43
B. Keadaan  Perekonomian,  Kejiwaan  dan  Sosial  Masyarakat  Dusun Sumberejo
1.  Keadaan Perekonomian Masyarakat Dusun Sumberejo Sebagian besar masyarakat Dusun Sumberejo bekerja sebagai Petani,
PNS dan Pekerja Swasta. Mayoritas pekerjaan masyarakat ada pada sektor pertanian dikarenakan lahan yang dimiliki memadai dan tingkat kesuburan
tanah  yang  baik  di  Dusun  tersebut.    Masyarakat  sebagian  besar  memiliki sawah  ataupun  kebun  salak,  seperti  yang  terlihat  pada  saat  peneliti
melakukan observasi. Lingkungan Dusun Sumberejo nampak banyak pohon salak. Berikut hasil dokumentasi tersebut:
Gambar  2.  Kebun  Salak  Masyarakat  sebagai  sumber  pemenuhan  syarat dasar alamiah atau perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo.
Selain  tanaman  salak  beberapa  petani  juga  memilki  lahan  yang ditanami  padi  ataupun  sayur-sayuran,  karena  pada  mulanya  pertanian
44
masyarakat  adalah  pertanian  yang  berupa  tanaman  padi,  sayuran  dan palawija.  Seiring  perkembangan  zaman  pohon  salak  mulai  diminati
masyarakat hingga pada saat ini pertanian salak yang menjadi dominan di masyarakat Dusun Sumberejo. Bagi sebagian masyarakat penghasilan dari
kebun  salak  tersebut  sudah  cukup  untuk  memenuhi  kebutuhan  sehari-hari masyarakat,  seperti  yang  dikemukakan  oleh  ibu  SY  pada  wawancara  hari
Kamis, 16 April 2015 yang berpendapat seperti berikut: “Alhamdulilah mpun saget nyekapi kebutuhan bendintenipun kangge
tumbas  janganan  lawuh  mbak  hasil  wawancara  Kamis,  16  April 2015
Dari pernyataan beberapa warga tersebut  penghasilan masyarakat dari bertani  sudah  mencukupi  kebutuhan  dasar  masyarakat.  Hal  tersebut
dikarenakan  beban  hidup  yang  dimiliki  tidak  terlalu  berat,  misalnya  tidak membiayai  sekolah  anak.  Selain  beban  hidup  sebagian  masyarakat  juga
mempunyai pekerjaan pokok ataupun sambilan selain bertani. Hal tersebut yang  menjadikan  penghasilan  masyarakat  cukup  untuk  memenuhi
kebutuhan dasar mereka seperti makan, minum. Berbeda dengan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan sambilan, dan hanya mengandalkan hasil dari
bertani. Sebagian masyarakat merasa kekurangan, seperti yang diungkapkan oleh Bapak SK pada saat wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015 yang
berpendapat seperti berikut: “Dereng  mbak  katah  keperluan  kangge  sekolah  anak-anak,  yen
kanggge  bendinan  geh  mpun”  hasil  wawancara  Kamis,  16  April 2015
45
Dari pernyataan beberapa warga tersebut dapat diketahui pemenuhan kebutuhan untuk makan, minum atau dapat disebut dengan kebutuhan dasar
sudah dapat tercapai pemenuhannya dari hasil pekerjaannya sebagai petani. Namun,  selain  kebutuhan  pokok  masyarakat  harus  memenuhi  kebutuhan
lainnya seperti pendidikan untuk anaknya. Selain bertani masyarakat juga memiliki pekerjaan sambilan sebagai
peternak  sapi  ataupun  kambing.  Tanah  yang  subur  di  lereng  Merapi memungkinkan  untuk  masyarakat  memelihara  hewan  ternak  dikarenakan
ketersediaan  bahan  pakan  ternak  terpenuhi.  Rumput  yang  menjadi  pakan hewan ternak tumbuh subur di sekitar lingkungan masyarakat. Masyarakat
di  Dusun  Sumberejo  yang  memiliki  hewan  ternak  mempunyai  pekerjaan lain selain mengurus tanaman salak, yaitu merumput. Dari hasil wawancara
dengan  masyarakat  Dusun  Sumberejo  semua  masyarakat  di  Dusun  ini mempunyai hewan ternak baik sapi ataupun kambing. Hewan ternak yang
dipelihara  masyarakat  tidak  semuanya milik pribadi,  ada  pula  yang hanya buruh merawat hewan tersebut atau masyarakat jawa menyebutnya gadoh.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh ibu PN pada saat wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015, ibu tersebut berpendapat sebagai berikut:
“Liane ngurusi salak geh ngarit mbak, kangge tabungan niki sapine. Niki  sapine  mboten  kagungane  kiambak,  kulo  naming  buruh  gadoh
mawon mbak” hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 Sistem  buruh  atau  gadoh  tersebut  dalam  membagi  hasil  adalah
dengan cara membagi anak sapi atau hewan ternak yang sudah lahir, jika sapi  yang  dipelihara  sudah  melahirkan  anak  misalnya  saja  2  yang  1
46
menjadi  bagian  yang  merawat  atau  penggadoh  dan  yang  satunya  bagian untuk  pemilik  sapi.  Jika  hewan  ternak  belum  melahirkan  cara  membagi
hasilnya  adalah,  pemilik  hewan  ternak  mengambil  berapa  modal  yang dikeluarkan untuk membeli hewan ternak, kemudian sisa penjualan dibagi
dua.  Sistem  gadoh  tersebut  menguntungkan  bagi  kedua  belah  pihak. Masyarakat yang belum mampu membeli hewan ternak dapat merasakan
bagaimana  memelihara  dan  kelak  dapat  memiliki  sebagian  dari  hasil gadohnya  tersebut.  Bagi  pemilik  hewan  ternak  keuntungannya  adalah
tidak  harus  susah  payah  merawatnya,  tinggal  menunggu  hasilnya.  Pada saat  observasi  peneliti  menjumpai  beberapa  ibu-ibu  pulang  dari  sawah
menggendong rumput untuk hewan ternak yang dimilikinya. Berikut hasil dokumentasi usaha peternakan hewan yang dimiliki masyarakat setempat:
Gambar 3. Hewan Ternak salah satu Masyarakat yang merupakan hewan gadohan yang diajadikan pekerjaan sambilan oleh masyarakat
Dusun  Sumberejo  untuk  menunjang  perekonomian  sehingga sarat dasar alamiah masyarakat terpenuhi.
47
Selain pertanian di sektor salak masyarakat juga memiliki lahan sawah yang digunakan untuk menanam padi dan sayuran. Pertanian salak di Dusun
Sumberejo  sudah  maju  hal  tersebut  didukung  adanya  program  kerjasama dengan  Negara  Cina.  Kerjasama  yang  dimaksud  adalah  hasil  panen  salak
masyarakat  Sumberejo  di  ekspor  ke  Negara  Cina.  Produk  yang  di  ekspor berbentuk buah asli salak yang belum diolah menjadi bentuk makanan yang
lebih awet seperti dodol. Program tersebut dikelola oleh kelompok tani yang diketuai  oleh  Bapak  Sumadi.  Dalam  program  tersebut  terdapat  sistem
pembagian  kelompok  yaitu  setiap  periode  ekspor  salak  hanya  ada  satu kelompok  yang  mendapat  jatah  hasil  panennya  yang  diekspor.  Adapun
pembagian  jatah  tersebut  digolongkan  per  Rukun  Tangga  RT.  Sistem tersebut dimaksudkan agar hasil panen masyarakat dapat
dikelola secara adil. Hal tersebut sebagaimana yang  diungkapkan oleh ibu SJ  pada  saat  wawancara  hari  Kamis,  16  April  2015.  Berikut  hasil
wawancara tersebut: “Sekarang  ini  ada  kerjasama  ekspor  salak  ke  Cina,  pengurusnya
Kelompok  Tani  ketuanya  Bapak  Agus  Jrakah.  Kalo  di  sini  pak Sumadi,  itu  giliran  mbak  setiap  penduduk  dapet  jatah  sendiri  mbak
waktu nya per RT.” hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 Selain  kerjasama  dengan  Negara  Cina,  kelompok  tani  di  Dusun
tersebut  juga  sudah  memiliki  rencana  untuk  bekerjasama  dengan  Negara Eropa. Kerjasama dengan Negara Eropa kali ini masih dalam rencana dan
belum  disahkan.  Rencana  kerjasama  tersebut  sangat  menguntungkan  bagi masyarakat,  dikarenakan  nilai  jual  salak  harganya  stabil  dan  jauh  lebih
48
tinggi  dibandingkan  harga  pasar  di  daerah  tersebut.  Hal  tersebut dikemukakan oleh Ibu ST sewaktu peneliti melakukan wawancara pada hari
Kamis, 16 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Sudah  ada  kerjasama  ekspor  salak  ke  Cina  mbak,  tapi  harganya
menyesuaikan  dengan  harga  disini.  Beda  sama  yang  baru direncanakan  dengan  Eropa,  harganya  bisa  lebih  tinggi  Rp  1.000,00
atau  Rp  2.000,00kg  dibandingkan  harga  salak  disini,  tapi  yang  di Eropa masih wacana mbak belum disahkan” hasil wawancara Kamis,
16 April 2015 Hasil  wawancara  dan  observasi  dapat  diketahui  bagaimana  keadaan
perekonomian  masyarakat,  bahwa  pertanian  salak  menjadi  sumber  mata pencaharian  utama  bagi  masyarakat  yang  tidak  memiliki  pekerjaan  pokok
seperti PNS dan karyawan swasta. Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan dari  Bapak  SW  pada  hari  Kamis,  16  April  2015  selaku  Kepala  Dusun
Sumberejo, berikut hasil wawancara tersebut: “Pekerjaan warga kebanyakan dan hampir semua jadi petani. Tapi ada
juga yang jadi polisi, TNI, dan guru. Yang pasti semua warga disini semuanya petani, bisa jadi itu kerjaan pokok ataupun sambilan” hasil
wawancara Kamis, 16 April 2015 Perekonomian  masyarakat  Dusun  Sumberejo  sebagian  berasal  dari
hasil  pekerjaan  sebagai  petani.  Pertanian  yang  paling  banyak  di  Dusun Sumberejo adalah pertanian salak. Penghasilan dari pertanian salak tersebut
menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum dan sebagainya. Namun, diluar kebutuhan
tersebut  seperti  biaya  pendidikan  bagi  anaknya  masyarakat  yang  hanya mengandalkan  hasil  dari  panen  salak  masih  belum  mencukupi  kebutuhan
masyarakat.
49
2.  Keadaan Psikis atau Kejiwaan Masyarakat Keadaan yang dimaksud adalah perasaan tenang, jauh dari perasaan-
perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya.  Sebagai  masyarakat  yang  hidup  di  Lereng  Merapi  tentunya
memiliki  perasaan-perasaan  yang  berbeda  jika  dibandingkan  dengan masyarakat  perkotaan.  Adanya  kemungkinan  sewaktu-waktu  jika  Gunung
Merapi  meletus  membuat  keadaan  psikis  masyarakat  kurang  nyaman bertempat tinggal di Dusun tersebut. Namun, hal tersebut bagi masyarakat
Dusun Sumberejo tidak berlaku. Lingkungan masyarakat yang berada dekat dengan  Gunung  Merapi  tidak  mengurangi  rasa  nyaman  masyarakat  untuk
hidup  di  lingkungan  lereng  Merapi.  Masyarakat  merasa  senang,  nyaman, tentram bertempat tinggal di Dusun tersebut meskipun berada tepat dibawah
Gunung Merapi. Alasan masyarakat adalah meskipun tempat tersebut rawan bahaya  namun  masyarakat  sudah  terbiasa  karena  tempat  tersebut  adalah
tempat  kelahiran  bagi  masyarakat  yang  merupakan  penduduk  asli  Dusun Sumberejo.    Masyarakat  juga  berpendapat  bahwa  tinggal  di  Dusun
Sumberejo  masih  asri  jauh  dari  polusi  dan  keramaian  sehingga  membuat hati  merasa  tentram.  Pendapat  tersebut  diungkapkan  oleh  Ibu  SJ  pada
wawancara hari Kamis, 16 April 2015 sebagai berikut: “Seneng,  ayem  biar  dekat Gunung  Merapi  geh  tetep  tentrem” hasil
wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015 Masyarakat di Dusun Sumberejo sebagian besar merasa nyaman dan
senang bertempat tinggal di Lereng Merapi. Hal tersebut berdasarkan hasil
50
wawancara  dengan  masyarakat,  dan  hampir  semua  masyarakat  merasa tenang,  nyaman,  dan  senang  bertempat  tinggal  di  Dusun  tersebut.  Hasil
wawancara dengan ibu SH pada hari Kamis, 16 April 2015 sebagai berikut: “Seneng, mboten pripun-pripun mpun biasa tinggal teng mriki mbak
dadose  mboten  pripun-pripun  seneng  mawon.  hasil  wawancara Kamis, 16 April 2015
Masyarakat  sudah  terbiasa  menghadapi  keadaan  Gunung  Merapi sehingga masyarakat paham bagaimana mengatasi rasa takut yang sewaktu-
waktu  datang  ketika  Gunung  Merapi  sudah  ada  tanda-tanda  akan  Erupsi. Selain rasa senang, nyaman, tentram sebagian masyarakat juga merasa was-
was  tinggal  di  Dusun  tersebut.  Hal  tersebut  setelah  peneliti  melakukan penelitian yang lebih mendalam masyarakat yang merasa was-was dan takut
adalah  masyarakat  pendatang.  Masyarakat  pendatang  belum  terbiasa menghadapi  keadaan  sebagai  masyarakat  lereng  Merapi.  Namun,  ada
sebagian  masyarakat  yang  mempunyai  alasan  lain  mengapa  masyarakat tersebut merasa nyaman bertempat tinggal di Lereng Merapi. Berikut hasil
wawancara peneliti dengan Ibu PN: “Pasrah mawon mbak sak umpami taseh di sukani dalan, nopo umur
panjang  mesti  geh  kaleh  Gusti  Allah  diparingi  dalan  keslametan. Bencana  niku  enten  teng  pundi-pundi  dados  nek  sampun  wayahe
dipundut geh enten mawon jalane gusti Allah. Dados tenang mawon teng  mriki,  tidak  takut,  santai  mawon  ngoten”  hasil  wawancara
Kamis, 16 April 2015 Letusan  Gunung  Merapi  relatife  lebih  sering,  Gunung  ini  memiliki
siklus  empat  tahunan  dalam  erupsi.  Maksud  dari  siklus  tersebut  adalah dalam  kurun  waktu  empat  tahun  Gunung  Merapi  akan  mengalami  erupsi
51
baik  erupsi  besar  ataupun  kecil.  Masyarakat  yang  sudah  lama  bertempat tinggal  di  Lereng  Merapi  sudah  terbiasa  menghadapi  fenomena-fenomena
Gunung  Merapi  yang  akan  meletus.  Siklus  tersebut  juga  membuat masyarakat  mengerti  cara  mengantisipasi  akan  adanya  bahaya  erupsi
Merapi.  Masyarakat  yang  sejak  kecil  sudah  bertempat  tinggal  di  Dusun tersebut sudah mengerti bagaimana antisipasi yang harus dilakukan. Seperti
yang diungkapkan oleh ibu PN pada wawancara hari Jum’at, 17 April 2015 yang berpendapat seperti berikut:
“…ket riyen kulo alit mpun biasa teng mriki ngadepi bahaya. Tiang sepuh  kolu  riyen  geg  ngajari  nek  enten  nopo-nopo  mlayu  ngungsi
golek panggonan sing aman. Riyen ngungsi kiambak mbak evakuasi sendiri,  gendong  gombalan  mlayu  sak  playu-playune”.  hasil
wawancara Jum’at, 17 April 2015 Masyarakat  memiliki  cara  tersendiri  untuk  menghadapi    perasaan
gelisah pada saat bencana datang. Pada umumnya hal yang dilakukan adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat
berpendapat bahwa dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dan memohon perlindungan  dapat  mengurangi  rasa  kekhawatiran  dalam  menghadapi
bencana,  seperti  yang  diungkapkan  oleh  Bapak  DR  pada  wawancara  hari Jum’at, 17 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut:
“Geh  namung  ngibadah  e  mboten  kesupen  nyenyuwun  kalih  Gusti Allah  mugi-mugi  diparingi  slamet  dunyo  akhirat”.  hasil  wawancara
Jum’at, 17 April 2015 Kegiatan  di  dalam masyarakat dalam hubungannya  dengan  spiritual,
masyarakat  mengadakan  beberapa  acara  diantaranya  pengajian  setiap  hari jum’at  bagi  bapak-bapak,  sholawatan  yang  dilakukan  oleh  ibu-ibu,
52
mujadahan pada setiap hari senin, dan pengajian satu dusun pada hari sabtu setiap  dua  minggu  sekali.  Acara-acara  tersebut  bertujuan  untuk  berdoa
bersama  memohon  perlindungan  kepada  Tuhan,  serta  wujud  rasa terimakasih kepada Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikan. Selain
acara  tersebut  masyarakat  Dusun  Sumberejo  memiliki  tradisi  yang dilakukan  setiap  setahun  sekali  yaitu  Merti  Bumi.  Acara  ini  dilakukan
menurut  kalender  jawa  yang  jatuh  pada  setiap  bulan  Sapar.  Acara  Merti Bumi  ini  didalamnya  ada  beberapa  acara  diantaranya  doa  bersama  dan
setelah doa bersama selesai akan ada pertunjukkan wayang. Selain kegiatan tersebut  pemerintah  juga  memberikan  pendidikan  mitigasi  bencana  pada
masyarakat  lereng  Merapi.  Namun,  dari  beberapa  wawancara  dengan masyarakat pendidikan tersebut hanya untuk Kepala Dusun, ketua RT, dan
ketua  RW  bukan  untuk  seluruh  masyarakat  Dusun  Sumberejo.  Adapun pendidikan  mitigasi  bencana  tersebut  di  lakukan  dibalai  Desa  atau  kantor
kelurahan  Desa  Kaliurang.  Hal  tersebut  berdasarkan  hasil  wawancara dengan masyarakat, salah  satunya  adalah Bapak SK pada  wawancara  hari
Jum’at 17 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Pendidikan mitigasi bencana ada tapi hanya untuk pak Kadus kepala
Dusun, Pak RT, Pak Rw aja bukan untuk semua warga. Itu di balai Desa”
Hal  tersebut  diperkuat  oleh  pernyataan  dari  Bapak  Kadus  pada wawancara hari Kamis, 16 April 2015, berikut hasil wawancara tersebut:
Pendidikan mitigasi bencana untuk warga disini ada di Balai Desa tapi ya gak semua warga ikut mbak, cuman perangkat Desa saja yang ikut”
hasil wawancara Kamis, 16 April 2015
53
Dari  pernyataan  Kepala  Dusun  tersebut  membuktikan  bahwa  ada pendidikan  mitigasi  bencana  di  Dusun  Sumberejo  meskipun  bukan  untuk
semua  masyarakat.  Berdasarkan  hasil  wawancara  tersebut  juga  dapat diketahui  bahwa  kegiatan  pendidikan  mitigasi  bencana  diselenggarakan
pada  tingkat  pemerintahan  Desa.  Pemerintah  Desa  memang menyelenggarakan  pendidikan  tersebut  di  Balai  Desa  seperti  yang
diungkapkan  oleh  Kepala  Desa  Kaliurang  yaitu  Ibu  Kiptiyah  pada wawancara hari Selasa, 19 Mei 2015. Berikut hasil wawancara tersebut:
“Memang  pendidikan  mitigasi  bencana  itu  diselenggarakan  di  Balai Desa bekerjasama dengan BPPD dan Tim siaga bencana Desa untuk
kader-kader  Desa.  Untuk  tiap  Dusun  yang  mengikuti  pendidikan  ini adalah Kepala Dusunnya, sedangkan yang untuk semua warganya itu
adalah  kegiatan  simulasi  bencana  pada  saat  Merapi  dalam  keadaan bahaya” Selasa, 19 Mei 2015
Keadaan  psikis  atau  jiwa  masyarakat  Dusun  Sumberejo  yang bertempat  tinggal  di  Lereng  Merapi  dapat  disimpulkan  sementara,  bahwa
mereka tetap merasa nyaman, senang dan tentram. Hal tersebut dikarenakan masyarakat  yang  mayoritas  merupakan  penduduk  asli  di  Dusun  tersebut
sudah terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi. 3.  Keadaan Sosial Masyarakat
Masyarakat yang hidup di pedesaan lebih menjunjung sopan santun di lingkugan  masyarakat.  Begitupun  dengan  kehidupan  sosial  masyarakat
Dusun  Sumberejo. Interaksi  sosial antar  masyarakat  berjalan dengan  baik, interaksi  tersebut  dapat  peneliti  amati  pada  saat  penelitian  berlangsung.
Masyarakat  saling  menyapa  antar  masyarakat  lainya  ketika  berpapasan.
54
Salah satu kata umum yang peneliti temukan pada saat masyarakat berjalan melewati  masyarakat  lainnya  adalah  kata  kulanuwun.  Masyarakat  Jawa
sebagian besar mengerti apa makna dari kata tersebut, yaitu permisi. Sopan santun  masyarakat Dususn Sumberejo  dapat tercemin  dari  unggah-ungguh
tersebut. Dusun  Sumberejo  memiliki  beberapa  kegiatan  yang  bersifat  sosial,
diantaranya kerja bakti, selasa bersih, pengajian, sholawatan, arisan pacul, arisan  rumah.  Hal  tersebut  berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  Ibu  AW
pada hari Minggu, 19 April 2015 yang mengungkapkan hal sebagai berikut: “Banyak kegiatan mbak disini kayak kerja bakti gotong royong, selasa
bersih,  pengajian,  sholawatan,  arisan  pacul,  arisan  rumah  juga  ada mbak” hasil wawancara Minggu, 19 April 2015
Kegiatan  tersebut  sangat  berpengaruh  dalam  kehidupan  sosial masyarakat. Sebagian besar masyarakat mengikuti kegiatan tersebut sebagai
wujud  partisipasi  terhadap  adanya  kegiatan  yang  telah  diselenggarakan masyarakat. Bagi masyarakat yang tidak mengikuti kegiatan tersebut akan
dianggap  sebagai  masyarakat  yang  tidak  memiliki  jiwa  sosial.  Adanya kegiatan tersebut dapat meringankan beban masyarakat seperti arisan pacul,
dan  arisan  rumah.  Arisan  di  Dusun  ini  berbeda  dengan  arisan  pada umumnya. Arisan pacul adalah arisan dengan sistem yang berbeda dengan
arisan lainnya. Jika pada arisan pada biasanya setoran berupa uang, namun arisan  pacul  ini  berupa  tenaga  dari  anggota  arisan  tersebut .  Tenaga  yang
dimaksud  adalah  apabila  salah  satu  anggota  yang  mendapat  undian  salah satu masyarakat yang mengajukan diri untuk mendapat bagian maka hasil
55
yang  didapat  adalah  dengan  bentuk  tenaga  dari  anggota  arisan  untuk mencangkul  lahan  orang  tersebut.  Jadi  anggota  arisan  akan  mencangkul
tanpa  dibayar.  Kegiatan  ini  akan  meringankan  masyarakat  yang  memiliki pekerjaan yang ingin segera  diselesaikan tanpa harus mengeluarkan biaya.
Pada intinya kegiatan ini memiliki tujuan yang baik dengan sistem gotong royong yang didalamnya akan menumbuhkan jiwa sosial antar masyarakat.
Kegiatan lainnya adalah arisan rumah. Arisan rumah ini adalah bentuk kegiatan  sosial  yang  dibentuk  oleh  masyarakat.  Pada  arisan  ini  bentuk
setoran yang diberikan adalah tenaga untuk membangun rumah dan material berupa semen tiga sak. Selain itu anggota juga dapat menyetorkan arisannya
dengan  uang  sebesar  harga  semen  tiga  sak  tersebut.  Hal  tersebut  juga diungkapkan oleh Bapak DW pada wawancara hari Minggu, 19 April 2015.
Berikut hasil wawancara tersebut: “Arisan pacul dan arisan rumah sangat membantu kalo pas ada gawe
pekerjaan,  arisan  pacul  itu  kita  anggota  arisan  akan  membantu mencangkul sawah atau kebun dari orang yang mendapat arisan, tanpa
dibayar.  Kalo  arisan  rumah,  kita  masok  semen  tiga  sak  tiap  arisan sama  tenaga  membangun  rumah  atau  kandang  bagi  yang  mendapat
jatah arisan” hasil wawancara Minggu, 19 April 2015 Hal  tersebut  diperkuat  oleh  pernyataan  kepala  Dusun,  berikut  hasil
wawancara dengan Kepala Dusun pada hari Minggu, 19 April 2015: “Kegiatan sosial disini banyak, masyarakat juga memiliki partisipasi
yang  tinggi  pada  setiap  kegiatan  seperti  gotong  royong,  kerja  bakti, pengajian,  arisan  pacul  dan  arisan  rumah.  Arisan  pacul  itu  bisa
meringankan  warga  yang  lagi  punya  pekerjaan  di  sawah  yang mengharuskan dicangkul. Jadi arisan pacul ini anggotanya akan bantu
macul  di  tempat  anggota  tadi.  Kalo  arisan  rumah  setorannya  semen tiga sak kalo gak ya uang yang penting sama dengan harga semen tiga
sak  tadi,  dan  tenaga  untuk  membangun  apa  saja  yang  lagi  ingin
56
dibangun sama yang dapat arisan tadi” hasil wawancara Minggu, 19 April 2015
Kegiatan  yang  ada  di  Dusun  Sumberejo  tersebut  sangat  bermanfaat bagi anggota masyarakat lainnya. Setiap masyarakat sadar akan pentingnya
partisipasi  pada  setiap  kegiatan  yang  dilaksanakan  di  Dusun  tersebut. Kehidupan  sosial  masyarakt  berjalan  dengan  baik,  dan  kegiatan-kegiatan
sosial  yang  ada  di  masyarakat  sangat  bermanfaat  bagi  keberlangsungan hidup masyarakat Dusun Sumberejo.
C.  Budaya  Belajar  Masyarakat  sebagai  Sistem  Pengetahuan  Belajar Digunakan  untuk  Adaptasi  Dalam  Kerangka  untuk  Memenuhi  Tiga
Syarat Kebutuhan Hidup.
a.  Syarat Dasar Alamiah Perekonomian Sebagaimana  yang  sudah  diungkapkan  pada  hasil  penelitian  bahwa
keadaan perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo sudah baik. Dalam hal perekonomian  sebagai  masyarakat  yang  mayoritas  bekerja  sebagai  petani
masyarakat  mempunyai  kebiasaan-kebiasaan  dalam  hal  mengelola  bidang pertanian  yang  masyarakat  kerjakan.  Dalam  budaya  belajar  terdapat  pola
kelakuan  manusia  yang  berfungsi  sebagai  pedoman  hidup  dan  dianut bersama. Pola kelakuan tersebut  dalam  hal pertanian  berhubungan  dengan
bagaimana  pola,  cara,  pedoman  hidup  masyarakat  dalam  bercocok  tanam. Masyarakat Dusun Sumberejo semuanya memiliki lahan pertanian salak, hal
tersebut tentunya bagi masyarakat terdapat pola, cara, pedoman dalam hal bercocok  tanam.  Pedoman  yang  dianutoleh  masyarakat  dalam  hal  bertani
salak  adalah  dengan  mengikuti  keadaan  pohon  salak  tersebut.  Namun
57
musim  juga  menjadi  patokan  dan  pedoman  masyarakat  dalam mmendapatkan hasil pertanian yang melimpah. Musim di Indonesia terdiri
dari  musim  kemarau  dan  musim  hujan.  Pada  saat  musim  hujan  produksi salak  lebih  banyak  dibandingkan  dengan  musim  kemarau.  Hal  tersebut
dikarenakan kesuburan tanah yang menungkat akibat air hujan. Pada musim kemarau  pun  pohon  salak  akan  tetap  berbuah  meskipun  tidak  sebanyak
musim hujan. Sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa yang menjadi pedoman  atau  mangsa  dalam  bertani  salak  oleh  masyarakat  Dusun
Sumberejo adalah tanpa melihat mangsa tersebut. Oleh karena pohon salak tersebut  akan  tetap  berproduksi  pada  setiap  musim.  Dari  hasil  wawancara
dengan masyarakat kebiasaan yang masyarakat lakukan dalam hal pekerjaan adalah  merawat  salak  yang  didalamnya  ada  kegiatan  menyiangi,  merabuk
atau  memupuk  pohon  salak,  pemangkasan  dahan  pohon  salak  yang  sudah tua,  membuahi  salak  atau  dalam  bahasa  Jawa  sering  disebut  ngembangi
salak,  dan  yang  terakhir  memanen  salak.  Hal  tersebut  sesuai  yang diungkapkan oleh ibu SH pada saat wawancara hari Senin, 20 April 2015.
Berikut hasil wawancara tersebut: “Disawah ya ngurus salak mbak, ya matun salak memangkas dahan
salak yang sudah tua, ngembangi salak membuahi salak, merabuk memupuk,  terus  kalo  pas  waktunya  panen  manen  salak”  hasil
wawancara Senin, 20 April 2015 Kebiasaan-kebiasaan  tersebut  masyarakat  lakukan  dalam  bertani
dengan  terampil.  Ketrampilan  tersebut  tentunya  pada  mulanya  ada  suatu proses  belajar.  Berdasarkan  wawancara  dengan  beberapa  masyarakat,
58
masyarakat  mengungkapkan  bahwa  keterampilan  masyarakat  dalam melakukan  pekerjaan  berasal  dari  keterampilan  yang  masyarakat  pelajari
sendiri  atau  biasa  disebut  otodidak.  Selain  belajar  sendiri  masyarakat mendapatkan keterampilan dalam pekerjaan dengan belajar dari orang tua.
Berikut hasil wawancara dengan masyarakat salah satunya Bapak MR pada wawancara hari Senin, 20 April 2015:
“Kalo  masalah  ngerawat  salak  saya  bisa  sendiri  mbak  tanpa  ada yang  ngajarin,  keterampilan  itu  mengalir  sendiri  seperti  kalo  ada
bunga  salak  yang  sudah  mekar  ya  langsung  saya  kembangi membuahi itu bisa saya kerjakan tanpa ada yang ngajarin. Pada
awalnya ya cuma liat orang tua kalo pas disawah atau liat teman mengerjakan  itu  terus  saya  praktikkan  sendiri”  Senin”  hasil
wawancara 20 April 2015 Kegiatan dalam pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat petani
pada  umumnya  memang  tidak  membutuhkan  pembelajaran  khusus. Masyarakat  Dusun  Sumberejo  sudah  mendapatkan  keterampilan  dan
pengetahuan  tersebut  sejak  kecil.  Hal  tersebut  dikarenakan  sebagian besar masyarakat adalah penduduk asli dan orang tua memiliki pekerjaan
yang  sama  yaitu  sebagai  petani.  Pada  zaman  dahulu  sebelum  adanya perkembangan seperti saat ini masyarakat belajar secara naluriah. Tidak
ada  pembelajaran  khusus  yang  mendalam  bagaimana  masyarakat  harus melakukan  pekerjaan  pertanian  agar  hasil  yang  diperoleh  dapat
maksimal.  Namun  seiring  perkembangan  zaman  masyarakat  bisa mendapatkan pembelajaran khusus dari Dinas Pertanian. Dinas pertanian
melaukakan  program  penyuluhan    dengan  tujuan  memberikan pengetahuan  kepada  masyarakat  perihal  perawatan  pohon  salak.    Hal
59
tersebut  berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  masyarakat  yaitu  Ibu  SJ pada hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut:
“Penyuluhan  tentang  cara-cara  merawat  pohon  salak  dari  Dinas Pertanian.  Penyuluhannya  untuk  bapak-bapak  dan  anggota
kelompok tani terus pengetahuannya itu kemudian di sosialisasikan ke masyarakat lainnya.” hasil wawancara Senin, 20 April 2015
Adanya  penyuluhan  tersebut  bagi  masyarakat  dapat  memberikan pengetahuan  yang  lebih  dari  sebelumnya  yaitu  pengetahuan  tentang
bagaimana cara merawat pohon salak dengan cara yang baik yang dapat meningkatkan  hasil  panen  salak.  Pemerintah  Desa  Kaliurang
membenarkan bahwa penyuluhan dari Dinas Pertanian tersebut memang ada.  Pernyataan  tersebut  sebagaimana  diungkapkan  oleh  Kepala  Desa
Kaliurang  Ibu  Kiptiyah  pada  wawancara  hari  Selasa,  19  Mei  2015. Berikut hasil wawancara tersebut:
“Memang  ada  mbak  kegiatan  penyuluhan  tersebut.  PPS  tersebut diadakan setiap sebulan sekali di Kelompok Tani. Memang hanya
untuk anggota kelompok tani tapi di dalam kelompok tani tersebut setiap  selapan  kelmpok  mengadakan  selapanan  di  masing-masing
Dusun, sehingga pengetahuan dan informasi yang didapatkan pada saat  PPS  bisa  di  publikasikan  ke  warga  lainnya.  Jadinya  semua
masyarakat  bisa  mendapatkan  pengetahuan  tersebut”  hasil wawancara Selasa, 19 Mei 2015
Selain  adanya  penyuluhan,  perkembangan  zaman  juga  membawa perkembangan baik bagi dunia pertanian salak masyarakat yaitu dengan
adanya  kerjasama  dengan  Negara  Cina  untuk  ekspor  salak.  Bentuk kerjasama tersebut adalah hasil dari adanya suatu proses belajar. Budaya
belajar  masyarakat  dalam  bidang  perekonomian  dapat  disimpulkan sementara bahwa keterampilan tersebut diperolah dari adanya pewarisan
60
budaya. Masyarakat Dusun Sumberejo mayoritas adalah petani salak dan bagi  generasi  masyarakat  pada  usia  produktif  saat  ini  masyarakat
mendapatkan  usaha  pertanian  salak  tersebut  dari  warisan  orang  tua. Keterampilan  melakukan  pekerjaan  juga  pada  mulanya  dari  adanya
proses belajar yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pertanian  dan  peternakan  merupakan  sumber  perekonomian
masyarakat Dusun Sumberejo yang digunakan untuk pemenuhan syarat dasar  alamiah.  Dari  sumber  perekonomian  tersebut    sudah  dapat
mencukupi  syarat  dasar  alamiah  masyarakat  atau  kebutuhan  dasar masyarakat.  Pemenuhan  syarat  dasar  alamiah  atau  disebut  dengan
kebutuhan  biologis  seperti  pemenuhan  kebutuhan  makan  dan  minum dipenuhi dengan adanya sistem perekonomian yang didapat masyarakat
dari  bekerja  baik  sebagai  pegawai  ataupun  petani.  Budaya  belajar masyarakat  dalam  hal  pemenuhan  syarat  dasar  alamiah  adalah  dengan
pola belajar dimana proses belajar tersebut secara otodidak atau belajar sendiri.  Selain  belajar  sendiri  orangtua  juga  berperan  memberikan
pengetahuan  bagi  anaknya  dalam  hal  bercocok  tanam,  sehingga masyarakat sudah mendapatkan bekal pengetahuan sejak kecil kemudian
diimplementasikan  dalam  kehidupan  masyarakat  dan  dijadikan  suatu budaya belajar yang berlaku di masyarakat Dusun Sumberejo.
b.  Syarat Kejiwaan Berdasarkan  hasil  penelitian  kondisi  kejiwaan  masyarakat  Dusun
Sumberejo  adalah  tetap  nyaman  meskipun  hidup  di  lingkungan
61
berbahaya.  Masyarakat  terbiasa  dengan  keadaan  gunung  Merapi dikarenakan  Gunung  Merapi  termasuk  sering  mengalami  erupsi  dalam
100  tahun  terakhir  ini  rata-rata  terjadi  sekali  erupsi  dalam  2-5  tahun Balai  Penyelidikan  dan  Pengembangan  Teknologi  Kegunungapian
BPPTK  http:merapi.bgl.esdm.go.id
.
Dalam  kurun  waktu  2-5  tahun Gunung Merapi akan mengalami erupsi sehingga bagi masyarakat Dusun
Sumberejo hal tersebut sudah berulang terjadi dan dijadian pengalaman dalam  menghadapi  keadaan  tersebut.  Masyarakat  belajar  untuk
menghadapi  rasa  takut  bertempat  tinggal  di  lingkungan  lereng  Merapi dilakukan sejak kecil. Sejak kecil masyarakat yang merupakan penduduk
asli sudah terbiasa menghadapi fenomena Gunung Merapi, sehingga dari hal tersebut masyarakat dapat belajar untuk mengatasi rasa kegelisahan
atau  mengatur  keadaan  kejiwaan  mereka.  Masyarakat  belajar  untuk mengatasi  rasa  kegelisahan  ketika  Gunung  Merapi  sedang  menujukkan
tanda-tanda  akan  meletus  dengan  cara  mendekatkan  diri  kepada  Yang Maha  Esa.  Selain  itu  seiring  perkembangan  zaman  cara  masyarakat
mengatasi  rasa  kegelisahan  tersebut  dengan  cara  mengikuti  aturan  dari pemerintah.  Adanya  perkembangan  teknologi,  BPPTK  dapat
memberikan  laporan  aktivitas  gunung  Merapi.  Masyarakat  sekarang tinggal memantau status tersebut melalui kabar berita elektronik ataupun
cetak,  sehingga  kegelisahan  masyarakat  dapat  terminimalisir.  Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Bapak DR pada sesi wawancara
hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut:
62
“Geh  seumpami  situasinipun  gawat  ken  ngungsi  geh  ngungsi mawon mbak“ hasil wawancara Senin, 20 April 2015
Syarat  kejiwaan  masyarakat  Dusun  Sumberejo  yaitu  berupa  rasa nyaman,  tentram  bertempat  tinggal  di  lereng  Merapi  sudah  terpenuhi.
Cara masyarakat memenuhi syarat kejiwaan adalah dengan cara belajar dari  pengalaman  yang  berulang-ulang.  Masyarakat  yang  merupakan
penduduk asli terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi sejak kecil secara dekat. Hal tersebut berdampak pada kejiwaan masyarakat bahwa
masyarakat  terbiasa  dengan  keadaan  bahaya  sehingga  rasa  takut  dan gelisah dapat teratasi dengan sendirinya. Selain kebiasaan tersebut peran
pemerintah juga bedampak pada keadaan jiwa masyarakat. Pemerintah  khususnya  BPPTK  memberikan  informasi  tentang
perkembangan status Gunung Merapi yang dapat membantu masyarakat dalam  menempatkan  diri  pada  level  status  tersebut.  Dari  hasil  tersebut
dapat  ditarik  kesimpulan  sementara  bahwa  syarat  kejiwaan  masyarakat yang berupa rasa nyaman, tentram meskipun bertempat tinggal di daerah
rawan  bahaya  yaitu  lereng  Merapi  sudah  terpenuhi.  Cara  belajar masyarakat  dalam  menangani  keadaan  emosional  atau  kejiwaan
masyarakat  bertempat  tinggal  di  lereng  Merapi  adalah  dengan  pola kebiasaan  yang  didapatkan  dari  sejak  masyarakat  kecil.  Sehingga
keadaan  kejiwaan  mereka  sudah  terbiasa  akan  keadaan  bahaya  yang menyebabkan  tidak  adanya  atau  minumnya  rasa  kegelisahan  dan
kekhawatiran  pada  diri  masyarakat  meskipun  berada  dekat  dengan
63
bahaya.  Kebiasaan  tersebut  menjadi  sebuah  budaya  belajar  masyarakat untuk belajar menangani keadaan kejiwaan masyarakat bertempat tinggal
di lereng Merapi. c.  Syarat Dasar Sosial
Masyarakat belajar kehidupan sosial dari orang tua dan masyarakat sekitar. Banyaknya  kegiatan masyarakat yang  ada  di  Dusun  Sumberejo
yang  dapat  menjadi  tempat  belajar  untuk  mengembangkan  jiwa  sosial masyarakat.  Kegiatan  tersebut  diantaranya  kerja  bakti,  gotong  royong,
selasa  bersih,  pengajian,  sholawatan  dan  arisan  baik  arisan  pada umumnya  maupun  arisan  rumah  dan  arisan  pacul.  Hal  tersebut  sesuai
yang  diungkapkan  oleh  Ibu  PN  pada  wawancara  hari  Kamis,  16  April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut:
“Katah  mbak  teng  mriki  kerja  bakti,  selasa  bersih,  arisan, pengajian sholawatan“ hasil wawancara Kamis, 16 April 2015
Dari  kegiatan  tersebut  masyarakat  belajar  bersosialisasi  dengan masyarakat  lainnya.  Melalui  suatu  kegiatan  masyarakat  mendapatkan
pelajaran  bersosialisasi  dengan  lingkungannya.  Masyarakat  pendatang belajar  untuk  bersosialisasi  dengan  masyarakat  lainnya  adalah  dengan
berbagi  pengetahuan  dengan  sesama  masyarakat.  Hal  tersebut diungkapkan  oleh  Bapak  MK  pada  wawancara  hari    20  April  2015.
Berikut hasil wawancara tersebut: “Belajar srawung interaksi  dengan  masyarakat di sini  dari kecil
pasti sudah bisa karena dari sejak kecil hidupnya di Desa jadi tau gimana  cara  hidup  di  Desa  biar  gak  jadi  omongan  masyarakat.
Caranya  ikut-ikut  kegiatan  yang  ada  di  sini.  Kalo  gak  ya  Tanya
64
teman  gimana  biar  saya  bisa  menyatu  dengan  masyarakat  sini” hasil wawancara 20 April 2015
Kebiasaan-kebiasaan  yang  ada  di  masyarakat  dahulu  tentang bagaimana unggah-ungguh menjadi masyarakat Desa menjadi pedoman
bagi masyarakat Dusun Sumberejo dalam menjalani kehidupan sosial di masyarakat.  Pengetahuan  belajar  yang  didapatkan  dari  orangtua  serta
interaksi  di  dalam  kegiatan  masyarakat  menjadi  budaya  belajar masyarakat dalam kehidupan sosial. Pemenuhan kebutuhan syarat dasar
sosial bagi masyarakat Dusun Sumberejo sudah terpenuhi dengan adanya interaksi atau hubungan  yang ada di dalam masyarakat tersebut. Selain
itu masyarakat juga dapat mempelajari budaya sosial yang berlaku dari zaman  dahulu  hingga  sekarang  dari  kedua  orangtua.  Budaya  belajar
masyarakat  dalam  hal  kehidupan  sosial  juga  didapatkan  dari  adanya interaksi pada kegiatan yang ada di Dusun Sumberejo. Kegiatan tersebut
diantaranya  kerja  bakti,  gotong  royong,  sholawatan,  arisan,  dan pengajian.  Kegiatan-kegiatan  tersebut  dijadikan  tempat  belajar
bersosialisasi  dengan  masyarakat,  dan  proses  belajar  kehidupan  sosial terjadi setiap waktu di kehidupan masyarakat.
D.  Usaha  masyarakat  Dusun  Sumberejo  beradaptasi  terhadap lingkungan