Tabel 1. Komposisi Ukuran Butiran Sedimen pada Sampel Menurut Stasiun Pengamatan
Stasiun Lokasi
Tekstur 3 Fraksi Tipe Sedimen
Pasir Lanau Lempung
1 Muara Angke
0.6 39.5
59.9 Lempung berlanau
2 Laut
1.8 65.6
32.6 Lanau berlempung
3 Sungai Dadap
0.5 52.9
46.6 Lanau berlempung
4 Sungai Kamal
0.2 71.3
28.5 Lanau berlempung
5 Sungai Ancol
1.2 72.4
26.4 Lanau berlempung
6 S. Blencong
18.1 36.4
45.5 Lempung berlanau
7 Trs. Sunter
0.1 51.9
48 Lanau berlempung
8 Kali Koja
13.1 57.6
29.3 Lanau berlempung
9 Kali Baru
90.4 6.7
2.9 Pasir
Berdasarkan tabel di atas, lanau 2-50 µm mendominasi komposisi sedimen pada Stasiun 2,3,4,5,7, dan 8. Stasiun yang didominasi oleh lempung 2 µ m
yaitu Stasiun 1 dan 6, sedangkan Stasiun 9 didominasi oleh tekstur pasir 50 µ m-2 mm dengan persentasi sebesar 90.4 . Perbedaan dominasi tekstur sedimen
mencirikan proses pengendapan atau pembentukan sedimen yang disebabkan oleh perbedaan arus. Perairan dengan kecepatan arus relatif kuat kurang mampu
mengendapkan partikel relatif kecil dan sebaliknya, partikel dengan ukuran relatif besar seperti pasir akan dapat dengan mudah diendapkan daripada ukuran relatif
kecil seperti lempung dan lanau. Kondisi variabilitas dan pola adveksi air laut memberikan peran penting dan diduga sebagai faktor penyebab terjadinya
perbedaan komposisi tekstur yang ada di wilayah penelitian.
4.3. Kandungan Bahan Organik Total Dalam Sedimen
Persentase Loss on Ignition LOI mewakili persentase banyaknya bahan organik yang berada dalam sedimen. Sedimen pada stasiun penelitian mempunyai
nilai LOI kisaran 3.85-8.95, dimana nilai terendah pada Stasiun 9 dan tertinggi pada Stasiun 4 Gambar 7.
Gambar 7. Persentase kandungan bahan organik LOI pada sampel menurut
stasiun pengamatan Perbedaan kandungan LOI dapat mencerminkan hubungan kondisi lingkungan
saat pembentukan sedimen selain faktor fisika seperti arus dan gelombang seperti penjelasan sebelumnya. Deposisi bahan organik dipengaruhi oleh input atau
masukan sumber bahan organik. Stasiun 1, 4, 7, dan 8 meliputi daerah Muara Sungai Dadap, Muara Angke, Muara Terusan Sunter dan Muara Kali Koja, yang
merupakan muara dari aliran sungaikali yang melalui daerah dengan aktivitas manusia yang cukup tinggi. Aliran Sungai Dadap melewati kawasan perumahan,
persawahan, dan pergudangan. Aliran Kali Angke melewati derah pendaratan dan pengolahan ikan, peternakan, perumahan, dan hutan lindung. Aliran Kali Sunter
melewati daerah perumahan dan industri. Aliran Kali koja melewati kawasan Pelabuhan Tanjung Priok. Kawasan perumahan, industri, persawahan, peternakan,
dan pelabuhan merupakan kawasan yang menghasilkan limbah domestik berupa
limbah cair dan limbah padat yang menghasilkan senyawa organik. Limbah cair domestik biasanya mengandung senyawa organik berupa protein, karbohidrat,
lemak, dan asam nukleat Fakhrizal, 2000 in Mukhtasor, 2007. Kawasan perumahan menghasilkan limbah cair berupa cucian air sabun, deterjen, dan
buangan kakus. Limbah padat yang dihasilkan berupa sampah organik seperti sisa makanan, sayuran, dan kulit buah. Kawasan pelabuhan membuang minyak dari
balas kapal, sedangkan kawasan persawahan, peternakan, dan pengolahan ikan menyumbang limbah organik berupa pestisida, kotoran hewan, dan buangan
perikanan.
4.4. Konsentrasi Total Cu dan Zn Dalam Sedimen
Konsentrasi logam Cu total berkisar antara 21.04
μgg
-373.97
μgg
dengan konsentrasi terendah pada Stasiun 9 yaitu di titik muara Kali Baru dan tertinggi
pada Stasiun 4 yaitu titik muara Sungai Dadap. Konsentrasi logam Zn total berkisar pada rentang 141.59
μgg
-2483.78
μgg
dengan konsentrasi terendah terdapat pada Stasiun 9 dan tertinggi pada Stasiun 4 Gambar 8. Jika ditinjau dari
komposisi tekstur sedimennya, rendahnya konsentrasi pada Stasiun 9 karena stasiun ini didominasi oleh tekstur pasir. Semakin kecilhalus tekstur maka
semakin mudah mengikat logam berat, sedangkan semakin besar tekstur maka akan semakin sulit mengikat logam berat. Konsentrasi Cu dan Zn pada sedimen
stasiun pengamatan telah melewati batas konsentrasi alami. Konsentrasi alami logam berat Cu dan Zn pada sedimen menurut Canadian Environmental Quality
Guidelines 2002 adalah sebesar 18.7 μgg dan 124 μgg.
Gambar 8. Konsentrasi total Cu dan Zn µgg pada sampel menurut stasiun
pengamatan Tingginya konsentrasi Cu dan Zn diduga berkaitan dengan kondisi lingkungan
sekitar daerah penelitian yang banyak terdapat berbagai aktivitasdaerah aktif. Konsentrasi pada bagian barat yaitu Stasiun 3 muara Sungai Kamal, 4 muara
Sungai Dadap dan pada bagian tengah yaitu Stasiun 5 muara Sungai Ciliwung dan 8 muara Kali Koja mempunyai konsentrasi Cu dan Zn yang tinggi.
Umumnya muara-muara tersebut berasal dari aliran sungai yang merupakan daerah aktif seperti kawasan industri, pergudangan, perumahan dan
perkampungan yang padat, serta persawahan. Di samping itu, terdapat Pelabuhan Tanjung Priok, kawasan industri Ancol Barat, dan tempat rekreasi. Semakin
banyak limbah yang dibuang ke lingkungan maka akan dapat meningkatkan kadarkonsentrasi logam berat.
Tabel 2. Konsentrasi Logam Berat Total μgg dalam Sedimen Teluk Jakarta
Tahun 2003-2008
No Lokasiwaktu
Cu µgg Zn µgg
Sumber
1 Bagian Barat
13.81-193.75 82.18-533.59
Razak, 2004 2003
2 Bagian Barat
7.41-72.27 115.71-256.85
Razak, 2004 Mei-Oktober 2004
3 Bagian Tengah
3.36-50.65 71.13-230.54
Razak, 2004 2003
4 Bagian Tengah
1.19-40.60 53.87-233.32
Razak, 2004 Mei-Oktober 2004
5 Barat dan Tengah
7.64-118.33 261.31-1826.98
Fadhlina,2008 Muara 2008
Data konsentrasi Cu dan Zn tiga tahun terakhir pada daerah muara yaitu Fadhlina 2008 menunjukkan bahwa konsentrasi logam total Zn lebih tinggi
daripada logam Cu. Logam Zn memiliki konsentrasi total berkisar antara 261.31 μgg
-
1826.98 μgg, sedangkan logam Cu memiliki konsentrasi total berkisar
a ntara 7. 64 μgg-118.33 μgg. Apabila dibandingkan dengan data penelitian dapat
diketahui bahwa konsentrasi logam Cu dan Zn terdapat indikasi peningkatan selama 3 tahun terakhir pada Perairan Teluk Jakarta. Peningkatan konsentrasi ini
kemungkinan disebabkan oleh kontinuitas masukan limbah seperti limbah industri, pemukiman, dan transportasi laut dari tahun ke tahun. Konsentrasi logam
berat pada perairan Teluk Jakarta dapat terus meningkat apabila masukan limbah logam berat tidak diatasi dengan baik.
4.5. Konsentrasi labil Cu dan Zn dalam sedimen