Keadaan Perekonomian, Kejiwaan dan Sosial Masyarakat Dusun Sumberejo

43

B. Keadaan Perekonomian, Kejiwaan dan Sosial Masyarakat Dusun Sumberejo

1. Keadaan Perekonomian Masyarakat Dusun Sumberejo Sebagian besar masyarakat Dusun Sumberejo bekerja sebagai Petani, PNS dan Pekerja Swasta. Mayoritas pekerjaan masyarakat ada pada sektor pertanian dikarenakan lahan yang dimiliki memadai dan tingkat kesuburan tanah yang baik di Dusun tersebut. Masyarakat sebagian besar memiliki sawah ataupun kebun salak, seperti yang terlihat pada saat peneliti melakukan observasi. Lingkungan Dusun Sumberejo nampak banyak pohon salak. Berikut hasil dokumentasi tersebut: Gambar 2. Kebun Salak Masyarakat sebagai sumber pemenuhan syarat dasar alamiah atau perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo. Selain tanaman salak beberapa petani juga memilki lahan yang ditanami padi ataupun sayur-sayuran, karena pada mulanya pertanian 44 masyarakat adalah pertanian yang berupa tanaman padi, sayuran dan palawija. Seiring perkembangan zaman pohon salak mulai diminati masyarakat hingga pada saat ini pertanian salak yang menjadi dominan di masyarakat Dusun Sumberejo. Bagi sebagian masyarakat penghasilan dari kebun salak tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh ibu SY pada wawancara hari Kamis, 16 April 2015 yang berpendapat seperti berikut: “Alhamdulilah mpun saget nyekapi kebutuhan bendintenipun kangge tumbas janganan lawuh mbak hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 Dari pernyataan beberapa warga tersebut penghasilan masyarakat dari bertani sudah mencukupi kebutuhan dasar masyarakat. Hal tersebut dikarenakan beban hidup yang dimiliki tidak terlalu berat, misalnya tidak membiayai sekolah anak. Selain beban hidup sebagian masyarakat juga mempunyai pekerjaan pokok ataupun sambilan selain bertani. Hal tersebut yang menjadikan penghasilan masyarakat cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti makan, minum. Berbeda dengan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan sambilan, dan hanya mengandalkan hasil dari bertani. Sebagian masyarakat merasa kekurangan, seperti yang diungkapkan oleh Bapak SK pada saat wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015 yang berpendapat seperti berikut: “Dereng mbak katah keperluan kangge sekolah anak-anak, yen kanggge bendinan geh mpun” hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 45 Dari pernyataan beberapa warga tersebut dapat diketahui pemenuhan kebutuhan untuk makan, minum atau dapat disebut dengan kebutuhan dasar sudah dapat tercapai pemenuhannya dari hasil pekerjaannya sebagai petani. Namun, selain kebutuhan pokok masyarakat harus memenuhi kebutuhan lainnya seperti pendidikan untuk anaknya. Selain bertani masyarakat juga memiliki pekerjaan sambilan sebagai peternak sapi ataupun kambing. Tanah yang subur di lereng Merapi memungkinkan untuk masyarakat memelihara hewan ternak dikarenakan ketersediaan bahan pakan ternak terpenuhi. Rumput yang menjadi pakan hewan ternak tumbuh subur di sekitar lingkungan masyarakat. Masyarakat di Dusun Sumberejo yang memiliki hewan ternak mempunyai pekerjaan lain selain mengurus tanaman salak, yaitu merumput. Dari hasil wawancara dengan masyarakat Dusun Sumberejo semua masyarakat di Dusun ini mempunyai hewan ternak baik sapi ataupun kambing. Hewan ternak yang dipelihara masyarakat tidak semuanya milik pribadi, ada pula yang hanya buruh merawat hewan tersebut atau masyarakat jawa menyebutnya gadoh. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh ibu PN pada saat wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015, ibu tersebut berpendapat sebagai berikut: “Liane ngurusi salak geh ngarit mbak, kangge tabungan niki sapine. Niki sapine mboten kagungane kiambak, kulo naming buruh gadoh mawon mbak” hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 Sistem buruh atau gadoh tersebut dalam membagi hasil adalah dengan cara membagi anak sapi atau hewan ternak yang sudah lahir, jika sapi yang dipelihara sudah melahirkan anak misalnya saja 2 yang 1 46 menjadi bagian yang merawat atau penggadoh dan yang satunya bagian untuk pemilik sapi. Jika hewan ternak belum melahirkan cara membagi hasilnya adalah, pemilik hewan ternak mengambil berapa modal yang dikeluarkan untuk membeli hewan ternak, kemudian sisa penjualan dibagi dua. Sistem gadoh tersebut menguntungkan bagi kedua belah pihak. Masyarakat yang belum mampu membeli hewan ternak dapat merasakan bagaimana memelihara dan kelak dapat memiliki sebagian dari hasil gadohnya tersebut. Bagi pemilik hewan ternak keuntungannya adalah tidak harus susah payah merawatnya, tinggal menunggu hasilnya. Pada saat observasi peneliti menjumpai beberapa ibu-ibu pulang dari sawah menggendong rumput untuk hewan ternak yang dimilikinya. Berikut hasil dokumentasi usaha peternakan hewan yang dimiliki masyarakat setempat: Gambar 3. Hewan Ternak salah satu Masyarakat yang merupakan hewan gadohan yang diajadikan pekerjaan sambilan oleh masyarakat Dusun Sumberejo untuk menunjang perekonomian sehingga sarat dasar alamiah masyarakat terpenuhi. 47 Selain pertanian di sektor salak masyarakat juga memiliki lahan sawah yang digunakan untuk menanam padi dan sayuran. Pertanian salak di Dusun Sumberejo sudah maju hal tersebut didukung adanya program kerjasama dengan Negara Cina. Kerjasama yang dimaksud adalah hasil panen salak masyarakat Sumberejo di ekspor ke Negara Cina. Produk yang di ekspor berbentuk buah asli salak yang belum diolah menjadi bentuk makanan yang lebih awet seperti dodol. Program tersebut dikelola oleh kelompok tani yang diketuai oleh Bapak Sumadi. Dalam program tersebut terdapat sistem pembagian kelompok yaitu setiap periode ekspor salak hanya ada satu kelompok yang mendapat jatah hasil panennya yang diekspor. Adapun pembagian jatah tersebut digolongkan per Rukun Tangga RT. Sistem tersebut dimaksudkan agar hasil panen masyarakat dapat dikelola secara adil. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu SJ pada saat wawancara hari Kamis, 16 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Sekarang ini ada kerjasama ekspor salak ke Cina, pengurusnya Kelompok Tani ketuanya Bapak Agus Jrakah. Kalo di sini pak Sumadi, itu giliran mbak setiap penduduk dapet jatah sendiri mbak waktu nya per RT.” hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 Selain kerjasama dengan Negara Cina, kelompok tani di Dusun tersebut juga sudah memiliki rencana untuk bekerjasama dengan Negara Eropa. Kerjasama dengan Negara Eropa kali ini masih dalam rencana dan belum disahkan. Rencana kerjasama tersebut sangat menguntungkan bagi masyarakat, dikarenakan nilai jual salak harganya stabil dan jauh lebih 48 tinggi dibandingkan harga pasar di daerah tersebut. Hal tersebut dikemukakan oleh Ibu ST sewaktu peneliti melakukan wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Sudah ada kerjasama ekspor salak ke Cina mbak, tapi harganya menyesuaikan dengan harga disini. Beda sama yang baru direncanakan dengan Eropa, harganya bisa lebih tinggi Rp 1.000,00 atau Rp 2.000,00kg dibandingkan harga salak disini, tapi yang di Eropa masih wacana mbak belum disahkan” hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 Hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bagaimana keadaan perekonomian masyarakat, bahwa pertanian salak menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan pokok seperti PNS dan karyawan swasta. Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan dari Bapak SW pada hari Kamis, 16 April 2015 selaku Kepala Dusun Sumberejo, berikut hasil wawancara tersebut: “Pekerjaan warga kebanyakan dan hampir semua jadi petani. Tapi ada juga yang jadi polisi, TNI, dan guru. Yang pasti semua warga disini semuanya petani, bisa jadi itu kerjaan pokok ataupun sambilan” hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 Perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo sebagian berasal dari hasil pekerjaan sebagai petani. Pertanian yang paling banyak di Dusun Sumberejo adalah pertanian salak. Penghasilan dari pertanian salak tersebut menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum dan sebagainya. Namun, diluar kebutuhan tersebut seperti biaya pendidikan bagi anaknya masyarakat yang hanya mengandalkan hasil dari panen salak masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat. 49 2. Keadaan Psikis atau Kejiwaan Masyarakat Keadaan yang dimaksud adalah perasaan tenang, jauh dari perasaan- perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya. Sebagai masyarakat yang hidup di Lereng Merapi tentunya memiliki perasaan-perasaan yang berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Adanya kemungkinan sewaktu-waktu jika Gunung Merapi meletus membuat keadaan psikis masyarakat kurang nyaman bertempat tinggal di Dusun tersebut. Namun, hal tersebut bagi masyarakat Dusun Sumberejo tidak berlaku. Lingkungan masyarakat yang berada dekat dengan Gunung Merapi tidak mengurangi rasa nyaman masyarakat untuk hidup di lingkungan lereng Merapi. Masyarakat merasa senang, nyaman, tentram bertempat tinggal di Dusun tersebut meskipun berada tepat dibawah Gunung Merapi. Alasan masyarakat adalah meskipun tempat tersebut rawan bahaya namun masyarakat sudah terbiasa karena tempat tersebut adalah tempat kelahiran bagi masyarakat yang merupakan penduduk asli Dusun Sumberejo. Masyarakat juga berpendapat bahwa tinggal di Dusun Sumberejo masih asri jauh dari polusi dan keramaian sehingga membuat hati merasa tentram. Pendapat tersebut diungkapkan oleh Ibu SJ pada wawancara hari Kamis, 16 April 2015 sebagai berikut: “Seneng, ayem biar dekat Gunung Merapi geh tetep tentrem” hasil wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015 Masyarakat di Dusun Sumberejo sebagian besar merasa nyaman dan senang bertempat tinggal di Lereng Merapi. Hal tersebut berdasarkan hasil 50 wawancara dengan masyarakat, dan hampir semua masyarakat merasa tenang, nyaman, dan senang bertempat tinggal di Dusun tersebut. Hasil wawancara dengan ibu SH pada hari Kamis, 16 April 2015 sebagai berikut: “Seneng, mboten pripun-pripun mpun biasa tinggal teng mriki mbak dadose mboten pripun-pripun seneng mawon. hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 Masyarakat sudah terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi sehingga masyarakat paham bagaimana mengatasi rasa takut yang sewaktu- waktu datang ketika Gunung Merapi sudah ada tanda-tanda akan Erupsi. Selain rasa senang, nyaman, tentram sebagian masyarakat juga merasa was- was tinggal di Dusun tersebut. Hal tersebut setelah peneliti melakukan penelitian yang lebih mendalam masyarakat yang merasa was-was dan takut adalah masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang belum terbiasa menghadapi keadaan sebagai masyarakat lereng Merapi. Namun, ada sebagian masyarakat yang mempunyai alasan lain mengapa masyarakat tersebut merasa nyaman bertempat tinggal di Lereng Merapi. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu PN: “Pasrah mawon mbak sak umpami taseh di sukani dalan, nopo umur panjang mesti geh kaleh Gusti Allah diparingi dalan keslametan. Bencana niku enten teng pundi-pundi dados nek sampun wayahe dipundut geh enten mawon jalane gusti Allah. Dados tenang mawon teng mriki, tidak takut, santai mawon ngoten” hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 Letusan Gunung Merapi relatife lebih sering, Gunung ini memiliki siklus empat tahunan dalam erupsi. Maksud dari siklus tersebut adalah dalam kurun waktu empat tahun Gunung Merapi akan mengalami erupsi 51 baik erupsi besar ataupun kecil. Masyarakat yang sudah lama bertempat tinggal di Lereng Merapi sudah terbiasa menghadapi fenomena-fenomena Gunung Merapi yang akan meletus. Siklus tersebut juga membuat masyarakat mengerti cara mengantisipasi akan adanya bahaya erupsi Merapi. Masyarakat yang sejak kecil sudah bertempat tinggal di Dusun tersebut sudah mengerti bagaimana antisipasi yang harus dilakukan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu PN pada wawancara hari Jum’at, 17 April 2015 yang berpendapat seperti berikut: “…ket riyen kulo alit mpun biasa teng mriki ngadepi bahaya. Tiang sepuh kolu riyen geg ngajari nek enten nopo-nopo mlayu ngungsi golek panggonan sing aman. Riyen ngungsi kiambak mbak evakuasi sendiri, gendong gombalan mlayu sak playu-playune”. hasil wawancara Jum’at, 17 April 2015 Masyarakat memiliki cara tersendiri untuk menghadapi perasaan gelisah pada saat bencana datang. Pada umumnya hal yang dilakukan adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat berpendapat bahwa dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dan memohon perlindungan dapat mengurangi rasa kekhawatiran dalam menghadapi bencana, seperti yang diungkapkan oleh Bapak DR pada wawancara hari Jum’at, 17 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Geh namung ngibadah e mboten kesupen nyenyuwun kalih Gusti Allah mugi-mugi diparingi slamet dunyo akhirat”. hasil wawancara Jum’at, 17 April 2015 Kegiatan di dalam masyarakat dalam hubungannya dengan spiritual, masyarakat mengadakan beberapa acara diantaranya pengajian setiap hari jum’at bagi bapak-bapak, sholawatan yang dilakukan oleh ibu-ibu, 52 mujadahan pada setiap hari senin, dan pengajian satu dusun pada hari sabtu setiap dua minggu sekali. Acara-acara tersebut bertujuan untuk berdoa bersama memohon perlindungan kepada Tuhan, serta wujud rasa terimakasih kepada Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikan. Selain acara tersebut masyarakat Dusun Sumberejo memiliki tradisi yang dilakukan setiap setahun sekali yaitu Merti Bumi. Acara ini dilakukan menurut kalender jawa yang jatuh pada setiap bulan Sapar. Acara Merti Bumi ini didalamnya ada beberapa acara diantaranya doa bersama dan setelah doa bersama selesai akan ada pertunjukkan wayang. Selain kegiatan tersebut pemerintah juga memberikan pendidikan mitigasi bencana pada masyarakat lereng Merapi. Namun, dari beberapa wawancara dengan masyarakat pendidikan tersebut hanya untuk Kepala Dusun, ketua RT, dan ketua RW bukan untuk seluruh masyarakat Dusun Sumberejo. Adapun pendidikan mitigasi bencana tersebut di lakukan dibalai Desa atau kantor kelurahan Desa Kaliurang. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, salah satunya adalah Bapak SK pada wawancara hari Jum’at 17 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Pendidikan mitigasi bencana ada tapi hanya untuk pak Kadus kepala Dusun, Pak RT, Pak Rw aja bukan untuk semua warga. Itu di balai Desa” Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Bapak Kadus pada wawancara hari Kamis, 16 April 2015, berikut hasil wawancara tersebut: Pendidikan mitigasi bencana untuk warga disini ada di Balai Desa tapi ya gak semua warga ikut mbak, cuman perangkat Desa saja yang ikut” hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 53 Dari pernyataan Kepala Dusun tersebut membuktikan bahwa ada pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo meskipun bukan untuk semua masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara tersebut juga dapat diketahui bahwa kegiatan pendidikan mitigasi bencana diselenggarakan pada tingkat pemerintahan Desa. Pemerintah Desa memang menyelenggarakan pendidikan tersebut di Balai Desa seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Kaliurang yaitu Ibu Kiptiyah pada wawancara hari Selasa, 19 Mei 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Memang pendidikan mitigasi bencana itu diselenggarakan di Balai Desa bekerjasama dengan BPPD dan Tim siaga bencana Desa untuk kader-kader Desa. Untuk tiap Dusun yang mengikuti pendidikan ini adalah Kepala Dusunnya, sedangkan yang untuk semua warganya itu adalah kegiatan simulasi bencana pada saat Merapi dalam keadaan bahaya” Selasa, 19 Mei 2015 Keadaan psikis atau jiwa masyarakat Dusun Sumberejo yang bertempat tinggal di Lereng Merapi dapat disimpulkan sementara, bahwa mereka tetap merasa nyaman, senang dan tentram. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang mayoritas merupakan penduduk asli di Dusun tersebut sudah terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi. 3. Keadaan Sosial Masyarakat Masyarakat yang hidup di pedesaan lebih menjunjung sopan santun di lingkugan masyarakat. Begitupun dengan kehidupan sosial masyarakat Dusun Sumberejo. Interaksi sosial antar masyarakat berjalan dengan baik, interaksi tersebut dapat peneliti amati pada saat penelitian berlangsung. Masyarakat saling menyapa antar masyarakat lainya ketika berpapasan. 54 Salah satu kata umum yang peneliti temukan pada saat masyarakat berjalan melewati masyarakat lainnya adalah kata kulanuwun. Masyarakat Jawa sebagian besar mengerti apa makna dari kata tersebut, yaitu permisi. Sopan santun masyarakat Dususn Sumberejo dapat tercemin dari unggah-ungguh tersebut. Dusun Sumberejo memiliki beberapa kegiatan yang bersifat sosial, diantaranya kerja bakti, selasa bersih, pengajian, sholawatan, arisan pacul, arisan rumah. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu AW pada hari Minggu, 19 April 2015 yang mengungkapkan hal sebagai berikut: “Banyak kegiatan mbak disini kayak kerja bakti gotong royong, selasa bersih, pengajian, sholawatan, arisan pacul, arisan rumah juga ada mbak” hasil wawancara Minggu, 19 April 2015 Kegiatan tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagian besar masyarakat mengikuti kegiatan tersebut sebagai wujud partisipasi terhadap adanya kegiatan yang telah diselenggarakan masyarakat. Bagi masyarakat yang tidak mengikuti kegiatan tersebut akan dianggap sebagai masyarakat yang tidak memiliki jiwa sosial. Adanya kegiatan tersebut dapat meringankan beban masyarakat seperti arisan pacul, dan arisan rumah. Arisan di Dusun ini berbeda dengan arisan pada umumnya. Arisan pacul adalah arisan dengan sistem yang berbeda dengan arisan lainnya. Jika pada arisan pada biasanya setoran berupa uang, namun arisan pacul ini berupa tenaga dari anggota arisan tersebut . Tenaga yang dimaksud adalah apabila salah satu anggota yang mendapat undian salah satu masyarakat yang mengajukan diri untuk mendapat bagian maka hasil 55 yang didapat adalah dengan bentuk tenaga dari anggota arisan untuk mencangkul lahan orang tersebut. Jadi anggota arisan akan mencangkul tanpa dibayar. Kegiatan ini akan meringankan masyarakat yang memiliki pekerjaan yang ingin segera diselesaikan tanpa harus mengeluarkan biaya. Pada intinya kegiatan ini memiliki tujuan yang baik dengan sistem gotong royong yang didalamnya akan menumbuhkan jiwa sosial antar masyarakat. Kegiatan lainnya adalah arisan rumah. Arisan rumah ini adalah bentuk kegiatan sosial yang dibentuk oleh masyarakat. Pada arisan ini bentuk setoran yang diberikan adalah tenaga untuk membangun rumah dan material berupa semen tiga sak. Selain itu anggota juga dapat menyetorkan arisannya dengan uang sebesar harga semen tiga sak tersebut. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak DW pada wawancara hari Minggu, 19 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Arisan pacul dan arisan rumah sangat membantu kalo pas ada gawe pekerjaan, arisan pacul itu kita anggota arisan akan membantu mencangkul sawah atau kebun dari orang yang mendapat arisan, tanpa dibayar. Kalo arisan rumah, kita masok semen tiga sak tiap arisan sama tenaga membangun rumah atau kandang bagi yang mendapat jatah arisan” hasil wawancara Minggu, 19 April 2015 Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan kepala Dusun, berikut hasil wawancara dengan Kepala Dusun pada hari Minggu, 19 April 2015: “Kegiatan sosial disini banyak, masyarakat juga memiliki partisipasi yang tinggi pada setiap kegiatan seperti gotong royong, kerja bakti, pengajian, arisan pacul dan arisan rumah. Arisan pacul itu bisa meringankan warga yang lagi punya pekerjaan di sawah yang mengharuskan dicangkul. Jadi arisan pacul ini anggotanya akan bantu macul di tempat anggota tadi. Kalo arisan rumah setorannya semen tiga sak kalo gak ya uang yang penting sama dengan harga semen tiga sak tadi, dan tenaga untuk membangun apa saja yang lagi ingin 56 dibangun sama yang dapat arisan tadi” hasil wawancara Minggu, 19 April 2015 Kegiatan yang ada di Dusun Sumberejo tersebut sangat bermanfaat bagi anggota masyarakat lainnya. Setiap masyarakat sadar akan pentingnya partisipasi pada setiap kegiatan yang dilaksanakan di Dusun tersebut. Kehidupan sosial masyarakt berjalan dengan baik, dan kegiatan-kegiatan sosial yang ada di masyarakat sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup masyarakat Dusun Sumberejo. C. Budaya Belajar Masyarakat sebagai Sistem Pengetahuan Belajar Digunakan untuk Adaptasi Dalam Kerangka untuk Memenuhi Tiga Syarat Kebutuhan Hidup. a. Syarat Dasar Alamiah Perekonomian Sebagaimana yang sudah diungkapkan pada hasil penelitian bahwa keadaan perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo sudah baik. Dalam hal perekonomian sebagai masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani masyarakat mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam hal mengelola bidang pertanian yang masyarakat kerjakan. Dalam budaya belajar terdapat pola kelakuan manusia yang berfungsi sebagai pedoman hidup dan dianut bersama. Pola kelakuan tersebut dalam hal pertanian berhubungan dengan bagaimana pola, cara, pedoman hidup masyarakat dalam bercocok tanam. Masyarakat Dusun Sumberejo semuanya memiliki lahan pertanian salak, hal tersebut tentunya bagi masyarakat terdapat pola, cara, pedoman dalam hal bercocok tanam. Pedoman yang dianutoleh masyarakat dalam hal bertani salak adalah dengan mengikuti keadaan pohon salak tersebut. Namun 57 musim juga menjadi patokan dan pedoman masyarakat dalam mmendapatkan hasil pertanian yang melimpah. Musim di Indonesia terdiri dari musim kemarau dan musim hujan. Pada saat musim hujan produksi salak lebih banyak dibandingkan dengan musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan kesuburan tanah yang menungkat akibat air hujan. Pada musim kemarau pun pohon salak akan tetap berbuah meskipun tidak sebanyak musim hujan. Sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa yang menjadi pedoman atau mangsa dalam bertani salak oleh masyarakat Dusun Sumberejo adalah tanpa melihat mangsa tersebut. Oleh karena pohon salak tersebut akan tetap berproduksi pada setiap musim. Dari hasil wawancara dengan masyarakat kebiasaan yang masyarakat lakukan dalam hal pekerjaan adalah merawat salak yang didalamnya ada kegiatan menyiangi, merabuk atau memupuk pohon salak, pemangkasan dahan pohon salak yang sudah tua, membuahi salak atau dalam bahasa Jawa sering disebut ngembangi salak, dan yang terakhir memanen salak. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh ibu SH pada saat wawancara hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Disawah ya ngurus salak mbak, ya matun salak memangkas dahan salak yang sudah tua, ngembangi salak membuahi salak, merabuk memupuk, terus kalo pas waktunya panen manen salak” hasil wawancara Senin, 20 April 2015 Kebiasaan-kebiasaan tersebut masyarakat lakukan dalam bertani dengan terampil. Ketrampilan tersebut tentunya pada mulanya ada suatu proses belajar. Berdasarkan wawancara dengan beberapa masyarakat, 58 masyarakat mengungkapkan bahwa keterampilan masyarakat dalam melakukan pekerjaan berasal dari keterampilan yang masyarakat pelajari sendiri atau biasa disebut otodidak. Selain belajar sendiri masyarakat mendapatkan keterampilan dalam pekerjaan dengan belajar dari orang tua. Berikut hasil wawancara dengan masyarakat salah satunya Bapak MR pada wawancara hari Senin, 20 April 2015: “Kalo masalah ngerawat salak saya bisa sendiri mbak tanpa ada yang ngajarin, keterampilan itu mengalir sendiri seperti kalo ada bunga salak yang sudah mekar ya langsung saya kembangi membuahi itu bisa saya kerjakan tanpa ada yang ngajarin. Pada awalnya ya cuma liat orang tua kalo pas disawah atau liat teman mengerjakan itu terus saya praktikkan sendiri” Senin” hasil wawancara 20 April 2015 Kegiatan dalam pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat petani pada umumnya memang tidak membutuhkan pembelajaran khusus. Masyarakat Dusun Sumberejo sudah mendapatkan keterampilan dan pengetahuan tersebut sejak kecil. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat adalah penduduk asli dan orang tua memiliki pekerjaan yang sama yaitu sebagai petani. Pada zaman dahulu sebelum adanya perkembangan seperti saat ini masyarakat belajar secara naluriah. Tidak ada pembelajaran khusus yang mendalam bagaimana masyarakat harus melakukan pekerjaan pertanian agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Namun seiring perkembangan zaman masyarakat bisa mendapatkan pembelajaran khusus dari Dinas Pertanian. Dinas pertanian melaukakan program penyuluhan dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada masyarakat perihal perawatan pohon salak. Hal 59 tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yaitu Ibu SJ pada hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Penyuluhan tentang cara-cara merawat pohon salak dari Dinas Pertanian. Penyuluhannya untuk bapak-bapak dan anggota kelompok tani terus pengetahuannya itu kemudian di sosialisasikan ke masyarakat lainnya.” hasil wawancara Senin, 20 April 2015 Adanya penyuluhan tersebut bagi masyarakat dapat memberikan pengetahuan yang lebih dari sebelumnya yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara merawat pohon salak dengan cara yang baik yang dapat meningkatkan hasil panen salak. Pemerintah Desa Kaliurang membenarkan bahwa penyuluhan dari Dinas Pertanian tersebut memang ada. Pernyataan tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Desa Kaliurang Ibu Kiptiyah pada wawancara hari Selasa, 19 Mei 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Memang ada mbak kegiatan penyuluhan tersebut. PPS tersebut diadakan setiap sebulan sekali di Kelompok Tani. Memang hanya untuk anggota kelompok tani tapi di dalam kelompok tani tersebut setiap selapan kelmpok mengadakan selapanan di masing-masing Dusun, sehingga pengetahuan dan informasi yang didapatkan pada saat PPS bisa di publikasikan ke warga lainnya. Jadinya semua masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tersebut” hasil wawancara Selasa, 19 Mei 2015 Selain adanya penyuluhan, perkembangan zaman juga membawa perkembangan baik bagi dunia pertanian salak masyarakat yaitu dengan adanya kerjasama dengan Negara Cina untuk ekspor salak. Bentuk kerjasama tersebut adalah hasil dari adanya suatu proses belajar. Budaya belajar masyarakat dalam bidang perekonomian dapat disimpulkan sementara bahwa keterampilan tersebut diperolah dari adanya pewarisan 60 budaya. Masyarakat Dusun Sumberejo mayoritas adalah petani salak dan bagi generasi masyarakat pada usia produktif saat ini masyarakat mendapatkan usaha pertanian salak tersebut dari warisan orang tua. Keterampilan melakukan pekerjaan juga pada mulanya dari adanya proses belajar yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pertanian dan peternakan merupakan sumber perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo yang digunakan untuk pemenuhan syarat dasar alamiah. Dari sumber perekonomian tersebut sudah dapat mencukupi syarat dasar alamiah masyarakat atau kebutuhan dasar masyarakat. Pemenuhan syarat dasar alamiah atau disebut dengan kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan dan minum dipenuhi dengan adanya sistem perekonomian yang didapat masyarakat dari bekerja baik sebagai pegawai ataupun petani. Budaya belajar masyarakat dalam hal pemenuhan syarat dasar alamiah adalah dengan pola belajar dimana proses belajar tersebut secara otodidak atau belajar sendiri. Selain belajar sendiri orangtua juga berperan memberikan pengetahuan bagi anaknya dalam hal bercocok tanam, sehingga masyarakat sudah mendapatkan bekal pengetahuan sejak kecil kemudian diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan suatu budaya belajar yang berlaku di masyarakat Dusun Sumberejo. b. Syarat Kejiwaan Berdasarkan hasil penelitian kondisi kejiwaan masyarakat Dusun Sumberejo adalah tetap nyaman meskipun hidup di lingkungan 61 berbahaya. Masyarakat terbiasa dengan keadaan gunung Merapi dikarenakan Gunung Merapi termasuk sering mengalami erupsi dalam 100 tahun terakhir ini rata-rata terjadi sekali erupsi dalam 2-5 tahun Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian BPPTK http:merapi.bgl.esdm.go.id . Dalam kurun waktu 2-5 tahun Gunung Merapi akan mengalami erupsi sehingga bagi masyarakat Dusun Sumberejo hal tersebut sudah berulang terjadi dan dijadian pengalaman dalam menghadapi keadaan tersebut. Masyarakat belajar untuk menghadapi rasa takut bertempat tinggal di lingkungan lereng Merapi dilakukan sejak kecil. Sejak kecil masyarakat yang merupakan penduduk asli sudah terbiasa menghadapi fenomena Gunung Merapi, sehingga dari hal tersebut masyarakat dapat belajar untuk mengatasi rasa kegelisahan atau mengatur keadaan kejiwaan mereka. Masyarakat belajar untuk mengatasi rasa kegelisahan ketika Gunung Merapi sedang menujukkan tanda-tanda akan meletus dengan cara mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa. Selain itu seiring perkembangan zaman cara masyarakat mengatasi rasa kegelisahan tersebut dengan cara mengikuti aturan dari pemerintah. Adanya perkembangan teknologi, BPPTK dapat memberikan laporan aktivitas gunung Merapi. Masyarakat sekarang tinggal memantau status tersebut melalui kabar berita elektronik ataupun cetak, sehingga kegelisahan masyarakat dapat terminimalisir. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Bapak DR pada sesi wawancara hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: 62 “Geh seumpami situasinipun gawat ken ngungsi geh ngungsi mawon mbak“ hasil wawancara Senin, 20 April 2015 Syarat kejiwaan masyarakat Dusun Sumberejo yaitu berupa rasa nyaman, tentram bertempat tinggal di lereng Merapi sudah terpenuhi. Cara masyarakat memenuhi syarat kejiwaan adalah dengan cara belajar dari pengalaman yang berulang-ulang. Masyarakat yang merupakan penduduk asli terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi sejak kecil secara dekat. Hal tersebut berdampak pada kejiwaan masyarakat bahwa masyarakat terbiasa dengan keadaan bahaya sehingga rasa takut dan gelisah dapat teratasi dengan sendirinya. Selain kebiasaan tersebut peran pemerintah juga bedampak pada keadaan jiwa masyarakat. Pemerintah khususnya BPPTK memberikan informasi tentang perkembangan status Gunung Merapi yang dapat membantu masyarakat dalam menempatkan diri pada level status tersebut. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa syarat kejiwaan masyarakat yang berupa rasa nyaman, tentram meskipun bertempat tinggal di daerah rawan bahaya yaitu lereng Merapi sudah terpenuhi. Cara belajar masyarakat dalam menangani keadaan emosional atau kejiwaan masyarakat bertempat tinggal di lereng Merapi adalah dengan pola kebiasaan yang didapatkan dari sejak masyarakat kecil. Sehingga keadaan kejiwaan mereka sudah terbiasa akan keadaan bahaya yang menyebabkan tidak adanya atau minumnya rasa kegelisahan dan kekhawatiran pada diri masyarakat meskipun berada dekat dengan 63 bahaya. Kebiasaan tersebut menjadi sebuah budaya belajar masyarakat untuk belajar menangani keadaan kejiwaan masyarakat bertempat tinggal di lereng Merapi. c. Syarat Dasar Sosial Masyarakat belajar kehidupan sosial dari orang tua dan masyarakat sekitar. Banyaknya kegiatan masyarakat yang ada di Dusun Sumberejo yang dapat menjadi tempat belajar untuk mengembangkan jiwa sosial masyarakat. Kegiatan tersebut diantaranya kerja bakti, gotong royong, selasa bersih, pengajian, sholawatan dan arisan baik arisan pada umumnya maupun arisan rumah dan arisan pacul. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Ibu PN pada wawancara hari Kamis, 16 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Katah mbak teng mriki kerja bakti, selasa bersih, arisan, pengajian sholawatan“ hasil wawancara Kamis, 16 April 2015 Dari kegiatan tersebut masyarakat belajar bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Melalui suatu kegiatan masyarakat mendapatkan pelajaran bersosialisasi dengan lingkungannya. Masyarakat pendatang belajar untuk bersosialisasi dengan masyarakat lainnya adalah dengan berbagi pengetahuan dengan sesama masyarakat. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak MK pada wawancara hari 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Belajar srawung interaksi dengan masyarakat di sini dari kecil pasti sudah bisa karena dari sejak kecil hidupnya di Desa jadi tau gimana cara hidup di Desa biar gak jadi omongan masyarakat. Caranya ikut-ikut kegiatan yang ada di sini. Kalo gak ya Tanya 64 teman gimana biar saya bisa menyatu dengan masyarakat sini” hasil wawancara 20 April 2015 Kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat dahulu tentang bagaimana unggah-ungguh menjadi masyarakat Desa menjadi pedoman bagi masyarakat Dusun Sumberejo dalam menjalani kehidupan sosial di masyarakat. Pengetahuan belajar yang didapatkan dari orangtua serta interaksi di dalam kegiatan masyarakat menjadi budaya belajar masyarakat dalam kehidupan sosial. Pemenuhan kebutuhan syarat dasar sosial bagi masyarakat Dusun Sumberejo sudah terpenuhi dengan adanya interaksi atau hubungan yang ada di dalam masyarakat tersebut. Selain itu masyarakat juga dapat mempelajari budaya sosial yang berlaku dari zaman dahulu hingga sekarang dari kedua orangtua. Budaya belajar masyarakat dalam hal kehidupan sosial juga didapatkan dari adanya interaksi pada kegiatan yang ada di Dusun Sumberejo. Kegiatan tersebut diantaranya kerja bakti, gotong royong, sholawatan, arisan, dan pengajian. Kegiatan-kegiatan tersebut dijadikan tempat belajar bersosialisasi dengan masyarakat, dan proses belajar kehidupan sosial terjadi setiap waktu di kehidupan masyarakat.

D. Usaha masyarakat Dusun Sumberejo beradaptasi terhadap lingkungan