dengan United State Environmental Protection Agency USEPA method 3050B APHA 1992 Lampiran 2. Pada tahap pengerjaan awal, sedimen kering yang
halus ditimbang sebanyak kurang lebih 1 gram menggunakan timbangan analitik sebagai berat kering kemudian memasukkannya ke dalam gelas erlenmeyer 250
ml. Sampel kemudian ditambahkan pereaksi secara bertahap dan disertai dengan pemanasan seperti HNO
3
, H
2
O
2
, dan HCl. Tahap akhir yang dilakukan adalah analisa logam berat dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrofotometer
AAS tipe Varian AA Spectraa. Data yang dihasilkan disajikan dalam satuan µgg berat kering Lampiran 3.
3.4.5. Analisis fraksi labil logam berat
Analisis fraksi labil logam berat dilakukan di laboratorium P2O LIPI, Jakarta. Analisis fraksi labil dilakukan berdasarkan Villares et al., 2002. Sebanyak 1
gram sedimen kering dimasukkan ke dalam tabung sentrifus dan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Setelah ditimbang, sampel sedimen
dicampurkan dengan HCl 1 N sebanyak 20 ml dan didiamkan selama kurang lebih 12 jam. Proses pendiaman ini berguna untuk menghilangkan busa akibat
karbonasi. Setelah proses pendiaman, sampel dikocok dengan kecepatan rendah selama 1 jam dengan alat pengocok digital berkecepatan 115 rpm. Setelah
dikocok dengan kecepatan rendah, sampel dikocok kembali dengan kecepatan tinggi menggunakan sentrifus berkecepatan 5000 rpm selama 5 menit, agar
sedimen dan larutan terpisah secara sempurna. Setelah proses pemisahan dilakukan, sampel disaring dengan menggunakan kertas saring berdiameter
lubang 20 µm dan volume ditepatkan menjadi 20 ml, setelah itu kadar logam berat
sampel siap diukur dengan menggunakan AAS. Data yang dihasilkan disajikan dalam satuan µgg berat kering Lampiran 4. Penggunaan HCl yang telah
dilemahkan untuk analisis fraksi labil karena menurut ARZECC dan ARMCANZ 2000, 1 N HCl tidak menyerang matriks silikat yang tidak dapat diserap
organisme.
3.4.6. Analisis biplot
Analisis biplot memberikan informasi yang mencakup objek stasiun penelitian dan peubah fraksi total, labil, LOI dan ukuran sedimen dalam satu
gambar. Analisis biplot data hasil penelitian menggunakan software Minitab 16 Statistical Software. Hasil analisis biplot yang didapatkan pada penelitian ini
yaitu: 1. Kedekatan antar objek: informasi ini dapat dijadikan panduan mengenai
suatu objek yang memiliki kesamaan karakteristik dengan objek tertentu 2. Korelasi antar peubah : Informasi yang digunakan untuk menilai pengaruh
suatu peubah terhadap peubah yang lain. Dua peubah yang memiliki korelasi positif tinggi akan digambarkan sebagai dua buah garis dengan
arah yang sama atau membentuk sudut yang sempit. Dua peubah yang memiliki korelasi negatif tinggi akan digambarkan dalam bentuk dua garis
dengan arah yang berlawanan atau membentuk sudut yang lebar tumpul. Dua peubah yang tidak berkorelasi digambarkan dalam bentuk dua garis
dengan sudut mendekati 90 siku-siku.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kualitas Perairan Teluk Jakarta
Kedalaman Perairan Teluk Jakarta pada stasiun pengamatan berkisar antara 0.93-3.2 meter, dimana terdangkal pada Stasiun 3 dan terdalam pada Stasiun 2
Gambar 3. Kedalaman rata-rata stasiun pengamatan yaitu yaitu 2.13 meter. Kedalaman perairan mempengaruhi waktu pengendapan partikel-partikel yang
ada di kolom air menuju sedimen. Semakin dalam perairan maka semakin lambat pengendapan solidifikasi, semakin dangkal perairan maka waktu pengendapan
relatif lebih cepat.
Gambar 3. Kedalaman perairan m pada stasiun pengamatan Suhu Perairan Teluk Jakarta pada stasiun pengamatan berkisar antara 27.6-
31.2 C dengan nilai terendah pada Stasiun 1 dan tertinggi pada Stasiun 6
Gambar 4. Temperatur memiliki pengaruh yang besar terhadap spesiasi logam karena perubahan temperatur dapat mempengaruhi tingkat sensitifitas reaksi