Analisis komposisi tekstur sedimen Analisis bahan organik total Analisis logam dalam sedimen

3.4. Pengolahan Data 3.4.1. Persiapan analisis sedimen Sebelum melakukan analisis logam dalam sedimen, maka sedimen terlebih dahulu perlu disiapkan. Pertama-tama contoh sedimen basah dimasukkan ke dalam cawan poreselen dan dikeringkan dengan menggunkan oven selama 24 jam dengan suhu 105 C. Setelah sedimen kering kemudian sedimen dihaluskan secara perlahan dengan menggunakan alu dan ditempatkan ke dalam wadah tabung plastik.

3.4.2. Analisis komposisi tekstur sedimen

Analisis komposisi tekstur sedimen dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor menggunakan metode pipet berdasarkan Sudjadi et al. 1971 in Eviati dan Sulaeman 2009 dan memisahkan tekstur menjadi tiga fraksi yaitu pasir, lempung, dan lanau. Tekstur ditetapkan berdasarkan pengoksidasian bahan organik dengan H 2 O 2 dan garam-garam yang mudah larut dihilangkan dari tanah dengan menggunakan HCl sambil dipanaskan. Bahan yang tersisa adalah mineral yang terdiri atas pasir, lempung, dan lanau. Fraksi lempung dan lanau dapat dipisahkan dengan cara pengendapan yang didasarkan pada Hukum Stoke. Selanjutnya dilakukan perhitungan penentuan besarnya persentase pasir, lanau, lempung. Setelah data tersebut diproyeksikan ke dalam diagram Shepard Gambar 2. untuk menentukan tipe substrat. Penjelasan mengenai cara kerja menggunakan metode pipet dijelaskan pada Lampiran 5. Gambar 2. Tipe tekstur sedimen berdasarkan diagram Shepard Shepard, 1954

3.4.3. Analisis bahan organik total

Analisis bahan organik total pada sedimen diilakukan di laboratorium P2O- LIPI, Jakarta. Kandungan bahan organik total dinyatakan dengan persentase lost on ignition LOI berdasarkan APHA 1992 Lampiran 6. Analisa ini diawali dengan penyiapan cawan kosong yang dipanaskan selama 24 jam pada suhu 105 C dengan menggunakan oven. Pemanasan dilakukan kembali selama 30 menit pada suhu 550 C dengan menggunakan tanur kemudian ditimbang. Setelah itu, sebanyak ±1 gram sedimen basah dimasukkan ke dalam cawan sebagai berat basah. Sampel basah kemudian dikeringkan dengan menggunakan suhu 105 C selama 24 jam, setelah itu sampel kering dibakar dengan suhu 550 C selama 1 jam sebagai berat kering.

3.4.4. Analisis logam dalam sedimen

Pengukuran logam berat dilakukan di Laboratorium P2O-LIPI, Jakarta. Pengukuran logam berat total menggunakan metode Aquregia dengan menggunakan campuran HCl pekat dan HNO 3 dengan perbandingan 3:1 sesuai dengan United State Environmental Protection Agency USEPA method 3050B APHA 1992 Lampiran 2. Pada tahap pengerjaan awal, sedimen kering yang halus ditimbang sebanyak kurang lebih 1 gram menggunakan timbangan analitik sebagai berat kering kemudian memasukkannya ke dalam gelas erlenmeyer 250 ml. Sampel kemudian ditambahkan pereaksi secara bertahap dan disertai dengan pemanasan seperti HNO 3 , H 2 O 2 , dan HCl. Tahap akhir yang dilakukan adalah analisa logam berat dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrofotometer AAS tipe Varian AA Spectraa. Data yang dihasilkan disajikan dalam satuan µgg berat kering Lampiran 3.

3.4.5. Analisis fraksi labil logam berat