III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan selama  8 bulan dimulai dari bulan  Mei 2005 sampai  Desember 2005. Pengamatan  kondisi habitat  dan pengambilan sampel
spons dan air dilakukan di  Pulau Lancang  Besar, Pulau Pari  dan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta Gambar 5.
Gambar 5 Lokasi penelitian di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
sumber: Peta lingkungan pantai Bakorsurtanal, 1999.
21
Pulau Lancang Besar merupakan salah satu pulau yang berada pada zona dua di zonasi  Kepulauan Seribu dan terletak paling dekat dengan daratan utama di
wilayah Teluk Jakarta dengan tingkat hunian dan aktifitas masyarakat yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Rudi 2006,  perairan di Pulau Lancang  Besar
memiliki produktivitas yang rendah dan kondisi yang labil, tingkat keragaman yang relatif rendah serta kelangsungan hidup komponen biotik yang minimum.
Selain itu ekosistem  terumbu karang  di pulau ini merupakan kondisi ekosistem yang masih juvenil muda yang umumnya terbentuk dalam lingkungan perairan
yang tercemar terpolusi. Pada kondisi yang demikian komponen ekosistem yang lebih menentukan adalah faktor abiotik dibandingkan biotik.
Pulau Pari berada pada zona  tiga di zonasi  Kepulauan Seribu. Pulau ini terletak lebih jauh dari daratan utama di wilayah  Teluk Jakarta dengan tingkat
hunian dan aktifitas masyarakat yang lebih rendah dibandingkan Pulau Lancang Besar. Budidaya rumput laut dan industri pengolahan rumput laut merupakan
kegiatan masyarakat yang sangat umum dijumpai di pulau ini. Kondisi ini disebabkan perairan Pulau Pari yang tenang karena dikelilingi oleh gosong karang
dan terdapatnya  goba-goba.  Rudi 2006 menyatakan bahwa suksesi organisme bentik di  Pulau Pari memperlihatkan perubahan yang dinamis dari waktu ke
waktu dengan proporsi yang seimbang. Pulau Pramuka merupakan pusat pemerintahan dan ibukota  Kabupaten
Administratif    Kepulauan Seribu. Sebagai pusat pemerintahan,  Pulau Pramuka yang terletak pada zona  empat di zonasi  Kepulauan Seribu merupakan pulau
dengan tingkat hunian yang paling tinggi dibandingkan Pulau Lancang Besar dan Pulau Pari dengan kondisi infrastruktur seperti perkantoran, tempat pelelangan
ikan, rumah sakit, dermaga dll. Selain itu dapat pula dijumpai kantor Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu dan  area  penetasan penyu yang dikelola oleh
Balai Konservasi Sumberdaya Alam DKI Jakarta.
3.2. Bahan dan alat penelitian