23
homogen dari segi etnisitas dan agama, sebagian besar masih menjalankan tradisi Jawa, berbahasa Jawa, hidup komunal dan mempunyai sifat
kekeluargaan gotong royong, mayoritas mata pencaharian agraris, sebagian kecil bergerak di bidang pertambangan, kepariwisataan dan pegawai negeri.
Masyarakat lereng Gunung Merapi masih memegang nilai-nilai kearifan lokal dalam kesehariannnya. Salah satunya dengan menjalin
hubungan serasi dengan alam yang didasari kepercayaan bahwa antara Gunung Merapi,Keraton dan Pantai Selatan saling terhubung erat satu sama
lain. Masyarakat juga bahwa meyakini gunung, sungai, dan pohon bukanlah ‘benda mati’ sehingga manusia wajib menjaga kelestariannya, sejalan
dengan prinsip “Hamemayu Hayuning Bawono” dalam pelestarian alam wilayah Yogyakarta. Kementrian Energi dan Sumber Mineral diakses dari
http:www.esdm.go.id
B. Penelitian Relevan
1. Budaya Belajar Siswa Pada Sekolah Unggul Di SMA Negeri 1 Pamekasan oleh Saiful Arif Dosen STAIN Pamekasan Prodi PAIemail:
saiful_arifyahoo.co.id dalam http:ejournal.stainpamekasan.ac.id... Penelitian ini menghasilkan temuan yang dapat disimpulkan bahwa: 1
pola atau kebiasaan belajar siswa SMA Negeri 1 Pamekasan sudah didisiplinkan sejak awal menjadi siswa sampai lulus dari SMA Negeri 1
Pamekasan. Hal tersebut dimulai dari proses pembinaan pada saat MOS siswa baru, pemanfaatan sumber belajar secara mandiri, pemberian tugas-
tugas mandiri oleh guru kepada siswa melalui Lembar Kerja Siswa, dan
24
pemanfaatan kecanggihan teknologi informasi seperti penggunaan laptop dan internet. Strategi belajar unggul yang dilakukan oleh SMA Negeri 1
Pamekasan yaitu aktifitas belajar siswa diawali dengan kegiatan tatap muka dalam kelas yang dibina langsung oleh masing-masing guru mata pelajaran.
Kemudian yang kedua anak-anak diarahkan dan dikembangkan dalam program studi adaptasi yaitu kegiatan belajar berdasarkan minat dan bakat
studi yang diawali dengan pengisian format minat studi, selanjutnya dilakukan tes sehingga berdasarkan hasil tersebut anak ditentukan minatnya
yaitu; a fisika; b biologi; c matematika; dan d kimia. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peniliti adalah adanya kesamaan tentang bagaimana terbentuknya suatu budaya belajar itu. Dalam penelitian tersebut cara untuk membentuk
kebiasaan belajar siswa adalah dengan mendisiplinkan siswa-siswanya, latihan-latihan, strategi belajar unggul, dan yang terpenting adalah dengan
mengarahkan dan mengembangkan program studi adaptasi belajar siswa hal ini terbukti dapat membawa dampak baik yaitu semua siswa dapat lulus 100
persen. hal yang membedakan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pada penelitian tersebut subyek yang diteliti
adalah siswa-siswa yang ada di sekolah, namun dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah budaya belajar masyarakat. Hal ini dapat dikaitkan
dengan penelitian budaya belajar masyarakat Lereng Merapi karena untuk membentuk suatu budaya belajar sama halnya membutuhkan cara atau
strategi yang tepat agar budaya belajar masyarakat yang berkembang adalah
25
budaya belajar yang baik yang dapat digunakan sebagai cara atau strategi dalam pemenuhan syarat-syarat kebutuhan manusia, yaitu syarat dasar
alamiah, syarat kejiwaan dan syarat dasar sosial. 1. Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Berbasis Pemanfaatan
Sumberdaya Perdesaan Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Perdesaan Studi di Lereng Merapi Daerah Istimewa Yogjakarta oleh Hastuti dan
Dyah Respati, Fakultas Ilmu Sosial Ekonomi, Universitas Negeri
Yogjakarta dalam eprints.uny.ac.id...1laporan20akhir20desa
20w.... Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumberdaya
perdesaan di ketiga daerah penelitian meliputi sumberdaya fisik dan non fisik yakni lahan, hutan, permodalan, infrastruktur, rumah serta barang
berharga, dan kelembagaan. Pemanfaatan sumberdaya perdesaan masih bias gender, perempuan termarjinalisasi dalam akses dan kontrol terhadap
sumberdaya perdesaan sehingga kurang memilki kesempatan yang terbuka dan transparan. Perempuan miskin memanfaatkan sumberdaya perdesaan
meskipun belum optimal. Sumberdaya perdesaan dimanfaatkan dengan cara-cara tradisional seperti dikelola untuk pertanian tanpa teknologi, untuk
memperoleh kayu-kayuan, hijauan makanan ternak, dan apa saja yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Perempuan miskin belum
banyak memanfaatkan sumberdaya terkait dengan memperoleh modal dari lembaga keuangan formal, mereka memanfaatkan lembaga yang dikelola
sendiri seperti arisan. Perempuan miskin memiliki keterbatasan modal,
26
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan, keterbatasan akses dan kontrol terhadap sumberdaya perdesaan diperlukan stimulasi untuk membangkitkan
kemauan dan kemampuan perempuan miskin. Pemberdayaan perempuan miskin dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan melibatkan
perempuan miskin untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pemanfaatan sumberdaya perdesaan. Berpartisipasi dalam mengembangkan kegiatan
produktif melalui peningkatan keterampilan dan pengetahuan untuk pemanfaatan sumberdaya perdesaan secara optimal dan berkelanjutan.
Pemberdayaan perempuan miskin dalam penelitian ini dilakukan melalui kelompok- kelompok yang difasilitasi ketua yang diambil dari masyarakat
setempat melalui kesepakatan bersama. Pengembangan model pemberdayaan yang ditawarkan dalam
pengentasan kemiskinan di perdesaan adalah melibatkan perempuan miskin agar senantiasa dapat memanfaatkan sumberdaya perdesaan untuk kegiatan
produktif dengan memperhatikan potensi dan daya dukung sumberdaya tersebut secara berkelanjutan dan berdaya guna. Pemberdayaan melalui
penguatan peran perempuan miskin secara aktif dalam pemanfaatan sumberdaya perdesaan perlu dikedepankan agar perempuan dapat
memanfaatkan sumberdaya perdesaan secara optimal. Penerapan teknologi sesuai kemampuan dan kebutuhan perempuan miskin, peningkatan
partisipasi secara aktif, peningkatan pengetahuan dan keterampilan agar; dan penguatan ekonomi sosial agar dapat mengelola sumberdaya perdesaan
27
dengan lebih berdaya guna merupakan langkah yang perlu dikedepankan dalam penegmbangan model pemberdayaan perempuan miskin.
Penelitian tersebut terkait dengan bagaimana warga lereng merapi memenuhi syarat dasar alamiah mereka yang terkait dengan bidang
perekonomian. Berdasarkan data yang sudah ada pada latar belakang BAB I tingkat pendidikan masyarakat dalam artian masyarakat produktif yaitu
orangtua mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Perempuan atau ibu- ibu di Dusun tersebut kebanyakan juga bekerja pada bidang pertanian.
Mereka membantu suaminya dalam mengurus sawah atau perkebunan. pemberdayaan yang ditawarkan dalam pengentasan kemiskinan di
perdesaan adalah melibatkan perempuan miskin agar senantiasa dapat memanfaatkan sumberdaya perdesaan untuk kegiatan produktif dengan
memperhatikan potensi dan daya dukung sumberdaya tersebut secara berkelanjutan dan berdaya guna. Hal tersebut sudah terlaksana di Dusun
tersebut, bedanya dalam penelitian tersebut haruslah ada suatu usaha pemberdayaan namun di Dusun Sumberejo hal tersebut sudah menjadi
kebiasaan perempuan untuk bekerja di bidang pertanian dengan suaminya.
C. Kerangka Pikir