64
teman gimana biar saya bisa menyatu dengan masyarakat sini” hasil wawancara 20 April 2015
Kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat dahulu tentang bagaimana unggah-ungguh menjadi masyarakat Desa menjadi pedoman
bagi masyarakat Dusun Sumberejo dalam menjalani kehidupan sosial di masyarakat. Pengetahuan belajar yang didapatkan dari orangtua serta
interaksi di dalam kegiatan masyarakat menjadi budaya belajar masyarakat dalam kehidupan sosial. Pemenuhan kebutuhan syarat dasar
sosial bagi masyarakat Dusun Sumberejo sudah terpenuhi dengan adanya interaksi atau hubungan yang ada di dalam masyarakat tersebut. Selain
itu masyarakat juga dapat mempelajari budaya sosial yang berlaku dari zaman dahulu hingga sekarang dari kedua orangtua. Budaya belajar
masyarakat dalam hal kehidupan sosial juga didapatkan dari adanya interaksi pada kegiatan yang ada di Dusun Sumberejo. Kegiatan tersebut
diantaranya kerja bakti, gotong royong, sholawatan, arisan, dan pengajian. Kegiatan-kegiatan tersebut dijadikan tempat belajar
bersosialisasi dengan masyarakat, dan proses belajar kehidupan sosial terjadi setiap waktu di kehidupan masyarakat.
D. Usaha masyarakat Dusun Sumberejo beradaptasi terhadap lingkungan
Masyarakat Dusun Sumberejo tetap merasa nyaman dan senang bertempat tinggal di lereng Merapi. Masyarakat menyadari bahaya
Gunung Merapi yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat, namun kenyataannya masyarakat tidak merasa hal tersebut menganggu jiwa
65
masyarakat. Keadaan tersebut dikarenakan adanya kebiasaan masyarakat dalam menghadapi adanya bahaya erupsi Gunung Merapi. Cara belajar
masyarakat dalam menghadapi bahaya didapatkan sejak masih kecil. Sejak masih kecil masyarakat sudah beradaptasi dengan keadaan tempat tinggal
yang dekat dengan bahaya. Sehingga masyarakat lebih mudah mengadaptasikan diri. Orang tua juga memiliki peran dalam proses
adaptasi masyarakat. Peran tersebut adalah dengan memberikan pelajaran antisipasi dalam menghadapi bahaya Gunung Merapi yang bisa datang
sewaktu-waktu. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu SM pada wawancara hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut:
“Dulu belum kayak gini mbak, kami belajar menghadapi bahaya Gunung Merapi dari orang tua. Orang tua dulu mengajarkan kalo
Merapi lagi mau meletus di suruh tenang berdoa dan menyiapkan barang-barang berharga. Sejak kecil kan sudah disini jadi tahu gimana
caranya menghadapi bahaya terus kalo merapi sudah meletus kami warga disini semua berhamburan lari kemana saja nyari tempat yang
aman tanpa adanya pemandu yang penting menyelamatkan diri itu saja” hasil wawancara Senin, 20 April 2015
Peran orang tua dalam memberikan pembelajaran tersebut berlangsung turun temurun. Pada kenyatannya setiap orang sudah
memiliki adaptasi diri sejak lahir. Setiap orang mempunyai cara sendiri bagaimana mengadaptasikan diri pada lingkungan, baik lingkungan yang
nyaman sampai lingkungan yang berbahaya sekaligus. Kemampuan menyesuaikan diri atau adaptasi terhadap lingkungan tersebut terus diasah
dengan adanya pengalaman-pengalaman yang ada. Masyarakat Dusun Sumberejo belajar tentang adaptasi terhadap lingkungan secara naluriah.
66
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Bapak MJ pada wawancara hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut:
“Belajar menyesuaikan diri di lingkungan lereng Merapi bisa sendiri mbak, karena masalah menyesuaikan diri tersebut mengalir sendiri.
Tapi selain itu belajar dari orang tua dan teman-teman” hasil wawancara Senin, 20 April 2015
Belajar menyesuaikan diri terhadap lingkungan, masyarakat Dusun Sumberejo mendapatkan cara dan pengetahuan dari orang tua dan teman-
teman di lingkungan masyarakat. Hal yang di adaptasikan pada diri masyarakat adalah cara bertahan hidup di lereng Merapi. Hal tersebut
terkait dengan bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dalam mengelola sumber daya alam yang ada di lingkungan tersebut. Lingkungan dan
sumber daya alam yang ada di daerah lereng Merapi berdasarkan Buku Laporan Profil Desa Kaliurang Tahun 2014 sebagian besar berupa
persawahan dan perkebunan. Oleh karena itu adaptasi masyarakat adalah dengan menyesuaikan pekerjaan yang sesuai dengan sumber daya yang
ada yaitu dengan menjadi petani. Alasan masyarakat menjadi petani adalah adanya lahan dan merupakan pewarisan dari generasi orang tua
sebelumnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu AR pada wawancara hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut:
“Alasan menjadi petani karena dari dulu bapak dan ibu sudah jadi petani dan memang hidup di gunung memang bisanya bertani.
Sekarang punya suami juga petani, kalo mau pergi dari Dusun dan nyari pekerjaan lain saya gak bisa” hasil wawancara Senin, 20 April
2015
67
Menyesuaikan diri terhadap lingkungan selain dalam segi perekonomian masyarakat juga harus menyesuaikan diri dengan adanya
bahaya Erupsi Merapi. Keadaan wilayah Dusun yang berada di Lereng Merapi mengharuskan masyarakat untuk dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan Gunung Merapi yang dalam status aktif dan sewaktu-waktu dapat meletus. Cara masyarakat beradaptasi adalah dengan kebiasaan masyarakat
yang sudah sejak kecil hidup di lingkungan tersebut. Gunung Merapi pada tahun 2010 mengalami erupsi besar, dan hal
tersebut berdampak pada kehidupan masyarakat di sekitar Gunung Merapi. Letusan pada tahun 2010 tersebut bagi masyarakat Dusun Sumberejo
memiliki dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat. Dampak yang nyata adalah dari segi perekonomian. Perekonomian masyarakat yang
sebagian besar adalah menjadi petani rusak parah. Pohon salak yang dimiliki masyarakat rusak, dahan pohon salak roboh dan hampIr rata
dengan tanah dikarenakan hujan abu yang deras pada saat erupsi tersebut terjadi. Masyarakat Dusun Sumberejo harus menyesuaikan diri dengan
keadaan tersebut. Keadaan pasca erupsi Merapi yang dapat melumpuhkan sumber perekonomian masyarakat. Usaha masyarakat dalam bertahan
hidup pasca erupsi adalah dengan beralih profesi seperti yang diungkapkan oleh Ibu DR pada wawancara hari Minggu, 19 April 2015. Berikut hasil
wawancara tersebut: “…geh nopo-nopo kan rusak mbak salak do ambruk, wit kambil wae
do sempal mbak niku gek wae pulih. Geh selama niku kulo teng lepen pados krikil niku mbak kangge pemasukan. Sing tiang kakung
68
sing tasih enom niku sami teng lepen pados pasir, watu. Tiang setri geh teng ladang babati wit salak mbak. Tiang mriki geh wektu niko
katah sing pados kayu andra di sade kangge pemasukan mawon mbak. Pemerintah geh alhamdulilah riyen niko geh katah maringi
bantuan” hasil wawancara Minggu, 19 April 2015 Masyarakat Dusun Sumberejo bertahan hidup pasca erupsi dengan
beralih profesi dikarenakan sumber mata pencaharian masyarakat rusak akibat erupsi Merapi. Usaha bertahan hidup tersebut tidak hanya sekali
masyarakat rasakan sehingga masyarakat mengerti apa yang akan dilakukan pasca erupsi agar sistem perekonomian setiap keluarga tetap
berjalan. Selain usaha masyarakat pemerintah juga berperan dalam membantu membangkitkan perekonomian masyarakat. Peran pemerintah
adalah memberikan bantuan kepada masyarakat, hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Desa Kaliurang Ibu Kiptiyah pada wawancara
hari Selasa, 19 Mei 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Kegiatan pasca erupsi itu diantaranya ada pemangkasan pohon
salak, dan itu banyak di biayai oleh pemerintah. Selain itu juga bentuk biaya direalisasikan dalam bentuan alat pemangkas pohon
salak tersebut berupa kaos tangan, arit, mesin semprot air untuk menghilangkan abu, sepatu boot. Kegiatan tersebut diprediksi oleh
pemerintah dapat memulihkan sumber perekonomian dalam waktu satu sampai tiga tahun, namun satu tahun sudah mulai produktif.
Bantuan kebencanaan juga ada mbak pada saat masa pengungsian itu mendapat sembako. Setelah kembali ke tempat tinggal atau pulang
ngungsi itu bantuan dari swasta juga masih banyak diterima warga. Ada pula bantuan perbaikan rumah tapi untuk warga di sini yang
rusak parah hanya dua rumah saja dan itu dapat bantuan biaya perbaikan rumah. Bantuan ternak juga ada untuk hewan ternak
masyarakat yang mati pada saat Gunung meletus diganti oleh BPPD. hasil wawancara Selasa, 19 Mei 2015.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa cara masyarakat beradaptasi dengan lingkungan lereng Merapi adalah dengan
69
adanya kebiasaan dan pengalaman sejak kecil hidup di lereng Merapi. Kebiasaan tersebut yang membuat masyarakat dapat dengan tenang hidup di
lereng Merapi. Selain itu dalam segi perekonomian cara masyarakat menyesuaikan diri adalah dengan menyesuikan sumber daya alam yang ada
dengan bentuk pekerjaannya yaitu menjadi petani. Usaha masyarakat dalam bertahan hidup pasca terjadi erupsi Merapi adalah dengan beralih profesi
menjadi penambang pasir dan batu serta memulihkan kembali sumber mata pencaharian masyarakat sebagai petani dengan bantuan pemerintah.
E. Pembahasan