinggi adalah A.crassna dari hutan tanaman. Rendahnya keragaman genetik dari jenisA. malaccensisini mungkin disebabkan oleh kelangkaannya di alam jarang ditemukankerapatan rendah jika dibandingkan dengan jenis gaharu yang lainnya.Hal ini sesuai dengan Mahfudz 2010 yang menyatakan bahwa keragaman Mebau yang mengalami eksploitasi lebih awal memiliki keragaman genetik yang rendah.Finkeldey 2005 juga menyatakan bahwa jenis dalam populasi yang mempunyai kerapatan rendah mempunyai variasi genetik rata-rata yang lebih rendah bila dibandingkan dengan jenis dalam populasi dengan kerapatan tinggi.Salah satu hal yang menyebabkan kelangkaan ini misalnya pemanenan berlebihan, karena jenis A. malaccensis merupakan penghasil gaharu berkualitas terbaik dengan nilai jual yang tinggi Sukandar 2009. Nilai variasi genetik gaharu dari hutan tanaman dan hutan alam dapat digunakan untuk kepentingan aktivitas pemuliaan pohon dan konservasi sumberdaya genetik serta penelusuran asal-usul tanaman.Hal ini disebabkan karena kemampuan suatu jenis pohon hutan untuk beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan sangat tergantung pada keragaman genetik dan multiplisitas individual pohon dalam populasi.

4.3 Keragaman Genetik antar Populasi semua Jenis Gaharu

Peubah yang digunakan untuk mencirikan variasi genetik antar populasi menurut Finkeldey 2005 yaitu pembagian variasi genetik F st atau G st , jarak genetik, dan analisis klasterkelompok.Salah satu peubah yang digunakan untuk mencirikan variasi genetik antar populasi adalah jarak genetik. Jarak genetik mengukur perbedaan struktur genetik antar dua populasi pada suatu lokus gen tertentu. Perbedaan genetik dari dua atau lebih populasi pada umumnya dianalisis dengan sebuah matrik dimana elemen-elemennya berupa jarak genetik dan pasangan kombinasi dari masing-masing populasi Finkeldey2005.Adapun jarak genetik antar populasi gaharu disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12 Jarak genetik populasi gaharu Pop 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 0.0588 3 0.1663 0.1051 4 0.1191 0.1715 0.3383 5 0.1624 0.1375 0.2473 0.0291 6 0.1641 0.1615 0.3613 0.0712 0.1041 7 0.1457 0.1498 0.3436 0.0559 0.0884 0.0012 8 0.1238 0.1836 0.3459 0.0012 0.0299 0.0922 0.0745 9 0.1238 0.1836 0.3459 0.0012 0.0299 0.0922 0.0745 0.0000 Keterangan: 1. A. malaccensis HT; 2. A. microcarpa HT; 3. A. crassna HT; 4. Gyrinops sp HA; 5. A. malaccensis HA “LOMBOK”; 6. A. malaccensis HA “RIAU”; 7. A. microcarpa HA “KALIMANTAN”; 8. Kayu A. malaccensis; 9. Kayu A. filaria Hasil analisis jarak genetik pada Tabel 11 menunjukkan bahwa populasi yang memiliki jarak genetik yang paling besar adalah populasi A. crassna hutan tanaman dengan A. malaccensis hutan alam “Riau” dengan nilai jarak genetik yaitu 0,3613. Jarak genetik yang besar ini mengindikasikan bahwa hubungan kekerabatan kedua populasi ini cukup jauh. Sedangkan populasi dengan jarak genetik terdekat adalah antara kayu A. malaccensis dengan kayu A. filaria yaitu 0,0000. Selain dari jarak genetik, peubah lain yang dapat digunakan untuk mencirikan variasi genetik antar populasi adalah analisis gerombolkelompok atau dendogram jarak genetik antar populasi.Berdasarkan analisis nilai jarak genetik dihasilkan dendrogram jarak genetik antar populasi yang digunakan untuk melihat kekerabatan antar populasi seperti terlihat pada Gambar9.Adapun tampilan hasil dendrogram Ntsys disajikan pada Lampiran 12. Gambar 9 Dendogram pengelompokan gaharu hutan alam dan hutan tanaman Nei’s 1972 hutan tanaman hutan alam Gambar 9memperlihatkan bahwa populasi nuklear daun gaharu tanaman dengan gaharu alam berpisah membentuk dua klaster yang berbeda.Pengklasteran mengindikasikan bahwa dalam satu klaster memiliki struktur genetik yang hampir sama penghomogenan, sehingga antara klaster yang satu dengan yang lainnya memiliki struktur genetik yang berbeda. Hal ini memberikan peluang untuk kegiatan diskriminasi kayu gaharu alam dengan kayu gaharu budidaya atau tanaman. Hartati et al. 2007 menyatakan bahwa proses evolusi dan adaptasi suatu populasi pada lingkungan spesifik yang merupakan habitatnya akan menyebabkan masing-masing populasi mengembangkan karakter dan ciri spesifik secara morfologis dan genetik yang berbeda dengan populasi lainnya.Berdasarkan hasil dendogram, secara garis besar pengelompokan tidak berhubungan dengan posisi geografisnya. Artinya pengelompokan tidak menunjukkan bahwa semakin dekat jarak geografisnya suatu populasi maka jarak genetik antar populasi tersebut semakin dekat, akan tetapi populasi-populasi yang berdekatan mempunyai kecenderungan untuk membentuk satu sub kelompok,

4.4 Pendugaan Kayu Gaharu dengan Asal-usul Tidak Jelas