Tanaman kayu rakyat di Kabupaten Tanah Laut

mahoni mereka dengan baik, seperti melakukan penyiangan untuk pembersihan lahan, pemupukan dan pemangkasan batang. Penjarangan belum dilakukan karena tanaman masih relatif muda dan jarak tanam sudah cukup lebar. Hasil inventarisasi atas 77 petak tanaman mahoni luas total 95.75 ha yang dimiliki oleh 24 petani mahoni menunjukkan bahwa 65 tegakan mereka berada pada kondisi baik, 22 tegakan pada kondisi sedang dan sisanya pada kondisi buruk. Kondisi baik artinya tanaman mahoni rata-rata memiliki batang yang baik sebagai bahan untuk kayu pertukangan. Kondisi sedang berarti bahwa tanaman mahoni memiliki batang pohon yang mengandung cacat, namun secara umum masih dapat dimanfaatkan untuk kayu pertukangan. Kondisi buruk berarti bahwa sebagian besar tanaman mahoni mengandung cacat yang terlalu banyak sehingga kurang cocok untuk bahan kayu pertukangan. Rata-rata potensi volume untuk masing-masing kondisi tersebut adalah 13.6 m3ha, 11.1 m3ha dan 2.3 m3ha. Ilustrasi tanaman mahoni rakyat di desa ini terlihat pada Gambar 17. Desa Asam Jaya Hasil survey rumah tangga terhadap 52 petani responden menunjukkan bahwa luas kepemilikan lahan rata-rata per KK adalah 2.56 ha. Sebanyak 60 petani responden memiliki lahan di atas 2 ha dan hanya sekitar 13 responden yang mengelola lahan di bawah 1 ha per KK lihat Gambar 18. Sebanyak 44 KK dari responden yang disurvey adalah para petani penanam kayu jabon, dan sebagian di antaranya juga memiliki tanaman kayu akasia. Pada kasus di Desa Asam Jaya, distribusi kepemilikan lahan antara petani penanam kayu dan non penanam kayu relatif seragam. Para petani responden pada umumnya mengalokasikan sebagian besar lahan mereka untuk tanaman kayu dan kebun karet Gambar 19. Alokasi lahan untuk sawah dan tegalan relatif kecil total = 24 yang menunjukkan bahwa usaha tanaman pangan bukan merupakan jenis usaha tani yang dominan. Tanaman karet cukup dominan di dalam penggunaan lahan. Sebagian besar petani responden non penanam kayu mengatakan bahwa mereka lebih memilih tanaman karet dari pada tanaman jabon karena lebih menguntungkan sebagai sumber pendapatan keluarga. Gambar 17 Ilustrasi tanaman mahoni rakyat di Desa Ranggang. Gambar 18 Distribusi luas kepemilikan lahan petani responden di Desa Asam Jaya. 4 10 17 10 25 10 25

0.5 .5 - 1.0

1.0 - 1.5 1.5 - 2.0

2.0 - 2.5 2.5 - 3.0

3.0 Gambar 19 Alokasi penggunaan lahan petani responden di Desa Asam Jaya. Sebagian besar 69 petani responden di desa ini berprofesi sebagai pekerja di luar bidang usaha tani, yaitu sebagai buruh non usaha tani 33, karyawan tetap sebagai Pegawai Negeri Sipil atau bekerja di berbagai perusahaan dan pedagang barang-barang kebutuhan pokok 12. Kegiatan usaha tani sebagai sumber mata pencaharian utama keluarga dipraktekkan oleh relatif sejumlah kecil petani responden 18 terutama dalam bentuk usaha tanaman pangan 12. Tanaman kayu maupun kebun karet yang mereka miliki belum memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga lihat Gambar 20. Penanaman jabon pada umumnya dilakukan secara monokultur dengan jarak tanam pada umumnya 4X4 m. Hasil inventarisasi atas 92 plot tanaman jabon milik petani menunjukkan bahwa sekitar 42 tegakan berada pada kondisi baik, 28 pada kondisi sedang dan 13 pada kondisi buruk. Potensi volume tegakan pada masing-masing kondisi tersebut adalah 51 m 3 , 28 m 3 , dan 20 m 3 per ha. Ilustrasi tanaman jabon rakyat tersebut terlihat pada Gambar 21. Selain tanaman jabon, beberapa keluarga petani juga memiliki tanaman akasia yang dibangun melalui kontrak kerjasama dengan perusahaan hutan tanaman industri, yaitu PT. HRB. Kontrak dilakukan pada tahun 2003 dengan perusahaan tersebut oleh sekitar 25 KK melalui Koperasi Unit Desa KUD Tani Jaya Murni. Di dalam kerjasama tersebut pada prinsipnya petani hanya menyediakan areal lahan karena seluruh aktivitas penanaman dilakukan oleh perusahaan. Menurut penuturan staf PT. HRB di lokasi Bapak Andri 14 6 18 29 22 10 10 20

30 40

50 60 70 80 90 100

0.5 .5 - 1.0

1.0 - 1.5

1.5 - 2.0

2.0 - 2.5

2.5 - 3.0

3.0 Total Lainnya Kebun karet Kebun kayu Tegalan Sawah Pekarangan Jatiatmana 15 , komunikasi pribadi tujuan penanaman akasia tersebut adalah untuk memasok industri serpih dengan rotasi tebang antara 6 sampai 7 tahun. Sistem pembagian hasil antara perusahaan dengan pemilik lahan adalah 60:40 dari harga jual kayu yang disepakati setelah dikurangi biaya produksi. Ilustrasi tanaman akasia pola kemitraan tersebut terlihat pada Gambar 22. Gambar 20 Sumber pendapatan keluarga petani responden di Desa Asam Jaya. Gambar 21 Ilustrasi tanaman jabon rakyat di Desa Asam Jaya. 15 Bapak Andri Jatiatmana adalah perwakilan PT. Hutan Rindang Banua, beralamat di Jl. Sei Baru RT 06 RW 04, Desa Asam-Asam, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut. 33 24 12 12 12 4 2 2 5 10 15 20 25 30 35 Buruh non usaha tani Karyawan tetap Pedagang Buruh usaha tani Tanaman Pangan Ternak Jasa Kayu Gambar 22 Tanaman akasia model kemitraan antara PT. Hutan Rindang Banua dengan masyarakat di Kecamatan Jorong. Sebagaimana telah dijelaskan, penanaman kayu jabon di desa ini dipicu oleh tawaran dari PT. Hendratna, sebuah perusahan kayu lapis yang memiliki pabrik di Banjarmasin. Sebagian besar petani 65 menerima tawaran tersebut karena menganggap bahwa tanaman jabon akan menjadi sumber pendapatan tabungan keluarga yang cukup menjanjikan. Tujuan ekonomi merupakan motif utama penanaman kayu seperti diperlihatkan oleh Gambar 16. Jaminan kepastian pasar juga menjadi isu penting yang berkembang di kalangan para petani kayu jabon pada akhir-akhir ini. Pada saat investasi penanaman dilakukan, para petani merasa yakin bahwa tanaman jabon mereka akan ditampung oleh perusahaan kayu lapis yang memberikan bibit secara cuma- cuma. Namun demikian perusahaan tersebut kini mengalami kebangkrutan dan sudah tidak beroperasi sehingga mengganggu harapan petani. Beberapa petani yang diwawancarai kini kurang menaruh perhatian terhadap tanaman jabon mereka dan mulai mengurangi intensitas pemeliharaan tegakan jabon mereka. Pada beberapa kasus bahkan dijumpai petani yang telah mengganti tanaman jabon mereka dengan tanaman karet yang dianggap memiliki prospek pasar yang lebih menjanjikan lihat Gambar 23.