Kerangka Analisa Kelembagaan dalam Konteks Persepsi dan Strategi

III. METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Pendekatan dan Kerangka Analisa Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kerangka analisa kelembagaan yang diusulkan oleh Ostrom 2006, seperti telah disajikan pada Gambar 3. Arena aksi action arena di dalam kerangka analisa ini adalah tanaman kayu rakyat dan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani sebagai aktor utama di dalam kegiatan usaha tersebut. Persepsi petani di dalam arena aksi difahami melalui pengumpulan pendapat petani tentang manfaat usaha tanaman kayu bagi kehidupan mereka. Persepsi petani juga difahami dari cara mereka dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki di dalam konteks usaha tanaman kayu rakyat, serta respon mereka atas informasi yang mereka ketahui yang berkaitan dengan usaha tanaman kayu mereka. Proses pengambilan keputusan oleh petani di dalam arena aksi melahirkan strategi petani di dalam menjalankan usaha tanaman kayu rakyat. Strategi tersebut terbentuk sebagai hasil interaksi antara persepsi petani terhadap usaha tanaman kayu rakyat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi petani di dalam menjalankan usaha tanaman kayu rakyat tersebut, yang di dalam kerangka analisa disebut sebagai situasi aksi action situation. Situasi aksi tersebut mencakup posisi, peran dan tindakan petani dan para aktor lain misalnya pedagang, perangkat desa, aparat pemerintah yang terlibat di dalam sistem usaha tanaman kayu rakyat tersebut. Situasi aksi juga mencakup berbagai konsekwensi yang dihadapi petani dan aktor lainnya sebagai akibat dari tindakan yang dilakukannya, serta informasi yang tersedia bagi para aktor yang terlibat. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi arena aksi di dalam kerangka analisa tersebut mencakup kondisi fisik physicalmaterial conditions dari usaha tanaman kayu rakyat, atribut-atribut masyarakat community attributes serta aturan main yang berlaku rule in use. Kondisi fisik mencakup berbagai karakteristik wilayah serta karakteristik alami dari tanaman kayu yang diusahakan petani. Atribut masyarakat berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang mempengaruhi persepsi dan perilaku petani dan aktor lainnya di dalam sistem usaha tanaman kayu rakyat. Aturan main mencakup ketentuan- ketentuan yang berlaku yang mengikat perilaku para aktor yang terlibat di dalam arena aksi. Kinerja outcomes di dalam kerangka analisa ini diartikan sebagai kinerja usaha tanaman kayu rakyat yang terbentuk sebagai akibat dari pola interaksi antara petani dan aktor lainnya pada situasi dan kondisi yang dihadapinya. Evaluasi kinerja didekati dari tampilan tanaman kayu rakyat yang terbentuk, manfaat tanaman tersebut bagi petani dan aktor lainnya yang terlibat serta prospek perkembangan usaha tersebut. Dalam rangka pengumpulan data dan informasi yang diperlukan di dalam analisa, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus terhadap sistem pengusahaan tanaman kayu rakyat di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Pendekatan studi kasus dipilih agar pemahaman terhadap fenomena pengusahaan tanaman kayu rakyat dapat dilakukan secara komprehensif dan terkait dengan konteks kehidupan nyata masyarakat setempat Azis 2003; Soy 1997. Berbagai sumber data dan informasi yang telah tersedia digunakan di dalam pendekatan studi kasus ini untuk menjelaskan sistem pengusahan tanaman kayu rakyat pada masing-masing lokasi studi. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan secara eksploratif untuk memahami kasus-kasus tersebut.

3. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Di Kabupaten Gunungkidul, penelitian dilaksanakan di delapan desa seperti terlihat pada Tabel 3. Di Kabupaten Tanah Laut kegiatan penelitian dilakukan di Desa Asam Jaya, Kecamatan Jorong dan Desa Ranggang, Kecamatan Takisung. Pemilihan kedua lokasi penelitian tersebut menyediakan model pengelolaan yang cukup beragam, karena meliputi model pengelolaan tanaman kayu rakyat yang sudah cukup lama berkembang di Jawa, dan model pengelolaan yang relatif dalam taraf inisiasi di luar Jawa. Tabel 3 Lokasi penelitian di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta No. Desa Kecamatan Zone wilayah geografis 1 Katongan Nglipar Baturagung 2 Candirejo Semin Baturagung 3 Bejiharjo Karangmojo Ledok Wonosari 4 Dadapayu Semanu Ledok Wonosari 5 Karangduwet Paliyan Gunung Seribu 6 Karangasem Paliyan Gunung Seribu 7 Giripurwo Purwosari Gunung Seribu 8 Giripanggung Tepus Gunung Seribu Di Kabupaten Gunungkidul lokasi penelitian pada tingkat desa dipilih berdasarkan proses konsultasi dengan pemerintah daerah kabupaten. Proses konsultasi dilakukan melalui pertemuan dengan Bupati Gunungkidul serta jajarannya yang dilaksanakan pada tanggal 18 July 2007, bertempat di Kantor Bupati Gunungkidul. Desa-desa yang dipilih mewakili tiga zone wilayah di kabupaten tersebut, yaitu zone wilayah Baturagung di bagian utara, zone wilayah Ledok Wonosari di bagian tengah dan zone wilayah Gunung Seribu di bagian selatan. Peta lokasi penelitian di kabupaten ini terlihat pada Gambar 4. Di Kabupaten Tanah Laut pemilihan lokasi penelitian pada tingkat desa juga dilakukan melalui proses konsultasi dengan pemerintah daerah kabupaten melalui pertemuan di kantor Dinas Kehutanan Kabupaten pada tanggal 13 November 2008. Kedua desa terpilih Asam Jaya dan Ranggang didasarkan atas ketersediaan kelompok tani yang sudah melaksanakan kegiatan penanaman kayu rakyat. Di Desa Ranggang penelitian difokuskan pada Rukun Tetangga RT 6 dan 7 dari sepuluh RT yang ada, dengan pertimbangan bahwa kegiatan penanaman kayu rakyat secara aktif hanya dilakukan oleh penduduk di kedua RT tersebut. Di Desa Asam Jaya, penelitian difokuskan kepada keluarga petani yang telah melakukan penanaman kayu. Peta lokasi penelitian di kabupaten ini terlihat pada Gambar 5. Gambar 4 Peta lokasi penelitian di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan penelitian dilakukan pada tahun 2007 sampai 2010. Di Kabupaten Gunungkidul, kegiatan penelitian dilaksanakan berbarengan dengan pelaksanaan proyek penelitian Center for International Forestry Research CIFOR yang berjudul “Improving Economic Outcomes for Smallholders Growing Teak in Agroforestry Systems in Indonesia ”. Proyek penelitian ini didanai oleh Australian Center for International Agriculture Research Kode proyek ACIAR No. FST2005177, dimana penulis bertugas sebagai Project Leader di dalam proyek penelitian ini. Di Kabupaten Tanah Laut, kegiatan penelitian dilaksanakan berbarengan dengan pelaksanaan proyek penelitian CIFOR yang berjudul “Strengthening Rural Institutions to Support Livelihood Security for Smallholders Involved in Industrial Tree-planting Programs in Vietnam and Indonesia ”. Proyek penelitian ini didanai oleh pemerintah Jerman melalui lembaga GTZ-BMZBEAF of Germany, dimana penulis juga bertugas sebagai collaborative scientist di dalam proyek penelitian tersebut. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. 3. 3. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan primer, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Jenis-jenis data sekunder yang dikumpulkan antara lain meliputi informasi tentang:  Luas areal dan perkembangan tanaman dan produktivitas kayu rakyat pada masing-masing lokasi studi kasus.  Program-program pemerintah atau non pemerintah yang berkaitan dengan usaha pengembangan tanaman kayu rakyat.  Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan usaha tanaman kayu rakyat, yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka dari internet, perpustakaan serta pengumpulan bahan-bahan laporan pada berbagai instansi, baik di tingkat pusat maupun daerah. Lembaga-lembaga sebagai sumber data antara lain adalah:  Kantor Kementerian Kehutanan di Jakarta,  Unit-unit Pelayanan Teknis UPT Kementerian Kehutanan di daerah,  Dinas Kehutanan tingkat provinsi dan kabupaten,  Dinas-dinas terkait lainnya di tingkat kabupaten,  Kantor desa,  Sekretariat organisasi-organisasi kemasyarakatan di tingkat desa dan atau kecamatan. Jenis-jenis data primer yang dikumpulkan dari responden penelitian meliputi: a. Data rumah tangga petani responden Data petani responden yang dikumpulkan meliputi identitas keluarga petani, jumlah anggota keluarga, usia anggota keluarga, pekerjaan anggota keluarga, sumber pendapatan keluarga, kepemilikan dan alokasi penggunaan lahan, jenis usaha tani yang dilakukan, jenis tanaman kayu, alasan penanaman kayu dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tanaman kayu. Data ini dikumpulkan melalui pelaksanaan survey rumah tangga terhadap para petani responden yang dipilih secara khusus purposive sampling. Di Kabupaten Gunungkidul pemilihan responden dilakukan sedapat mungkin untuk mewakili kondisi masyarakat pada masing-masing desa terpilih. Karena hampir seluruh penduduk melakukan praktek penanaman kayu kayu jati di desa-desa tersebut, keterwakilan responden didekati dari luas kepemilikan lahan keluarga petani. Tabel 4 menyajikan komposisi jumlah responden pada masing-masing desa penelitian yang mewakili sekitar 2 dari jumlah populasi keluarga petani di desa-desa tersebut. Wawancara survey rumah tangga dilakukan penulis dan dibantu oleh para pencacah data enumerator dengan menggunakan panduan wawancara terlampir dalam bentuk soft file. Pelatihan khusus dilakukan selama satu hari terhadap para pencacah data sebelum proses wawancara dilakukan. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 2 sampai 3 jam per keluarga, bertempat di tempat kediaman petani responden atau di lahan saat mereka melakukan pekerjaan rutinnya. Di Kabupaten Tanah Laut pemilihan responden petani dilakukan dengan teknik ranking kesejahteraan keluarga wealth ranking. Di Desa Ranggang, teknik ini dilakukan dengan proses diskusi bersama beberapa tokoh masyarakat. Di dalam teknik ini seluruh KK pada kedua RT terpilih RT 6 dan 7 dikelompokkan ke dalam tiga kategori tingkat kesejahteraan menurut persepsi para tokoh masyarakat, yaitu kategori miskin, sedang dan kaya. Kriteria yang digunakan oleh para tokoh masyarakat di dalam pengelompokkan tersebut disajikan pada Tabel 5. Tabel 4 Komposisi jumlah petani responden pada survey rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta No. Nama desa Populasi keluarga petani KK Jumlah responden KK 1 Katongan 1,160 29 2 Candirejo 1,913 36 3 Bejiharjo 3,986 80 4 Dadapayu 1,916 38 5 Karangduwet 1,566 5 6 Karangasem 26 7 Giripurwo 1,885 38 8 Giripanggung 1,152 23 Jumlah 13,578 275 Table 5 Kriteria yang digunakan dalam teknik ranking kesejahteraan keluarga di Desa Ranggang No. Kriteria Miskin Sedang Kaya 1 Kondisi rumah Tidak atau semi permanen Semua KK yang tidak tergolong ke dalam kategori miskin atau kaya Permanen 2 Kepemilikan kendaraan bermotor Tidak memiliki Memiliki mobil atau motor 3 Kepemilikan perabotan mebel rumah tangga Tidak memiliki Memiliki 4 Kepemilikan hewan ternak Sedikit Banyak 5 Luas kepemilikan lahan Kurang dari 1 ha Lebh dari 2 ha 6 Jaminan sumber pendapatan Tidak memiliki jaminan yang pasti Stabil memiliki sumber pendapatan yang bersifat rutin 7 Tingkat pendidikan anak SD atau SMP Sedikitnya SMU Dari proses diskusi ranking kesejahteraan, diketahui bahwa jumlah petani yang aktif melakukan kegiatan penanam kayu di desa ini adalah sekitar 30 KK dengan komoditi kayu yang ditanam fokus kepada tanaman mahoni. Seluruh petani penanam kayu tersebut dimasukkan sebagai responden petani. Jumlah responden keseluruhan di desa ini adalah 101 KK atau merepresentasikan sekitar 14 dari jumlah populasi KK di tingkat desa. Selain responden petani penanam kayu, sisa responden dipilih secara acak dan proporsional untuk mewakili seluruh populasi KK di desa. Di Desa Asam Jaya, pemilihan responden petani dilakukan dengan teknik serupa seperti yang dilakukan di Desa Ranggang. Diskusi dalam rangka pemilihan responden diikuti oleh sekitar 30 orang perwakilan desa, yang terdiri dari tokoh masyarakat, kelompok wanita dan perwakilan petani. Dari proses diskusi tersebut diketahui bahwa jumlah petani penanam kayu adalah sekitar 34 KK, dengan jenis kayu yang ditanam adalah jabon Anthocephalus cadamba Miq. dan akasia Acacia mangium Willd.. Seluruh KK petani penanam kayu tersebut dimasukkan sebagai resonden survey rumah tangga. Dari proses diskusi diketahu juga bahwa jumlah KK di Desa Asam Jaya adalah 383 KK dengan komposisi 95 KK tergolong kategori miskin, 226 KK dalam kategori sedang dan 62 KK dalam kategori kaya. Jumlah total responden survey rumah tangga di desa ini adalah 52 KK. Responden petani yang tidak tergolong sebagai petani kayu dipilih secara acak dan proporsional untuk mewakili ketiga kategori kesejahteraan keluarga tersebut. Sepertihalnya di Kabupaten Gunungkidul, wawancara dalam rangka survey rumah tangga dilakukan oleh penulis dengan dibantu oleh para pencacah data yang sebelumnya telah dilatih secara khusus. Wawancara dilakukan dengan alat bantu kuesioner dilampirkan dalam bentuk soft file. b. Informasi umum tentang praktek pengusahaan tanaman kayu rakyat Informasi umum tentang praktek pengusahaan tanaman kayu rakyat bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang komprehensif atas sejarah atau latar belakang kegiatan penanaman kayu oleh masyarakat, kebiasaan- kebiasaan para petani di dalam penyelenggaraan usaha tanaman kayu rakyat, prospek usaha termasuk aspek-aspek yang berkaitan dengan pemasaran kayu, permasalahan-permasalahan yang dihadapi di dalam penyelenggaraan usaha tanaman kayu dan peluang-peluang yang tersedia bagi upaya pengembangan usaha tanaman kayu tersebut. Pengumpulan informasi-informasi tersebut dilakukan melalui wawancara dengan para tokoh masyarakat dan aparat pemerintahan di tingkat desa dan kabupaten serta melalui diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion FGD. Wawancara dengan tokoh masyarakat dilakukan antara lain terhadap kepala desa dan perangkat desa, pedagang kayu dan ketua kelompok tani. Wawancara dengan nara sumber atau informan di tingkat kabupaten dilakukan terhadap pejabat atau staf pegawai pemerintahan khususnya pada lingkup Dinas Kehutanan kabupaten dan Kantor Penyuluhan dan perwakilan industri kayu. Diskusi kelompok terfokus dilakukan sebagai pelengkap dari survey rumah tangga. Diskusi ini merupakan bagian dari metoda triangulasi untuk memverifikasi data dan informasi yang diperoleh melalui pelaksanaan survey rumah tangga. Diskusi kelompok terfokus terutama dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang praktek-praktek pengelolaan tanaman kayu rakyat. Diskusi dilakukan bersama perwakilan kelompok tani, tokoh-tokoh masyarakat di lokasi studi kasus dan perwakilan dari instansi lokal yang terkait dengan sektor kehutanan. Diskusi kelompok terfokus yang telah dilaksanakan meliputi:  Diskusi kelompok terfokus tentang praktek pengelolaan hutan rakyat jati di Kabupaten Gunungkidul. Diskusi ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2007 di Wonosari, Gunungkidul dan dihadiri oleh sekitar 60 peserta dari berbagai perwakilan masyarakat dan instansi setempat.  Diskusi kelompok terfokus tentang hutan tanaman rakyat di Kabupaten Tanah Laut. Diskusi ini telah dilaksanakan di kota Banjarbaru, Desa Asam Jaya dan Desa Ranggang masing-masing pada tanggal 17, 18 dan 19 Maret 2009. Diskusi dihadiri oleh masing-masing sekitar 30 peserta yang merupakan perwakilan dari masyarakat dan instansi setempat.