Pengertian Peserta Didik SMA

50 Kiichiro, metode Gouin, metode pembelajaran Palmer, metode pengajaran ATSP, dan metode Audilingual. Metode-metode tersebut telah mewarnai pembelajaran bahasa Jepang. Disatu pihak, perkembangan tersebut memperkaya guru bahasa asing untuk mempraktikkan ke dalam kegiatan pembelajaran bahasa. Pengajaran bahasa Jepang pada level dasar shokyu dimulai dari ucapan, kata-kata salam, percakapan-percakapan sederhana yang menggunakan pola-pola kalimat yang sudah diberikan sebelumnya, dan menyimak. Pola-pola kalimat merupakan unsur penting dalam pengajaran bahasa Jepang. Proses pembelajaran bahasa Jepang perlu diawali dengan pengenalan pola kalimat, kemudian pola-pola tersebut diaplikasikan pada bentuk latihan yang komunikatif ketika pembelajaran berlangsung.

D. Peserta Didik Sekolah Menengah Atas SMA

1. Pengertian Peserta Didik SMA

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bias tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan. Peserta didik adalah sosok yang selalu mengalami perkembangan sejak lahir sampai menignggal dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara wajar Sutari Imam Barnabid dalam Dwi Siswoyo, dkk 2008: 87. Istilah peserta didik 51 pada pendidikan formalsekolah jenjang dasar menengah, dikenal dengan nama anak didik atau siswa, pada pendidikan pondok pesantren disebut santri, dan pada pendidikan keluarga disebut anak. Namun pendidikan pada lembaga nonformal tertentu seperti kelompok belajar paket C atau lembaga kursus, peserta didik disebut peserta ajar yang terkadang bias berdiri dari pada orang tua. Menurut Sutari Imam Barnabid dalam Dwi Siswoyo, dkk 2008 : 87 peserta didik sangat tergantung dan membutuhkan bantuan dari orang lain yang memiliki kewibawaan dan kedewasaan. Sebagai anak, peserta didik masih dalam kondisi lemah, kurang berdaya, belum bias mandiri, dan serba kekurangan dibanding orang dewasa, namun dalam dirinya terdapat potensi bakat-bakat dan disposisi luar biasa yang memungkinkan tumbuh dan berkembang melalui pendidikan. Siswa SMA Sekolah Menengah Atas apabila dilihat dari usia berada pada rentang usia 14-19 tahun, melihat rentang usia tersebut maka siswa SMA identik dengan remaja, maka penjelasan mengenai siswa SMA sama dengan penjelasan tentang remaja. Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda. Pada hakekatnya aktivitas pendidikan atau pembelajaran berlangsung dengan melibatkan unsur subyek atau pihak-pihak sebagai aktor penting. Aktor penting itu oleh Noeng Muhadjir dalam Dwi 52 Siswoyo, dkk 2008: 86 disebut sebagai subyek penerima di satu pihak dan subyek pemberi di pihak yang lain dalam suatu interaksi pendidikan. Bahkan, karena begitu pentingnya kedudukan kedua subyek tersebut dalam aktivitas pendidikan, maka Noeng Muhadjir menyebut keduanya menjadi unsur dasar yang membentuk aktivitas pendidikan. Dengan demikian, ketiadaan kedua subyek tersebut berarti juga ketiadaan aktivitas pendidikan. Dalam prakteknya, subyek penerima adalah peserta didik sedangkan subyek pemberi adalah pendidik.

2. Pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA