menjelaskan juga bahwa kandungan DO kurang dari 1 mgL dapat menyebabkan lethal atau menyebabkan kematian dalam beberapa jam.
2.5 Karbondioksida CO
2
Sumber utama CO
2
dalam perairan dapat berasal dari hasil respirasi organisme perairan. Lamanya waktu transportasi berbanding lurus dengan
tingginya eksresi CO
2
yang dihasilkan. Kepadatan yang tinggi juga akan menghasilkan eksresi CO
2
yang lebih tinggi. Karbondioksida bereaksi dengan air akan menghasilkan asam karbonat H
2
CO
3
Suryaningrum et al. 2006. Berikut ini adalah reaksi terbentuknya asam karbonat menurut William Robert 1992 :
H
2
O + CO
2
= H
2
CO
3
= H
+
+ HCO
3 -
Tingkat aktivitas dan stres ikan juga mempengaruhi kadar CO
2
dalam air terkait tingkat respirasinya. Hal tersebut dikarenakan CO
2
dihasilkan sebagai oksidasi senyawa organik yang berasal dari makanan selama proses respirasi
Suryaningrum et al. 2006. Ketika ikan ditebar sangat banyak atau pada kepadatan tinggi, konsentrasi CO
2
dapat menjadi tinggi sebagai hasil dari respirasi. CO
2
bebas yang dilepaskan selama respirasi akan berekasi dengan air sehingga menghasilkan asam karbonat H
2
CO
3
yang dapat menurunkan pH air William Robert 1992.
2.6 Total Amonia Nitrogen TAN
Amonia NH
3
dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah bentuk transisi dari amonia. Sumber amonia pada wadah
transportasi berasal dari hasil metabolisme ikan yang dikeluarkan oleh insang. Tinja dari biota akuatik yang merupakan limbah aktivitas metabolisme juga
banyak mengeluarkan amonia Effendi 2003. Metode penghitungan amonia yang ada sekarang ini sebenarnya melakukan perhitungan terhadap amonia total atau
total amonia nitrogen TAN yang terdiri dari NH
3
dan NH
4 +
Hargreaves dan Tucker 2004. Berikut merupakan kesetimbangan reaksinya:
NH
3
+ H
2
O ↔ NH
4 +
+ OH
-
Proporsi relatif dari kedua bentuk amonia tersebut di dalam perairan ditentukan oleh derajat keasaman atau pH. Bentuk toksik dari amonia adalah saat
menjadi NH
3
dan umumnya dominan saat pH tinggi. Ion amonium relatif tidak toksik dan mendominasi saat pH rendah Hargreaves dan Tucker 2004.
Konsentrasi amonia dalam suatu perairan harus diatur secara hati-hati karena amonia yang tidak terionisasi NH
3
dapat menjadi sangat beracun bagi hewan budidaya. Persentase amonia bebas meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan
suhu perairan. Sebagian besar amonia akan mengalami ionisasi Pada pH 7 atau kurang. Amonia tidak terionisasi pada pH lebih besar dari 7 dan akan bersifat
toksik jika jumlahnya banyak. Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu
Effendi 2003. Ikan tidak dapat bertoleransi terhadap kadar amonia bebas yang terlalu
tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan sufokasi Effendi 2003. Kadar amonia pada
perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mgL, sedangkan kadar amonia bebas yang tidak terionisasi NH
3
pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,2 mgL. Kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mgL, perairan toksik bagi beberapa
jenis ikan Effendi 2003. Pada tingkat toksik, NH
3
dapat menyebabkan peningkatan pH pada darah, gangguan osmoregulasi, dan kesulitan bernafas. Akumulasi NH
3
pada kolam-kolam budidaya dapat bersifat toksik pada konsentrasi yang tinggi dan
dapat menyebabkan kematian hewan budidaya. Akumulasi NH
3
pada kolam-kolam budidaya biasanya hanya sampai pada level yang menyebabkan
efek-efek subletal Hargreaves dan Tucker 2004.
2.7 Glukosa Darah