43
pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dari berbagai
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar meruapakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan
tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative permanen atau menetap karena adanya individu dengan lingkungannya.
Dengan ini penulis mengembangkan media kartu Huruf Jepang sebagai media pembelajaran untuk membantu proses pembelajaran yang
disesuaikan dengan karakterisitik siswa dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
2. Konsep Dasar Pembelajaran
Nasution 2005 dalam Sugihartono, dkk 2007: 80 mendefinisikan pembelajaran sebagai aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang
belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga media belajar, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar.
Briggs 1985 dalam Sugihartono 2007: 80 membagi konsep pembelajaran menjadi 3 pengertian yaitu:
a. Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif
Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikannya kepada siswa
b. Pembelajaran dalam pengertian institusional
Secara institusional pembelajaran berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien. Dalam pengertian ini guru
44
dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang memiliki berbagai perbedaan
individual
c. Pembelajaran dalam pengertian kualitatif
Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam pengertian ini peran guru dalam
pembelajaran tidak sekedar menjejalkan pengetahuan terhadap siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan
efisien.
3. Pembelajaran Bahasa Jepang
Lerner Anggani, 2006: 54 menyatakan bahwa dasar utama perkembangan
bahasa adalah
melalui pengalaman-pengalaman
berkomunikasi yang kaya. Pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor-faktor bahasa yang lain yaitu mendengarkan, berbicara, membaca
dan menulis. Setiap bahasa yang ada di dunia ini memiliki sifat atau ciri masing-
masing disamping ciri yang dimiliki secara universal. Ciri-ciri yang universal berarti bahwa ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap
bahasa yang ada di dunia ini. Ciri yang sama merupakan unsur-unsur bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-
sifat bahasa lain. Bahasa Jepang secara umum memiliki beberapa karakteristik yang menjadi ciri pembeda dengan bahasa-bahasa yang lain.
Adapun ciri-ciri tersebut adalah 1 Bahasa Jepang menganut sistem MD. Dalam bahasa Jepang kata yang menerangkan terletak di depan kata
yang diterangkan; 2 Kata benda dalam bahasa jepang pada umumnya tidak mempunyai bentuk jamak. Kalau penutur menunjuk pada satu
televisi terebi akan sama dengan menunjuk pada televisi yang lebih dari
45
satu. Biasanya untuk membedakan televisi yang banyak penutur mengucapkan kalimat percakapan selanjutnya, seperti televisi yang mana
atau televisi yang seperti apa; 3 Terdapat perubahan bentuk dari verba, adjektiva maupun kopula. Adjektiva dalam bahasa Jepang dibagi menjadi
dua, yaitu adjektiva „na dan „i. Dalam waktu dan kondisi yang berbeda verba, kopula, adjektiva akan mengalami perubahan; 4 Predikat terletak
pada akhir kalimat; 5 Dalam bahasa Jepang terdapat bentuk biasa dan bentuk sopan. Kedua bentuk tersebut berbeda penggunaannya, bentuk
sopan dipakai ketika seseorang berbicara dengan atasan atau orang yang lebih dihormati, sedangkan bentuk biasa digunakan dalam pembicaraan
kepada teman atau kepada bawahan, dan 6 Secara sintaktis bahasa Jepang memiliki sistem pemarkah dan strukturnya berpola S-O-V dengan
pemarkah partikel, wa, ga, ni, e, wo, de yang menunjukkan hubungan dan fungsi gramatikal dalam kalimat. Dalam membangun sebuah kalimat,
verba sebagai inti proposisi dengan kasus-kasus yang menyertainya, ditandai oleh pemarkah yang berupa partikel. Partikel tidak memiliki
makna leksikal, tetapi makna gramatikal. Dalam pembelajaran Bahasa Jepang terdapat tiga jenis huruf yang
digunakan. Huruf dalam Bahasa Jepang memang tidak sesederhana huruf abjad yang hanya memiliki 26 huruf. Bahasa Jepang terdiri dari 3 kategori
huruf, yaitu :
46
a. Huruf Hiragana
ひらがな、平仮名 Huruf Hiragana sendiri mempunyai 46 bunyi yang berbeda.
Dalam pemakainnya, Hiragana dipakai untuk menyatakan elemen tatabahasa seperti partikel dan akhiran kata sifat dan kata kerja yang
menunjukkan tatabahasa dan digunakan untuk menulis kata-kata bahasa Jepang asli. Hiragana adalah salah satu daripada tiga cara penulisan
dalam bahasa Jepang, dapat kita lihat pada gambar 2.
Gambar 2. Huruf Hiragana ひらがな、平仮名
47
b.
Huruf Katakana 片仮名
Katakana adalah salah satu dari tiga cara penulisan dalam bahasa Jepang. Huruf Katakana biasa dipakai untuk menulis kata serapan dari
bahasa asing. Katakana digunakan untuk menulis kata-kata serapan dalam bahasa Jepang, bahasa asing, nama binatang, nama orang asing,
nama tumbuhan, dan kota-kota luar negeri. Katakana melambangkan suara-suara yang sama dengan hiragana, namun tentu saja semua
hurufnya berbeda dan dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Huruf Katakana 片仮名
48
c.
Huruf Kanji 漢字
Kanji adalah tulisan yang berasal dari huruf Tionghoa. Sekarang yang banyak dipakai hanya 1.850 buah, yang disebut “Tooyoo Kanji”.
Ada dua macam cara baca tulisan Kanji yaitu “Kunyomi” 訓読み dan Onyomi” 音読み
. “Kunyomi” adalah cara baca Jepang, sedangkan
“Onyomi” adalah cara baca serapan bahasa Tionghoa. Huruf Kanji dipakai untuk menuliskan infleksi kata kerja dan kata-kata yang akar
katanya ditulis dengan kanji atau kata-kata asli bahasa Jepang yang berasal dari gambar yang dibuat tulisan, dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Huruf Kanji 漢字
49
Ciri-ciri umum bahasa Jepang menurut Iwao 202: 2 adalah: 1.
Jenis kata : Dalam jenis kata dalam bahasa Jepang terdapat kata kerja, kata sifat, kata benda, kata keterangan, kata penghubung,
dan partikel. 2.
Urutan Kata : Predikat selalu terletak pada akhir kalimat. Selain itu, dalam bahasa jepang kata yang diterangkan terletak
dibelakang kata yang menerangkan. 3.
Predikat : Kata benda, kata kerja, dan kata sifat dalam bahasa Jepang berfungsi sebagai predikat. Predikat dapat menunjukkan
1 positif atau negatif dan 2 waktu lampau. Kata sifat dibagi menjadi dua grup yaitu, sifat I dan kata sifat na sesuai dengan
perubahannya. Dalam bahasa Jepang tidak ada perubahan untuk orang, jenis, dan bilangan.
4. Partikel : Dibelakang kata atau kalimat dipakai partikel. Partikel
menunjukkan hubungan antara kata dengan kata dalam kalimat dan maksud si pembicara, juga berfungsi menambahkan
berbagai arti. 5.
Penghilang : Kata-kata ungkapan yang bisa diketahui dari konteks kalimat biasanya dihilangkan. Subjek dan objek pada
kalimat juga biasanya dihilangkan. Adapun metode-metode belajar yang cukup berpengaruh terhadap
pendidikan bahasa Jepang sebagai bahasa asing, diantaranya yaitu metode terjemahan tata bahasa, metode langsung Yamaguchi
50
Kiichiro, metode Gouin, metode pembelajaran Palmer, metode pengajaran ATSP, dan metode Audilingual. Metode-metode tersebut
telah mewarnai pembelajaran bahasa Jepang. Disatu pihak, perkembangan tersebut memperkaya guru bahasa asing untuk
mempraktikkan ke dalam kegiatan pembelajaran bahasa. Pengajaran bahasa Jepang pada level dasar shokyu dimulai dari
ucapan, kata-kata salam, percakapan-percakapan sederhana yang menggunakan pola-pola kalimat yang sudah diberikan sebelumnya, dan
menyimak. Pola-pola kalimat merupakan unsur penting dalam pengajaran bahasa Jepang. Proses pembelajaran bahasa Jepang perlu
diawali dengan pengenalan pola kalimat, kemudian pola-pola tersebut diaplikasikan pada
bentuk latihan
yang komunikatif ketika
pembelajaran berlangsung.
D. Peserta Didik Sekolah Menengah Atas SMA