Struktur Musik Deskripsi Teori

diterapkan pada musik. Istilah tersebut terkait dengan bentuk-bentuk yang mempunyai suatu refrain yang selalu kembali recurrent. Stein, 2011:112 Sedangkan meurut Prier 1996:64 Rondo berarti “lagu berputar”: maksudnya “refren”. Maka Rondo mirip dengan bentuk lagu refren – solis, seperti lazim dipakai dalam lagu pantun dsb. Hanyalah perlu dicatat bahwa Rondo adalah bentuk musik instrumental. Prier juga mengatakan bahwa, Rondo dikuasai oleh prinsip: kembali kepada lagu semula setelah mengalami lagu yang berlainan. Rondo dimulai dengan sebuah “refren” yang disebut A. Refren A dapat terdiri dari satu periode saja atau dua periode. Biasanya Rondo dimulai dengan refren tersebut. Termasuk ciri khas Rondo bahwa refren setidak-tidaknya muncul tiga kali bila ia hanya muncul dua kali, maka bentuk nya adalah A – B – A atau bentuk lagu tiga bagian dan bukan rondo Menurut Stein 2011:112 Rondo sebagai sebuah bentuk seharusnya tidak dibingungkan dengan pemahaman tentang rondo sebagai tipe karakter. Sebagai bentuk, istilah rondo diterapkan pada pola yang menampilkan sebuah tema yang senantiasa hadir bergantian setelah satu, dua, tiga atau perkecualian lebih digresi, dan bisa dalam tempo yang lambat atau cepat. Walaupun demikian sebagai suatu gerakan yang berjudul rondo, atau sebagaimana digambarkan rondo sebagai sebuah gerakan yang berjudul rondo , atau sebagaimana digambarkan rondo sebagai sebuah karakter maupun bentuk, biasanya memiliki suasana yang hidup dan lincah, indikasi tempo biasanya allegro atau sejenis. Menurut Stein 2011:112 mengatakan bahwa dari berbagai macam pola rondo, tiga variasi utama yang sering digunakan ialah: a. Bentuk Rondo pertama : A – B – A b. Bentuk Rondo kedua : A – B – A – C – A c. Bentuk Rondo ketiga : A – B – A – C – A – B – A Sedangkan menurt Prier 1996:64 diantara bagian-bagian A dalam rondo terdapat sisipan-sisispan. Maka terdapat dua tipe rondo yaitu: a. Rondo Perancis Rondo rantai Dalam bahasa jerman “kettenrondo” yaitu suatu rantai terdiri dari refren dan sisipan secara bergantian. Secara teoritis jumlah mata rantai tak terhingga, namun dalam kenyataan ada batasannya untuk menghindari timbul rasa bosan. Rondo perancis atau rantai biasanya berupa suatu komposisi tersendiri, dalam tempo lambat maupun tempo cepat. Namun ia dapat muncul sebagai bagian dari suita. Bentuk dari rondo perancis atau rantai memiliki bentuk yaitu; 1 Rondo dua sisipan: A – B – A – C – A, 2 Rondo tiga sisipan: A – B – A – C – A – D – A . namun ada juga rondo perancis sampai tingkat sisipan enam, misalnya “faschingsschwank” karya schuman dengan bentuk: A – B – A – C – A – D – A – E – A – F – A – G –A. b. Rondo klasik Rondo busur Di sini sisipan B tampil dua kali dengan kunci yang berlainan, sedangkan sisipan C dipakai hanya satu kali, biasanya sebagai kontras dengan bagian lain-lainnya. Maka bentuk Rondo Klasik adalah A – B – C – A – B’ – A.

B. Penelitian Yang Relevan

Sebagai acuan dalam penelitian mengenai analisis bentuk komposisi Quartet in D Mayor bagian ke tiga karya Wolfgang Amadeus Mozart, peneliti menggunakan penelitian mengenai analisis bentuk dan struktur musik yang sebelumnya pernah dilakukan sebagai tugas akhir Penelitian tersebut antara lain : 1. Bentuk dan Struktur Fantasia For Piano And Orchestra Theme From The Indonesia Pusaka Karya Joko Supriyitno skripsi tahun 2015 Oleh Anggy Nurullah Hotmauli Sitompul. Hasil dari penelitian ini adalah lagu Fantasia For Piano And Orchestra Theme From The Indonesia Pusaka Karya Joko Supriyitno memiliki 254 ruang birama dengan bagian lagu Introduksi birama 1 – 25 - Bagian A birama 26 – 41 – Bagian A’ birama 42 – 60 - Episode 1 birama 61 – 90 – Transisi birama 91 – 98 – Episode 2 birama 99 – 112 – Kadensa birama 113 – 149 – Episode 3 birama 150 – 189 – Retransisi bieama 190 – 207 –Postlude birama 208 – 254. Terdapat 3 seksi dalam episode 1 yang ditandai dengan perubahan tanda mula. Motif pada introduksi dan seksi 1 sering dimunculkan di beberapa bagian. Di dalam karya ini terdapat beberapa modulasi yaitu F Mayor – Bes Mayor – G Mayor – Bes Mayor – F Mayor – D Mayor – F Mayor. Karya ini jga menggunakan kadens seperti autentik, deceptive, dan half. 2. Analisis Clarinet Concerto With Keroncong And Orchestra Accompainment Karya Singgih Sanjaya.skripsi tahun 2013 Oleh