Label Pangan dan Informasi Nilai Gizi ING

bagian, yaitu untuk ibu hamil dan untuk ibu menyusui. Rincian persyaratan kandungan zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 1 BSN 2005. Tabel 1 Persyaratan mutu SNI 01-7148-2005 tentang minuman khusus ibu hamil danatau ibu menyusui terkait dengan kandungan gizi BSN 2005 No Syarat Mutu Satuan SNI Ibu Hamil Ibu Menyusui Produk berbentuk Bubuk per 100 g Produk Berbentuk Cair per 100 ml Produk berbentuk Bubuk per 100 g Produk Berbentuk Cair per 100 ml 1. Energi Kkal Min. 370 Min 65 Min. 400 Min. 70 2. Protein g 18 - 25 3,2 - 4,4 20 -34 3,5 - 70 3. Lemak g Min. 3,5 Min. 0,6 Min. 7 Min. 1,2 4. Karbohidrat g Maks. 65 Maks. 11,4 Maks. 65 Maks. 11,4 5. Vitamin A mcg RE 300 - 500 53 - 88 300 -500 53-88 6. Vitamin B1 mg 0,5 - 1,0 0,1 - 0,2 0,3 - 1,0 0,1 - 0,2 7. Vitamin B2 mg 0,5 -1,1 0,1 - 0,2 0,4 - 1,1 0,1 - 0,2 8. Vitamin B3 mg 6 - 14 1,1 - 2,5 3 - 14 0,5 - 2,5 9. Vitamin B6 mg 0,6 - 1,3 0,1 - 0,2 0,5 - 1,3 0,1 - 0,2 10. Vitamin B9 mcg 285 - 400 49 -70 100 - 400 18 -70 11. Vitamin B12 mcg 0,3 - 2,4 0,1-0,4 0,4 - 2,4 0,1 -0,4 11. Vitamin C mg 14 - 75 2,5 - 13,2 45 - 75 8 - 13 13. Kalsium mg 200 - 800 35 - 140 150 -800 26,25 - 140 14. Besi mg Min. 10 Min. 1,8 Min.6 Min. 1,05 15. Seng mg Min. 5 Min. 0,9 Min. 4,6 Min. 0,8 16. Magnesium mg 40 - 240 7,0 - 42 50 -240 9 -42 17. Mangan mg 0,3 -1,8 0,1 -0,3 0,8 -1,8 0,14 -0,32 18. Iodium mcg 70 - 150 12 - 26 50-150 8,75-26,25 19. Selenium mcg 7- 30 1,2 - 5,3 5-30 0,88 - 5,25 20. Fluor mg 0,3 - 2,5 0,1 - 0,4 0,2-2,5 0,04 -0,44

C. Label Pangan dan Informasi Nilai Gizi ING

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan, yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Label pangan terdiri dari dua bagian yaitu bagian utama dan bagian informasi. Bagian utama label adalah bagian dari label yang memuat keterangan penting untuk diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Bagian utama label harus ditempatkan pada sisi kemasan yang mudah dilihat, diamati dan atau dibaca oleh masyarakat pada umumnya. Bagian utama label setidaknya memuat keterangan mengenai : 1 nama produk, 2 berat bersih, 3 nama produsen dan 4 nomor pendaftaran. Sedangkan pada bagian informasi memuat pernyataan atau keterangan mengenai : 1 daftar bahan atau komposisi, 2 informasi nilai gizi, 3 tanggal kedaluwarsa, 4 petunjuk penyimpanan, 5 petunjuk penggunaan dan 6 kode produksi Pemerintah RI 1999. Pangan olahan untuk konsumsi oleh kelompok tertentu seperti bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam rangka memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut, maka pada label pangan olahan tersebut wajib mencantumkan informasi nilai gizi. Informasi Nilai Gizi didefinisikan sebagai daftar kandungan zat gizi pada label pangan sesuai dengan format yang dibakukan BPOM 2005. Beberapa istilah untuk menggambarkan pencantuman informasi nilai gizi yang berlaku di berbagai negara antara lain nutrition labelling, nutrition fact, dan nutrition information. Istilah nutrition labeling digunakan oleh WHO WHO 2004, Canada dan Malaysia. Filipina menggunakan istilah nutrition information, Amerika Serikat menggunakan istilah nutrition fact, sedangkan Australia menggunakan istilah nutrition information panel. Pencantuman informasi nilai gizi pada label tidak diwajibkan terhadap semua pangan. Pangan yang diwajibkan untuk mencantumkan informasi tentang kandungan gizi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Pasal 32, ayat 1 yang menyatakan bahwa pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan, atau pangan yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral dan atau zat gizi lainnya Pemerintah RI 1999. Peraturan Pemerintah tersebut juga mengatur tata cara pencantuman kandungan gizi pada label yang tertuang pada Pasal 32 bahwa keterangan tentang kandungan gizi pangan dicantumkan dengan urutan jumlah keseluruhan energi, dengan perincian berdasarkan jumlah energi yang berasal dari lemak, protein dan karbohidrat; jumlah keseluruhan lemak, lemak jenuh, kolesterol, jumlah keseluruhan karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin dan mineral. Jika pelabelan gizi digunakan pada suatu pangan, maka pada label pangan tersebut wajib memuat hal-hal berikut : a ukuran takaran saji, b jumlah sajian per kemasan, c kandungan energi per takaran saji, d kandungan protein per sajian dalam gram, e kandungan karbohidrat per sajian dalam gram, f kandungan lemak per sajian dalam gram, g persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah tersebut. Pedoman tersebut mengatur informasi yang harus dicantumkan dan informasi yang dapat dicantumkan terdiri dari a Informasi yang wajib dicantumkan, meliputi takaran saji, jumlah sajian per kemasan dan catatan kaki, b Zat gizi yang wajib dicantumkan, meliputi energi total, lemak total, protein, karbohidrat total, dan natrium, c Zat gizi yang wajib dicantumkan dengan persyaratan tertentu, meliputi energi dari lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, serat pangan, gula, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, zat gizi lain yang wajib ditambahkandifortifikasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, zat gizi yang pernyataannya klaim dicantumkan pada label pangan, dan d Informasi lain yang dapat dicantumkan, meliputi energi dari lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kalium, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, gula alkohol, karbohidrat lain, vitamin, mineral dan zat gizi lain BPOM 2005 Dalam rangka pencantuman Informasi Nilai Gizi, acuan yang digunakan untuk menghitung persentase AKG yang akan dicantumkan pada label pangan adalah AKG yang khusus ditujukan untuk pelabelan. Indonesia telah menetapkan nilai AKG yang dijadikan acuan khusus untuk pelabelan pangan tersebut berdasarkan kelompok umur. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan. Acuan Label Gizi berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 dapat dilihat pada Tabel 2. Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Angka kecukupan gizi berguna sebagai rujukan yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari kekurangan ataupun kelebihan asupan gizi. Kekurangan asupan gizi akan menyebabkan terjadinya defisiensi atau penyakit kurang gizi dan kelebihan akan menyebabkan terjadinya efek samping. Pada keadaan ekstrim kekurangan atau kelebihan zat gizi dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian IOM, 2002 dalam Muhilal Hardinsyah 2004. Angka Kecukupan Gizi AKG ditetapkan berdasarkan kajian dan kesepakatan pakar berdasarkan hasil-hasil penelitian kebutuhan gizi. oleh karena itu ketersediaan data hasil penelitian kebutuhan gizi diperlukan sebagai basis mengestimasi AKG Muhilal Hardinsyah 2004. Tabel 2 Acuan label gizi produk pangan BPOM 2007 No Zat Gizi Nilai Acuan Label Gizi untuk Kelompok Konsumen Satuan Umum Bayi 0-6 bulan Anak 7-23 bulan Anak 2- 5 tahun Ibu hamil Ibu menyusui 1. Energi kal 2000 550 800 1300 2160 2425 2. Lemak total g 62 35 27 40 60 67 3. Lemak jenuh g 18 - - - 19 22 4. Kolesterol mg 300 - - - 300 300 5. Asam linoleat g - 2 3 4 6 7 6. Protein g 60 10 20 35 81 91 7. Karbohidrat total g 300 50 120 200 324 364 8. Serat makanan g 25 - - - 25 25 9. Vitamin A RE 600 375 400 400 800 850 Setara karoten total mcg 7200 4500 4800 5280 9800 10200 Setara beta karoten mcg 3600 2250 2400 2640 4800 5100 10. Vitamin D mcg 10 5 5 5 5 5 11. Vitamin E mg 15 4 6 7 15 19 12. Vitamin K mcg 60 5 12 18 55 55 13. Thiamin mg 1,0 0,3 0,5 0,7 1,3 1,3 14. Riboflavin mg 1,2 0,3 0,5 0,6 1,4 1,5 15. Niasin mg 15 2 5 7 18 17 16. Asam folat mcg 400 65 90 185 600 500 17. Asam pantotenat mg 7 1,4 2,0 3,0 7 7 18. Piridoksin mg 1,3 0,1 0,4 0,6 1,7 1,8 19. Vitamin B12 mcg 2,4 0,4 0,6 1,0 2,6 2,8 20. Vitamin C mg 90 40 40 45 90 100 21. Kalium mg 4700 400 700 3400 4700 5100 22. Natrium mg 2300 120 370 1100 1500 2300 23. Kalsium mg 800 200 480 500 950 950 24. Fosfor mg 600 100 320 400 600 600 25. Magnesium mg 270 25 60 80 270 270 26. Besi mg 26 0,3 8 8 33 32 27. Yodium mcg 150 90 90 110 200 200 28. Seng mg 12 5,5 8 9,4 14,7 13,9 29. Selenium mcg 30 5 13 19 35 40 30. Mangan mg 2 0,003 0,8 1,4 2 2,6 31. Flour mg 2,5 0,01 0,6 0,8 2,7 2,7 Tahun 1997 International Life Sciences Institute ILSI South East Asia Region bersama FAO mengambil prakarsa mendiskusikan harmonisasi AKG bagi Asia Tenggara melalui regional workshop. Regional workshop menyepakati tentang definisi, kegunaan, cakupan zat gizi, pengelompokan umur, penetapan ukuran tubuh dan basis perhitungan AKG. AKG digunakan untuk penilaian konsumsi pangan dan gizi penduduk; untuk penilaian risiko ketidakcukupan pangan; basis perencanaan menu, suplementasi dan pendidikan gizi; basis label dan pengembangan produk pangan serta regulasi pangan; dan penilaian dan perencanaan penyediaan dan produksi pangan Muhilal Hardinsyah 2004.

D. Persepsi Konsumen