BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Singkat Gaharu
Soehartono dan Mardiastuti 2003 menyatakan bahwa gaharu merupakan nama perdagangan untuk kayu yang berasal dari pohon margaAquilaria sebagian
besar berasal dari A.malaccensis. Pohon-pohon tersebut seringkali terkena infeksi oleh parasit yang berupa jamur dan mulai menghasilkan resin yang harum dan
bewarna gelap di bagian kayu teras. Kayu yang mengandung resin ini dikenal dengan nama gaharu. Di pasar internasional, gaharu dikenal dengan
namaagarwood, aloeswood atau oudh. Aswoko 2009 menjelaskan bahwa gaharu adalah sejenis kayu dengan
berbagai bentuk dan warna yang khas, memiliki kandungan damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, sebagai akibat dari proses infeksi
yang terjadi secara alami atau buatan pada pohon Aquilaria sp. Thymelaeaceae. Kerajaan :
Plantae Ordo
: Malvales
Famili : Thymelaeaceae
Genus : Aquilaria
Secara morfologi, tinggi pohon gaharu dapat mencapai 40 meter dengan diameter batang mencapai 60 cm. Kulit batang licin, berwarna putih atau keputih-
putihan, dan kadang beralur. Bentuk daunnya lonjong agak memanjang dengan ukuran 5 – 8 cm, lebar 3 – 4 cm, berujung runcing, dan berwarna hijau mengkilap
Sumarna2002 dalam Aswin 2007.Adapun morfologi pohon gaharu disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Morfologi pohon gaharu Adinugroho 2010
Produksi gubal gaharu memerlukan pohon gaharu dan mikroba untuk menginduksi pembentukan senyawa gaharu. Gubal gaharu terbentuk sebagai
reaksi pertahanan pohon terhadap infeksi patogen melalui pelukaan pada batang, cabang, atau ranting atau pengaruh fisik lainnya. Infeksi patogen mengakibatkan
keluarnya resin yang terdeposit pada jaringan kayu. Lama kelamaan jaringan kayu ini akan mengeras dan berubah warnanya menjadi coklat sampai kehitaman,
bagian ini menjadi berat dan berbau wangi Hou 1960 dalam Aswin 2007
.
Penyebaran gaharu dimulai dari Iran, India, Vietnam, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Serawak dan Filipina. Di Indonesia daerah penyebaran gaharu antara
lain terdapat di kawasan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara, dan Jawa. Secara ekologis jenis-jenis gaharu di Indonesia tumbuh pada
daerah dengan ketinggian 0 – 2400 meter di atas permukaan laut. Gaharu yang berkualitas baik umumnya tumbuh pada daerah yang beriklim panas dengan suhu
28–34ºC, kelembaban 60 – 80, dan curah hujan 1000 – 2000 mmtahun Sumarna 2002 dalam Aswin 2007.
Meningkatnya perdagangan gaharu telah mengakibatkan populasi gaharu di Indonesia mendekati kepunahan. Hal tersebut memicu upaya melestarikan
Aquilaria di alam, antara lain dengan memasukkan A.malaccensiske dalam Apendiks II CITESCITES 1994 dalam Soehartono dan Maardiastuti 2003.James