49 Kulonprogo Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini
meunjukan pelaksanaan penilaian proses pembelajaran geografi SMA Negeri Kabupaten Kulonprogo memiliki skor antara 53 sampai 63 dengan
rerata 58,55 dari skor minimum yang memungkinkan diperoleh dalam kategori sangat baik yaitu 58,5.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ihwan Aziz tahun 2012 tentang Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Ekonomi Berdasarkan Permendikbud
No. 20 Tahun 2007 Di SMA Negeri Kabupaten Klaten. Penelitian ini menunjukan pelaksanaan penilaian pembelajaran ekonomi di Klaten dapat
dipahami dan dapat dilaksanakan oleh sebagian besar guru SMA Negeri di kabupaten Klaten sesuai dengan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2013.
Ditunjukan dengan hasil pemahaman guru terhadap konsep penilaian mecapai 89, pemahaman terhadap teknik penilaian masukan mencapai
70, dan pemahaman terhadap prosedur penilaian mencapai 50. Jumlah presentase tersebut menunjukan sebagian guru dapat melaksanakan dengan
baik penilaian pembelajaran.
D. Kerangka Berfikir
Kurikulum 2013 adalah bentuk penyempurnaan dari kurikulum KBK dan KTSP. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi ini
difokuskan untuk melahirkan sumber daya manusia SDM yang berkualitas, berkompeten, berkarakter, dan berbudi pekerti luhur seperti yang disebutkan
50 dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan
nasional. Pada kurikulum 2013 penilaian ditekankan pada penilaian autentik
dan non-autentik. Penilaian autentik dan non-autentik mengukur sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan proses
pembelajaran dan hasil belajar. Pergeseran tersebut menuntut guru memiliki kemampuan dalam melakukan penilaian secara kualitatif. Melihat secara
nyata riil kemampuan yang dimiliki peserta didik, perkembangan dan pemahaman materi dalam proses pembelajaran. Guru sebagai tenaga
profesional harus memiliki kompetensi dengan kualifikasi yang layak sebagai seorang guru. Kurang siapnya guru dalam menerapkan kurikulum 2013 akan
berdampak pada pembelajaran yang dilaksanakan. Berdasarkan hail observasi dan wawancara yang dilakukan oleh
peneliti di MTs Negeri Yogyakarta II, di lapangan guru belum memahami konsep Kurikulum 2013. Meskipun sudah mengikuti pelatihan kurikulum
2013, namun dirasakan masih kurang cukup untuk memahami Kurikulum 2013. Guru mengeluh, terutama pada pelaksanaan proses penilaian. Guru
merasa bahwa proses penilaian pada kurikulum 2013 sangat rumit dan banyak menggunakan prosedur serta membutuhkan banyak waktu dalam
penerapannya. Guru bertanggungjawab untuk membawa peserta didik menuju kematangan belajar tertentu dalam meningkatkan keseimbangan antara
kompetensi sikap spiriual dan sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
51 Studi kasus penilaian hasil belajar di MTs Negeri Yogyakarta II
dilakukan bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilakukan guru, dan mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam
melaksanakan penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013. Dari penjelasan di atas kerangka berfikir dapat disajikan dalam
gambar sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
E. Pertanyaan Penelitian