Latar Belakang Dampak Keberadaan Ruang Terbuka Hijau terhadap Harga Pemukiman di Perumahan Berkonsep Green Living Kota Bumi Serpong Damai Tangerang

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemukiman

Ada beberapa padanan kata yang menjelaskan makna dari kata tempat tinggal. Kata housing dalam bahasa Inggris berarti perumahan dalam bahasa Indonesia. Pemukiman merupakan kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan. Pemukiman menitik beratkan pada suatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia Kurniasih, 2007. Lingkungan pemukiman adalah suatu daerah yang di dalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau kumpulan tempat tinggal dan sarana perkantoran, niaga, pendidikan, budaya, kesehatan, dan fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut Eckbo, 1964. Pemukiman dinyatakan sebagai kelompok-kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka secara bersama dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas, tetapi cukup besar untuk menampung fasilitas umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain dan daerah penyangga Simond, 1994. Menurut UU No. 4 Tahun 1992, pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa satuan lingkungan pemukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur. Rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun hewan, namun tempat tinggal yang khusus bagi hewan biasanya sangkar, sarang atau kandang. Adanya penataan jalur hijau dalam kawasan pemukiman memungkinkan pencapaian kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya. Sebagai contoh penanaman jalur hijau seperti berm dan median jalan yang bersifat sederhana dalam pelaksanaannya dengan berpedoman pada kebutuhan, kecocokan penampilan ditiap musim, penampilan ditiap tahapan pertumbuhan, kecocokan antara tanaman dan bangunan serta lingkungan sekitar dan keefisienan dalam pemeliharaan Simond, 1994.

2.2 Kota Hijau Green City

2.2.1. Pengertian Kota Hijau

Menurut Wildsmith 2009, green city kota hijau juga dapat disebut sustainable city kota yang berkelanjutan atau eco-city kota berbasis ekologi, yaitu kota yang dalam melaksanakan pembangunan didesain dengan mempertimbangkan lingkungan sehingga fungsi dan manfaatnya dapat berkelanjutan. Green City dapat terwujud jika masyarakat yang tinggal di dalamnya melakukan penghematan minimisasi pemanfaatan energi dan air. Selain itu juga melakukan minimisasi buangan penyebab panas serta melakukan pencegahan pencemaran air dan udara. Selain elemen-elemen tersebut Wildsmith 2009 juga menambahkan elemen sosial dan budaya. Jadi, green city merupakan kota yang melakukan pembangunan berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan ekologi sehingga tercipta keseimbangan diantara manusia dan alam.

2.2.2. Pengelolaan Kota dalam Mewujudkan Kota Hijau

Salah satu cara untuk mewujudkan kota hijau adalah dengan melakukan pembangunan berkelanjutan yang saat ini dikenal dengan pembangunan berbasis green growth. World Wide Fund for Nature dan Pricewaterhouse Coopers 2011, mendefinisikan green growth sebagai sebuah konsep pembangunan yang dilaksanakan dengan mengupayakan keseimbangan sosial, ekonomi, budaya, serta lingkungan hidup. Konsep pembangunan berbasis green growth menurut World Wide Fund dan Pricewaterhouse Coopers PWC, dilaksanakan berdasar pada lima pilar penting berikut: a. Pertumbuhan ekonomi. b. Perbaikan kondisi sosial. c. Konservasi keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan. d. Kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim global. e. Penurunan emisi gas rumah kaca. 2.3 Konsep Ruang Terbuka Hijau RTH 2.3.1. Definisi dan Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau RTH green open spacesgreen space merupakan lahan-lahan alami yang ada di wilayah perkotaan. Bentuk RTH yang berupa fasilitas umumpublik, sebagai tempat beraktivitas, adalah taman kota, taman pemakaman, lapangan olahraga, hutan kota, dan lain-lain yang memerlukan area lahanperuntukan lahan hijau secara definitif. RTH yang ditanami tumbuhan jenis produktif, buah, dan pangan adalah sawah, pertanian darat, dan pekarangan rumah yang memerlukan area lahanperuntukan lahan hijau pertanian secara definitif. RTH jalur hijau yang bukan ditanami pohon dalam mendukung fungsi pengaman, peneduh, dan keindahan kota adalah jalur kereta api, tegangan tinggi, sungaitepian kali, situ, dan pantai pengaman; jalur pinggirmedian jalan kota dan lingkungan peneduh; dan jalur jalan, kaveling bangunan kantor, industri, pedagangan, dan lain-lain keindahan kota. RTH merupakan suatu lahankawasan yang mengandung unsur dan struktur alami yang dapat menjalankan proses-proses ekologis, seperti pengendali pencemaran udara, ameliorasi iklim, pengendali tata air, dan sebagainya. Unsur alami inilah yang menjadi ciri RTH di wilayah perkotaan, baik unsur alami berupa tumbuh-tumbuhan atau vegetasi, badan air, maupun unsur alami lainnya Ismaun dan Joga, 2011. RTH adalah bagian dari ruang terbuka open space yang diklasifikasikan sebagai ruang atau lahan yang mengandung unsur dan struktur alami. RTH dibedakan dalam dua macam yaitu RTH alami dan RTH binaan. RTH alami terdiri atas daerah hijau yang masih alami wilderness areas, daerah hijau yang dilindungi agar tetap dalam kondisi alami protected areas, dan daerah hijau yang difungsikan sebagai taman publik tetapi tetap dengan mempertahankan karakter alam sebagai basis tamannya natural park areas. RTH binaan terdiri atas daerah hijau di perkotaan yang dibangun sebagai taman kota urban park areas, daerah hijau yang dibangun dengan fungsi rekreasi bagi warga kota recreational areas, dan daerah hijau antar bangunan maupun halaman-halaman bangunan yang digunakan sebagai area penghijauan urban development open spaces. Khusus daerah hijau di kawasan perkotaan dapat dikembangkan sebagai