akan berbeda warnanya dengan spons sejenis yang hidup pada lingkungan yang cerah Wilkinson, 1980.
2.3. Habitat spons
Spons umumnya terdistribusi tidak sempurna patchy dalam densitas yang rendah dengan pengecualian pada beberapa kelompok spons kelas Hexactinellida
yang memiliki konsentrasi yang tinggi pada beberapa lingkungan yang spesifik Barthel dan Gutt 1992, Leys et al. 2004 dalam De Voogd 2005. Spons dapat
dijumpai di hampir seluruh jenis perairan yang memiliki substrat yang sesuai sebagai tempat pelekatannya seperti batu, cangkang, karang, tumbuhan, tonggak,
badan kapal serta obyek-obyek lainnya yang disediakan oleh aktifitas manusia. Secara umum spons ditemukan melimpah di perairan dangkal pada daerah beting
kontinen yang terekpose Haywood dan Wells 1989. Hal ini didukung oleh pendapat Webber dan Thurman 1991 yang menyatakan bahwa sebagian besar
spons ditemukan di perairan yang dangkal pada substrat batuan atau solid dan beberapa diantaranya hidup pada substrat berlumpur. Spons bersifat toleran
terhadap perairan yang terekpose, turbulen, tenang dan hanya beberapa spesies yang toleran terhadap perairan tawar serta memiliki distribusi yang sangat terbatas
di estuaria. Van Soest dalam Amir 1991 menyatakan bahwa sebagian besar spons
dapat bertahan hidup pada perairan yang keruh atau bersedimen. Spons yang hidup di daerah bersedimen atau berlumpur cenderung memiliki akumulasi
butiran pasir atau materi asing pada jaringan tubuhnya Bergquist 1978. Pendapat yang berbeda diberikan oleh Romimohtarto dan Juwana 1999 yang menyatakan
bahwa penting bagi spons untuk hidup dalam air yang bersirkulasi, sehingga spons lebih banyak ditemukan dalam air yang jernih dan bukan di air keruh.
Faktor fisik seperti gelombang dan arus dapat pula mempengaruhi komposisi spons di perairan. Spongia irregularis, Haliclona pigmentifera, Ircinia
ramosa, Hyrtios erectus, Ecionemia acervus, Stelletta clavosa, Pseudaxinella massa, Cinachyra australiensis, Iotrochota baculifera dan Spirartrella vagabunda
merupakan contoh spesies spons yang mampu beradaptasi terhadap aksi gelombang, kompetisi, arus, predasi, ombak, kekeruhan, sedimentasi serta kondisi
yang terlindung. Kondisi ini diduga disebabkan karena sifat konsistensinya yang
kokoh, spongy serta elastis. Bentuk spons ini umumnya ramose dan bercabang pipih. Spesies yang demikian menurut Bergquist dan Tizard 1967 dalam Amir
1992 sangat umum dijumpai di berbagai tempat serta tidak memiliki preferensi bagi biotop yang spesifik.
Kelompok spons yang lebih banyak hidup di daerah yang cukup terekspose antara lain Amphimedon sp., Haliclona violacea, Haliclona sp., Aka
mucosa, Aka sp., Smenospongia sp., Dysidea herbacea, Erylus lendenfeldi, Cliona sp., Clathria eccentrica, Acanthostylotella cormata dan Myrmeckioderma
granulata. Bentuk kelompok spons ini umumnya pendek dan bercabang. Bergquist dan Tizard 1967 dalam Amir 1992 menyatakan bahwa spons yang
bercabang lebih banyak hidup di area intertidal yang tidak berlumpur. Pada lingkungan perairan dengan tingkat sedimentasi yang tinggi secara
umum didominasi oleh spesies spons Gelliodez pumila, Haliclona cymaeformis, Druinella purpurea, Terpios sp. aff. fugax dan Coelocarteria singaporense. Spons
tersebut banyak dijumpai di daerah rataan terumbu. Kelompok ini dicirikan oleh terdapatnya bagian tubuh yang dibenamkan ke dalam sedimen, penjuluran lubang
keluar masuk air serta terdapatnya butiran pasir dan debris di dalam jaringannya yang memungkinkan spons mampu bertahan hidup pada lingkungan yang berpasir
dan berlumpur. Oceanapia sp., Chondrilla australiensis, Tethya robusta, Rhaphidophlus
sp., Ciocalypta heterostyla, Amorphinopsis excavans dan Axinyssa variabilis merupakan spesies spons yang lebih menyukai lingkungan perairan yang
berombak besar dan kekeruhan yang tinggi. Kelompok spons ini juga lebih banyak ditemukan di daerah rataan terumbu. Chondrilla australiensis dicirikan
oleh konsistensi tubuhnya yang licin dan elastis serta bentuk tubuh membulat, Tethya robusta berbentuk seperti bola spheric, keras dan elastis, sed angkan
Rhaphidophlus sp., Amorphinopsis excavans dan Axinyssa variabilis bercabang dan kaku.
Sementara kelompok spons yang lebih menyukai daerah yang terlindung di daerah rataan terumbu memiliki bentuk tubuh yang lebih tegak daripada spons
pada daerah yang terekpose. Spesies-spesies yang termasuk kelompok ini antara
lain Haliclona hamata, Callyspongia monilata, Liosina paradoxa, Spirastrella solida, Clathria reinwardti dan Clathria fasciculata.
Spons di daerah tropik berpotensi fototropik oleh karena nutrien yang ditranslokasikan dari simbiosis sianobakteria dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan energi spons sebagai inangnya Wilkinson 1983. Tetapi sebagian besar spesies lainnya bersifat heterotropik dimana nutrien diperoleh melalui
aktifitas filtrasi makanan pada detritus dan materi seluler yang berbentuk partikulat terutama bakteri Reiswig 1975, Wilkinson 1978 dalam Wilkinson dan
Trott 1983. Selain itu spons juga mampu melakukan asimilasi materi organik yang terlarut secara langsung Stephens dan Schinske 1961, Wilkinson dan
Garrone 1980 dalam Wilkinson dan Trott 1983. Morfologi spons fototropik pada umumnya pipih dengan rasio luas permukaan dan volume yang lebih besar
dibandingkan spons heterotropik, tubuh tegak lurus dan berbentuk subspheric Wilkinson 1983.
Spons dari kelas Demospongiae ditemukan cukup beragam di alam yang terdiri dari spons yang memiliki spikul silikat dikelompokkan ke dalam spons
silikeus dan yang tidak memiliki spikul silikat yaitu kelompok spons horny. Spons silikeus dapat d ikelompokkan lagi menjadi jenis-jenis yang memiliki spikul
dengan 4 aksis tetraxonid a dan yang hanya memiliki 1 aksis monaxonida. Tetraxonida secara khusus merupakan spons laut yang lebih menyukai perairan
pantai yang dangkal dimana jenis ini banyak ditemukan melekat pada bebatuan atau terbenam di dasar perairan. Sementara jenis monaxonid a lebih umum
dijumpai di perairan dangkal serta hidup melekat di substrat dengan menyekresikan spongin. Spons horny secara umum lebih menyukai kondisi
perairan dangkal yang hangat di daerah tropis walaupun beberapa diantaranya secara individual dapat pula dijumpai di perairan yang lebih dingin misalkan
spons dari jenis Spongia dan Hippospongia Warren 1982. Spongillida, salah satu famili Demospongiae merupakan jenis yang
mendominasi perairan tawar dengan kisaran ekologis yang luas seperti danau, sungai-sungai kecil dan kolam-kolam yang tenang Rupert dan Barnes 1991.
Tetapi Spongilla lacustris lebih bersifat eurihalin sehingga merupakan pengecualian. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa spons dari famili ini tidak
toleran terhadap kondisi perairan yang tercemar. Spons Microciona dilaporkan mampu hidup pada kondisi perairan estuaria yang tercemar pada salinitas 15
permil. Lissodenoryx carolinensis dan Halichondria, Haliclona serta Cliona merupakan spesies-spesies yang hidup pada kisaran perairan polihalin atau
mesohalin Gosner 1971. Biotop yang dangkal didominasi oleh Demospongiae dan sebagian kecil
Calcareae, sebaliknya zona yang lebih dalam seperti di lereng luar karang, gua- gua serta di dalam terowongan hidup spesies spons Sclerospongia. Diantara spons
yang umum terdapat di biotop yang dangkal dan pertengahan di perairan Indo- Pasifik antara lain Tethya, Plectronia, Mycale, Timea, Spirastrella, Ulosa,
Higginsia, Pericharax, Jaspis, Mycale, Neofibularis, Asteropus, Haliclonia, Jantella, Phyllospongia, Dysidea, Ircinia, Carterospongia, Pseudoaxinissa,
Scleroderma, Carmina, Reineria, Callyspongia, Cacospongia, Dictyonella, Prianos, Cliona serta Psamaplysilla Hartman dan Goreau 1970 dalam Sorokin
1993.
a b
Gambar 4 a Ilustrasi diagramatik spons laut b Gambaran rinci d inding spons
sumber: Hooper et al. 2003.
2.4. Simbiosis