Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

(1)

HUBUNGAN PROMOSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN PERILAKU AMAN (SAFE BEHAVIOR) PADA KARYAWAN

BAGIAN PRODUKSI PENGOLAHAN MINYAK SAWIT DI PTPN IV KEBUN DOLOK ILIR

SKRIPSI

Oleh:

RISKA THEODORA S 101000075

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir ” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua terkasih ( St. JM Sipayung dan T. Purba) yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang dan juga tak pernah lelah memberikan dukungan doa dan perhatian. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU) dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memperhatikan penulis selama penulis menjalani pendidikan

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus penguji ujian skripsi


(4)

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK dan Ibu Isyatun Mardhiah Syahri, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu Arfah Mardiana Lubis, S. Psi, M. Psi selaku penguji II ujian skripsi.

5. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

6. Manajer PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Kebun Dolok Ilir yang memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian

7. Bapak Bakkara selaku kepala bidang SMK3 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Kebun Dolok Ilir yang sangat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian juga memberi motifasi dan dukungan moril yang sangat berharga

8. Seluruh karyawan yang turut membantu sebagai responden dalam penelitian ini 9. Saudara saya Abang Chris Royhot Fernando serta istri Kak Junita Purba, Evi

Theresia Sipayung, Rani Melia Sipayung dan Pasha Kristiani Sipayung, terima kasih atas perhatian, doa dan semangat yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.

10. Teleiakhara (Kak Maylaura, Ria, Mentari, Frida, Ross dan Bertha) yang selalu ada dan memberi semangat bagi saya.

11. Kepada kakak, abang dan teman seperjuangan departemen K3 (Hermin, Jhon, Manda, Sandro, Yayak, Ayu, Arif, Nur, Imam, Eva, Roni, Indra, Kak Desy, Kak Febri, Kak Lidya, Kak Evia, Bang Hotman, Bang Cuan) dan masih


(5)

banyak lagi . Terima kasih atas bantuan, masukan, semangat dan dorongan serta kebersamaanya selama ini.

12. Kepada teman-teman PBL 2013, khususnya kepada kelompok 6 (Erna, Isri, Afri dan Kak Maryanti) serta kelompok 10 (Olive, Kak Dessy, B’Lucky, Berliana, Nancy, Seider).

13. Kepada teman seperjuangan dan sepermainan 2010 (Chrisnina, Rosalyn, Chatrin, Puree, Kamal, Rini) dan masih banyak lagi. Terimakasih untuk masukan dan semangat serta kebersamaan yang berkesan selama ini.

14. Kepada terkasih, Abang Philip Saragih. Terimakasih atas bantuan perhatian, semangat serta doa yang senantiasa diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2014


(6)

ABSTRAK

Di era globalisasi saat ini, teknologi di industri segala sektor termasuk sektor perkebunan semakin berkembang pesat dimana penggunaan mesin dan peralatan mekanik yang serba canggih (modern) dapat diikuti dengan peningkatan kondisi kerja yang memberikan permasalahan atau dampak yang negatif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pekerja. Mempromosikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dikalangan tenaga kerja, pengusaha, dan masyarakat merupakan hal yang penting bagi perusahaan, guna terciptanya hubungan industri yang harmonis, dinamis serta berkeadilan yang menjamin ketenangan usaha, ketenangan kerja dan produktifitas. Hal ini dinilai penting karena secara khusus Promosi K3 dengan sasaran utama yaitu tenaga kerja diupayakan untuk membenahi perilaku aman (safe behavior) saat bekerja.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa hubungan antara promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku aman (safe behavior) pada karyawan bagian produksi pengolahan minyak sawit PTPN IV Kebun Dolok Ilir.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional, besar sampel 44 orang (Random Sampling). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan pekerja paling banyak ≥48 tahun sebanyak 26 orang (59,1 %), pendidikan terakhir paling banyak SMA sebanyak 30 orang (68,2%), masa kerja paling banyak selama ≥17 tahun sebanyak 35 orang (79,5%), dan mayoritas karyawan bekerja di unit stasiun boiler sebanyak 7 orang (15,9%). Hasil uji univariat diperoleh penerapan promosi K3, yaitu pelatihan dan kegiatan kegiatan bulan K3 mayoritas responden menyatakan masih buruk dengan persentase masing - masing, pelatihan sebanyak 28 orang (63,6%) dan kegiatan – kegiatan bulan K3 sebanyak 41 orang (93,2%) sedangkan rambu – rambu K3, pengawasan, dan komunikasi pesan K3 mayoritas responden menyatakan baik dengan persentase masing-masing, rambu – rambu K3 sebanyak 43 orang (97,7%), pengawasan sebanyak 43 orang (97,7%), komunikasi pesan K3 sebanyak 40 orang (90,9%). Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan signifikan antara Promosi K3 (Pelatihan dan Kegiatan – kegiatan Bulan K3) dengan perilaku aman (safe behavior) dengan masing – masing nilai p value sebesar 0,007 dan 0,034.

Saran untuk perusahaan agar perusahaan lebih meningkatkan Promosi K3 khususnya pelatihan yang lengkap dan menyeluruh khususnya kepada karyawan bagian produksi pengolahan dan melibatkan mereka dalam setiap kegiatan kegiatan bulan K3 untuk meciptakan perilaku aman dalam bekerja.


(7)

ABSTRACT

In the current era of globalization, technology in all sectors of industry including the plantation sector is growing rapidly in which the use of machinery and mechanical equipment are all sophisticated (modern) can be followed by an increase in working conditions that give problems or negative impact on the health and safety of workers. Promoting Occupational Health and Safety among workers, employers, and the community is essential for the company, in order to create a harmonious industrial relations, dynamic and equitable efforts that ensure peace, tranquility and productivity work.

This is considered important because it is specifically of Health and Safety Promotion with the main goal pursued labor to fix the safe behavior while working. The purpose of this study is to find out what the relationship between the promotion of Health and Safety with safe behavior on the production employees of palm oil processing PTPN IV Kebun Dolok Ilir. This study is a cross sectional analytic design, the samples are 44 people (random sampling).

Analysis of the data used univariate and bivariate analysis using the chi-square test. The results showed most workers ≥ 48 years were 26 persons (59.1%), high school education last at most 30 people (68.2%), the most widely tenure ≥ 17 years for a total of 35 persons (79.5 %), and the majority of employees working in the unit boiler station 7 people (15.9%). Univariate test results obtained by the application of Health and Safety Promotion, namely training and the Health and Safety months activities the majority of respondents said it was bad to the percentage of training as many as 28 people (63.6%) and health and safety months activities as many as 41 people (93.2%) while health and safety signs, monitoring, and health and safety communication majority of respondents expressed either by the percentage of each, health and safety month activities as many as 43 people (97.7%), supervision of as many as 43 people (97.7%), health and safety communication as many as 40 people (90.9%). The results of the chi square test showed no significant relationship between of health and safety promotion (training and health and safety month activities) with safe behavior with each of p value of 0.007 and 0.034.

Suggestions for companies to increase Health and Safety Promotion particularly thorough training specifically to the processing of production employees and involve them in every health and safety months activities to create safe behavior at work.


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riska Theodora Sipayung

Tempat/Tanggal Lahir : Emplasmen Dolok Ilir /24 Januari 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 4 dari 5 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Emplasmen Dolok Ilir, Jl. Bandung No. 9, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun.

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1998-2004 : SDN 091593 Dolok Ilir

2. Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 1 Dolok Batu Nanggar 3. Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar

4. Tahun 2010-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK . ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Teori Perilaku ... 9

2.1.1 Pengertian Perilaku ... 10

2.1.2 Pembentukan Perilaku ... 10

2.1.3 Proses Perubahan Perilaku ... 11

2.1.4 Faktor Penentu Perilaku ... 11

2.1.5 Perilaku Aman ... 12

2.2 Promosi Kesehatan ... 14

2.2.1 Pengertian Promosi Kesehatan ... 14

2.2.2 Tujuan dan Sasaran ... 14

2.2.3 Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja ... 15

2.2.4 Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja ... 18

2.2.5 Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ... 21

2.2.6 Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PTPN IV Kebun Dolok Ilir ... 30

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 33

2.4 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Jenis Penelitian ... 34

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2.1 Lokasi ... 34

3.2.2 Waktu ... 34

3.3. Populasi dan Sampel ... 35

3.3.1 Populasi ... 35


(10)

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5. Teknik Pengolahan Data ... 37

3.6. Definisi Operasional ... 37

3.7. Aspek Pengukuran ... 39

3.8. Teknik Analisa Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 43

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 44

4.1.2 Struktur Organisasi ... 45

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 47

4.1.4 Proses Produksi ... 48

4.1.3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PTPN IV Kebun Dolok Ilir ... 55

4.2 Analisis Univariat ... 57

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pekerja ... 57

4.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Independen (Promosi K3) ... 60

4.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Dependen (Perilaku Aman /Safe Behavior) ... 62

4.3 Analisis Bivariat ... 63

4.3.1 Hubungan Promosi K3 dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) ... 64

BAB V PEMBAHASAN ... 67

5.1 Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di PTPN IV Kebun Dolok Ilir ... 67

5.1.1 Hubungan Rambu - Rambu K3 dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) ... 67

5.1.2 Hubungan Pelatihan dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) ... 69

5.1.3 Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) ... 71

5.1.4 Hubungan Komunikasi Pesan K3 dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) ... 73

5.1.5 Hubungan Kegiatan – Kegiatan Bulan K3 dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) ... 75


(11)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 77 6.1 Kesimpulan ... 77 6.2 Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Tabel Data Kecelakaan Kerja Tahun 2011-2013 di PTPN

IV Kebun Dolok Ilir ... . 7

Tabel 4.1 Periodeisasi Pengelolaan Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV (Persero)

Dolok Ilir ……….. 47

Tabel 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Pekerja Bagian Pengolahan Minyak Sawit PTPN IV Kebun Dolok

Ilir Tahun 2014 ... 58

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Independen (Promosi

K3)pada Pekerja Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit PTPN IV Kebun Dolok Ilir Tahun 2014 ……….. 61

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Aman (Safe Behavior)

pada Pekerja Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit PTPN IV Kebun Dolok Ilir Tahun 2014 ……….. 64

Tabel 4.5 Hubungan Promosi K3 dengan Perilaku Aman (Safe Behavior Pada

Pekerja Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit di PTPN IV


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Siklus Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja ... 18 Gambar 2.2 Pedoman Umum Rambu – Rambu K3 berdasarkan warna ... 25 Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 33


(14)

ABSTRAK

Di era globalisasi saat ini, teknologi di industri segala sektor termasuk sektor perkebunan semakin berkembang pesat dimana penggunaan mesin dan peralatan mekanik yang serba canggih (modern) dapat diikuti dengan peningkatan kondisi kerja yang memberikan permasalahan atau dampak yang negatif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pekerja. Mempromosikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dikalangan tenaga kerja, pengusaha, dan masyarakat merupakan hal yang penting bagi perusahaan, guna terciptanya hubungan industri yang harmonis, dinamis serta berkeadilan yang menjamin ketenangan usaha, ketenangan kerja dan produktifitas. Hal ini dinilai penting karena secara khusus Promosi K3 dengan sasaran utama yaitu tenaga kerja diupayakan untuk membenahi perilaku aman (safe behavior) saat bekerja.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa hubungan antara promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku aman (safe behavior) pada karyawan bagian produksi pengolahan minyak sawit PTPN IV Kebun Dolok Ilir.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional, besar sampel 44 orang (Random Sampling). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan pekerja paling banyak ≥48 tahun sebanyak 26 orang (59,1 %), pendidikan terakhir paling banyak SMA sebanyak 30 orang (68,2%), masa kerja paling banyak selama ≥17 tahun sebanyak 35 orang (79,5%), dan mayoritas karyawan bekerja di unit stasiun boiler sebanyak 7 orang (15,9%). Hasil uji univariat diperoleh penerapan promosi K3, yaitu pelatihan dan kegiatan kegiatan bulan K3 mayoritas responden menyatakan masih buruk dengan persentase masing - masing, pelatihan sebanyak 28 orang (63,6%) dan kegiatan – kegiatan bulan K3 sebanyak 41 orang (93,2%) sedangkan rambu – rambu K3, pengawasan, dan komunikasi pesan K3 mayoritas responden menyatakan baik dengan persentase masing-masing, rambu – rambu K3 sebanyak 43 orang (97,7%), pengawasan sebanyak 43 orang (97,7%), komunikasi pesan K3 sebanyak 40 orang (90,9%). Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan signifikan antara Promosi K3 (Pelatihan dan Kegiatan – kegiatan Bulan K3) dengan perilaku aman (safe behavior) dengan masing – masing nilai p value sebesar 0,007 dan 0,034.

Saran untuk perusahaan agar perusahaan lebih meningkatkan Promosi K3 khususnya pelatihan yang lengkap dan menyeluruh khususnya kepada karyawan bagian produksi pengolahan dan melibatkan mereka dalam setiap kegiatan kegiatan bulan K3 untuk meciptakan perilaku aman dalam bekerja.


(15)

ABSTRACT

In the current era of globalization, technology in all sectors of industry including the plantation sector is growing rapidly in which the use of machinery and mechanical equipment are all sophisticated (modern) can be followed by an increase in working conditions that give problems or negative impact on the health and safety of workers. Promoting Occupational Health and Safety among workers, employers, and the community is essential for the company, in order to create a harmonious industrial relations, dynamic and equitable efforts that ensure peace, tranquility and productivity work.

This is considered important because it is specifically of Health and Safety Promotion with the main goal pursued labor to fix the safe behavior while working. The purpose of this study is to find out what the relationship between the promotion of Health and Safety with safe behavior on the production employees of palm oil processing PTPN IV Kebun Dolok Ilir. This study is a cross sectional analytic design, the samples are 44 people (random sampling).

Analysis of the data used univariate and bivariate analysis using the chi-square test. The results showed most workers ≥ 48 years were 26 persons (59.1%), high school education last at most 30 people (68.2%), the most widely tenure ≥ 17 years for a total of 35 persons (79.5 %), and the majority of employees working in the unit boiler station 7 people (15.9%). Univariate test results obtained by the application of Health and Safety Promotion, namely training and the Health and Safety months activities the majority of respondents said it was bad to the percentage of training as many as 28 people (63.6%) and health and safety months activities as many as 41 people (93.2%) while health and safety signs, monitoring, and health and safety communication majority of respondents expressed either by the percentage of each, health and safety month activities as many as 43 people (97.7%), supervision of as many as 43 people (97.7%), health and safety communication as many as 40 people (90.9%). The results of the chi square test showed no significant relationship between of health and safety promotion (training and health and safety month activities) with safe behavior with each of p value of 0.007 and 0.034.

Suggestions for companies to increase Health and Safety Promotion particularly thorough training specifically to the processing of production employees and involve them in every health and safety months activities to create safe behavior at work.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk di seluruh dunia yang demikian cepat telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Sebuah masa yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut selanjutnya membuka keberagaman lapangan kerja. (Halimah, 2010).

Indonesia adalah negara yang beriklim tropis dan memiliki tanah yang subur sehingga dikenal sebagai negara agraris. Dengan kondisi alam tersebut, tidak heran pemerintah menggalakkan pengembangan usaha negara pada unit pertanian dan perkebunan sehingga pada umumnya masyarakat Indonesia bermata pencaharian petani ataupun pekerja sektor perkebunan.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perkebunan salah satunya adalah Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) yang terletak di berbagai daerah di Indonesia yang merupakan salah satu aset sumber devisa negara dan lapangan pekerjaan warga Indonesia. PTPN di Indonesia tersebar mulai dari pulau Sumatra hingga Papua, mulai dari PTPN I hingga PTPN XIX yang mengolah beragam hasil sektor perkebunan Indonesia seperti sawit, teh, coklat, tebu, dan lain-lain.

Di era globalisasi saat ini, teknologi di industri segala sektor termasuk sektor perkebunan semakin berkembang pesat dimana penggunaan mesin dan peralatan


(17)

mekanik yang serba canggih (modern) dapat diikuti dengan peningkatan kondisi kerja yang memberikan permasalahan atau dampak yang negatif, sehingga perlu diperhatikan suatu kewaspadaan dalam segala bentuk lapangan, kedisiplinan, hubungan kerja yang harmonis, kesehatan dan keselamatan kerjanya.

Semua permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah menjadi tanggung jawab setiap orang. Setiap karyawan sudah sepatutnya berpartisipasi dalam setiap kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja, paling tidak pada masing-masing lingkungan kerjanya. Hal ini disebabkan karena dalam suatu lingkungan industri, selalu terdapat kegiatan yang melibatkan berbagai peralatan teknik dan sumber daya manusia (Syaaf, 2008).

Tenaga kerja yang merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan proyek merupakan aset yang menentukan bagi perusahaan. Oleh sebab itu dalam menjalankan bisnis usaha yang aman maka penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) harus dilaksanakan secara konsisten, sesuai dengan UU Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa pengusaha wajib melindungi pekerja dan potensi bahaya yang dihadapinya.

Disadari bahwa pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya masyarakat industri. Dengan demikian semua pihak terkait berkewajiban untuk berperan aktif sesuai fungsi dan kewenangannya untuk membudayakan K3 sehingga dapat mencegah kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK). Agar pelaksanaan K3


(18)

dapat mencapai hasil yang optimal harus didukung oleh sumber daya manusia dibidang K3 (Depnakertrans RI, 2009).

Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.

Data terbaru dari PT. Jamsostek didapat sejak tahun 2007 hingga 2012 telah terjadi peningkatan kasus kecelakaan kerja dan tentu kompensasi yang dikeluarkan juga meningkat. Data kecelakaan kerja pada tahun 2007 tercatat sebanyak 83.714 dengan pembayaran jaminan sebesar 219,7 miliar dan data terakhir pada 2011 tercatat sebanyak 99.491 kasus kecelakaan kerja atau rata-rata 414 kasus per hari, dengan pembayaran jaminan mencapai Rp 504 miliar.

Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku tidak aman (unsafe behavior/unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Heinrich (1980) dalam Suma’mur (1987) memperkirakan bahwa 85% kecelakaan kerja terjadi adalah kontribusi dari perilaku kerja yang tidak aman. Santoso (2004), dalam buku “Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja” juga menyatakan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku manusia merupakan unsur yang memegang peranan penting dalam mengakibatkan kecelakaan.


(19)

PTPN IV Kebun Dolok Ilir merupakan salah satu unit usaha perusahaan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil. Unit produksi pengolahan pada PTPN IV Dolok Ilir ini memiliki beberapa tahapan proses yang menggunakan alat-alat berat, bahan kimia, serta mesin bersuhu tinggi, yang memiliki potensi sangat besar untuk menimbulkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja (PAK) bagi para pekerja. Beberapa tahapan proses kerja di bagian unit produksi pengolahan dimulai dari penimbangan tandan buah segar (TBS), loading ramp, stasiun perebusan (sterilizer), stasiun penebahan (thresher), stasiun kempa (pressing), stasiun pemurnian minyak dan stasiun pabrik biji.

Keseluruhan tahapan ini menggunakan mesin bersuhu tinggi dan menjadi sumber kebisingan, alat-alat kerja yang berat. Selain itu, kondisi lingkungan kerja yang licin akibat berminyak dan pada stasiun tertentu berada pada lokasi yang tinggi dimana beberapa pekerja ditempatkan. Hal tersebut tentu berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).

Berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi di PTPN IV Kebun Dolok Ilir, ditemukan bahwa kasus kecelakaan kerja lebih banyak menimpa pekerja lapangan di bagian produksi pengolahan dibandingkan dengan pekerja di unit lainnya seperti unit tanaman, bengkel umum, bengkel listrik, unit gudang, unit transport, dan bagian kantoran (central office). Berdasarkan data kecelakaan kerja yang diperoleh, ada sebanyak 15 kasus kecelakaan kerja yang terjadi dari bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2013 di PTPN IV Kebun Dolok Ilir. Berikut disajikan tabel data kasus kecelakaan kerja pada periode tahun 2011-2013 yang terjadi di PTPN IV


(20)

Tabel 1.1 : Tabel Data Kecelakaan Kerja Tahun 2011-2013 di PTPN IV Kebun Dolok Ilir

Sumber : Sekretariat P2K3 PTPN IV Kebun Dolok Ilir

Dari 15 kasus kecelakaan kerja tersebut, ada sebanyak 9 kasus kecelakaan kerja di bagian produksi pengolahan, 2 kasus di bagian bengkel umum, 1 kasus di bagian gudang, 1 kasus di bagian bengkel listrik, dan 2 kasus di unit tanaman.

Beberapa contoh kasus kecelakaan kerja yang terjadi khususnya di bagian produksi pengolahan seperti paha pekerja tertusuk tojok saat memindahkan TBS ke lori, tersembur air panas dan minyak panas, terpeleset ke air panas buangan, tertusuk potongan besi saat terjatuh dari ketinggian, dan lain-lain.

Menurut pernyataan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di PTPN IV Kebun Dolok Ilir, mayoritas kecelakaan terjadi karena perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja, seperti tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), tidak mengikuti Standar Operasi Prosedur (SOP) dan kurangnya kehati-hatian dalam bekerja.

Mempromosikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dikalangan tenaga kerja, pengusaha, dan masyarakat merupakan hal yang penting bagi perusahaan, guna terciptanya hubungan industri yang harmonis, dinamis serta berkeadilan yang

No Tahun

Jumlah Kasus Kecelakaaan

1 2011 6

2 2012 3

3 2013 6


(21)

menjamin ketenangan usaha, ketenangan kerja dan produktifitas. Secara khusus Promosi K3 dengan sasaran utama yaitu tenaga kerja diupayakan untuk membenahi perilaku aman saat bekerja.

Promosi K3 di PTPN IV Dolok Ilir sudah dijalankan secara rutin sejak tahun 2004. Pada awalnya pelaksanaan promosi K3 tersebut merupakan bagian dari penerapan SMK3 yang mengacu pada Permenaker RI No.: Per.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan di perusahaan ini pada tahun 2000. Saat ini pelaksanaan Promosi K3 tersebut mengacu pada PP RI No.50 Tahun 2010 tentang penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Beberapa kegiatan promosi K3 yang dilakukan di PTPN IV Kebun Dolok Ilir pada bagian produksi pengolahan antara lain: rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3), komunikasi pesan (informasi K3), kegiatan khusus bulan K3 nasional, pengawasan, dan pelatihan.

Hal diatas melatarbelakangi penulis untuk mengambil judul Hubungan Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit PTPN IV Kebun Dolok Ilir.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara promosi keselamatan dan kesehatan


(22)

kerja (K3) dengan perilaku aman (safe behavior) pada karyawan bagian produksi pengolahan minyak sawit PTPN IV Kebun Dolok Ilir.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa hubungan antara promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku aman (safe behavior) pada karyawan bagian produksi pengolahan minyak sawit PTPN IV Kebun Dolok Ilir. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku aman (safe behavior).

2. Untuk mengetahui hubungan komunikasi pesan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku aman (safe behavior).

3. Untuk mengetahui hubungan bulan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku aman (safe behavior).

4. Untuk mengetahui hubungan pengawasan dengan perilaku aman (safe behavior).

5. Untuk mengetahui hubungan pelatihan dengan perilaku aman (safe behavior).

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pekerja di bagian produksi pengolahan agar lebih memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja di dalam melakukan pekerjaannya.


(23)

2. Sebagai masukan bagi perusahaan agar dapat menjalankan program K3 dengan lebih baik lagi untuk peningkatan produktivitas melalui aspek keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja.

3. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang hubungan promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku aman (safe behavior).


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Perilaku 2.1.1. Pengertian Perilaku

Pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan mahluk hidup dan pada dasar nya perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Namun demikian tidak berarti bahwa perilaku hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya. Perilaku juga bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Geller dalam Notoadmojo (2003), perilaku mengacu pada tindakan individu yang dapat diamati oleh orang lain. Robert Kwick mendefinisikan perilaku adalah tindakan-tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari .

Perilaku dapat dibedakan menjadi dua, antara lain: 1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.


(25)

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.2. Pembentukan Perilaku

Notoatmodjo (2003) menyebutkan faktor yang memegang peranan di dalam pembentukan perilaku, yaitu: faktor intern dan ekstern. Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungan apabila perilaku tersebut dapat diterima oleh lingkungannya dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan.

Menurut Reason (1997) mengungkapkan bahwa adanya saling mempengaruhi antara faktor psikologis dan faktor situasi dalam perilaku manusia dimana faktor manusia dipengaruhi faktor internal yaitu: faktor yang berkaitan dengan diri perilaku, seperti: kebutuhan, motivasi, kepribadian, harapan, pengetahuan, persepsi, dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri perilaku atau dari lingkungan sekitarnya, seperti: kelompok, organisasi, atasan, teman, orang tua, dan lain-lain. (Syaaf, 2008).


(26)

2.1.3. Proses Perubahan perilaku

Terbentuknya dan perubahan perilaku manusia terjadi dikarenakan adanya proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui suatu proses yakni proses belajar. Oleh sebab itu, perubahan perilaku dan proses belajar itu sangat erat kaitannya. Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar (Notoadmojo, 2003).

Proses pembelajaran yang terjadi pada diri individu terjadi dengan baik apabila proses pembelajaran tersebut menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen. Dengan demikian dikatakan bahwa proses pembelajaran terjadi bila individu tersebut berperilaku, bereaksi dan menanggapi sebagai hasil dari pembelajarannya dengan cara yang berbeda dari individu tersebut berperilaku sebelumnya. (Halimah, 2010).

2.1.4. Faktor Penentu Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


(27)

1. Faktor internal, yaitu karekteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.1.5. Perilaku Aman

Perilaku aman menurut Heinrich dalam Suma’mur (1996) adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan. Sedangkan menurut Bird dan Germain, perilaku aman adalah perilaku yang tidak dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Perbedaan perilaku aman dan perilaku Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yaitu perilaku aman hanya berfokus pada keselamatannya saja sedangkan perilaku K3 tidak hanya pada keselamatan tetapi juga kesehatan kerjanya. Dibawah ini adalah jenis-jenis perilaku aman:

1. Menurut Frank E bird dan Germain (1990) dalam teori Loss Caution Model menyatakan bahwa jenis-jenis perilaku aman meliputi:

a. Melakukan pekerjaan yang sesuai wewenang yang diberikan. b. Berhasil memberikan peringatan terhadap adanya bahaya. c. Berhasil mengamankan area kerja dan orang-orang disekitarnya. d. Bekerja sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan.


(28)

e. Menjaga alat pengaman agar tetap berfungsi. f. Tidak menghilangkan alat pengaman keselamatan. g. Menggunakan peralatan yang seharusnya.

h. Menggunakan peralatan yang sesuai. i. Menggunakan APD dengan benar.

j. Pengisian alat atau mesin yang sesuai dengan aturan yang berlaku. k. Penempatan material atau alat-alat sesuai dengan tempatnya dan

cara mengangkat yang benar.

l. Memperbaiki peralatan dalam kondisi alat yang telah dimatikan. m. Tidak bersenda gurau atau bercanda ketika bekerja. (Halimah,

2010)

2. Menurut Heinrich dalam Suma’mur (1987), perilaku aman terdiri dari : a. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang sesuai. b. Mengoperasikan peralatan yang memang haknya.

c. Menggunakan peralatan yang sesuai. d. Menggunakan peralatan yang benar.

e. Menjaga peralatan keselamatan tetap berfungsi.

f. Berhasil memperingatkan karyawan lain yang bekerja tidak aman. g. Menggunakan PPE dengan benar.

h. Mengangkat dengan beban yang seharusnya dan menempatkannya di tempat yang seharusnya.

i. Mengambil benda dengan posisi yang benar. j. Cara mengangkat material atau alat dengan benar.


(29)

k. Disiplin dalam pekerjaan.

l. Memperbaiki peralatan dalam keadaan mati. (Halimah, 2010) 2.2. Promosi Kesehatan

2.2.1. Pengertian

Badan kesehatan dunia (World Health Organization) menjelaskan, promosi kesehatan di tempat kerja adalah berbagai kebijakan dan aktivitas di tempat kerja yang dirancang untuk membantu pekerja (employee) dan perusahaan (employer) di semua level untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan mereka dengan melibatkan partisipasi pekerja, manajemen dan stakeholder lainnya (Notoadmojo, 2010).

Promosi kesehatan di tempat kerja adalah, upaya promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat (Kholid, 2012).

2.2.2. Tujuan dan Sasaran

Menurut Kholid (2012), tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah : 1. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja. 2. Menurunkan angka absensi kerja.

3. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja. 4. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mendukung, dan aman. 5. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat.


(30)

6. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat.

Sasaran dari promosi kesehatan di tempat kerja adalah: 1. Primer : karyawan di tempat kerja

2. Sekunder : pengelola K3, serikat atau organisasi pekerja. 3. Tertier : pengusaha dan manajer/direktur.

2.2.3. Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Menurut Kholid (2012), mengembangkan promosi kesehatan di tempat kerja dapat melalui delapan langkah yaitu:

1. Menggalangkan dukungan manajemen

Untuk mengembangkan promosi kesehatan di tempat kerja, dukungan dan komitmen dari pengambil keputusan dari semua pihak sangat penting sekali. Ini termasuk bukan saja sebagai sponsor, tetapi komitmen untuk pelaksanaan promosi kesehatan tersebut. Para manajer hendaknya membuat program dan informasi umum tentang pelaksanaan promosi kesehatan yang diedarkan ke seluruh staf untuk didiskusikan. Coordinator program hendaknya memilih fasilitas yang ada untuk pelaksanaan.

2. Melakukan koordinasi

Untuk lancarnya proses jalannya pelaksanaan, para pengambil keputusanmembentuk kelompok kerja (team) yang baik, contohnya panitia dari bagian kesehatan, bagian keselamatan, lingkungan dan ketenagaan. Kelompok kerja tersebut hendaknya mengikuti semua komponen yang terkait di semua tingkatan di tempat kerja maupun di


(31)

sektor terkait. Anggota dari kelompok kerja disesuaikan dengan lingkungan yang ada, baik besarnya dan struktur dari tempat kerja tersebut.

3. Penjajakan Kebutuhan

Team hendaknya melakukan need assessment. Hal ini untuk mengumpulkan segala informasi yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan dari need assessment ini adalah adalah mengidentifikasi masalah yang memengaruhi kesehatan dan menjadikannya program. Need assessment merupakan dasar untuk desain program dan hal ini harus focus pada permasalahan atau perhatian dari perusahaan dan pekerja. Hasil secara rinci dari need assessment ini hendaknya dikoordinasikan dengan team dan manajemen perusahaan. 4. Memprioritaskan kebutuhan

Team memprioritaskan masalah berdasarkan keinginan dan kebutuhan masalah-masalah yang memengaruhi kesehatan.

5. Menyusun perencanaan

Berdasarkan prioritas masalah dan kebutuhan, team mengembangkan perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang dan jangka pendek lengkap dengan goal dan tujuan,strateginya, aktivitasnya, biaya dan jadwal pelaksanaan. Biaya perencanaan hendaknya diajukan setiap tahun anggaran.


(32)

6. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya hendaknya diawasi dan diberikan dukungan peralatan yang dibutuhkan, serta partisipasi aktif dari para team dan pengambil keputusan sangat membantu lancarnya pelaksanaan. Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana yang dibuat, walaupun ada kemungkinan perubahan di tengah proses pelaksanaan apabila diperlukan. 7. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk melihat seberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-masalah yang ditemui dan umpan balik (feed back) untuk perbaikan.

8. Revisi dan perbaikan program

Setelah mendapatkan hasil dari evaluasi tentunya ada kekurangan dan masukan yang perlu untuk pertimbangan dalam melakukan perbaikan program, sekaligus merevisi hal yang sudah ada.


(33)

Dibawah ini terlihat ilustrasi dari perencanaan dan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di tempat kerja (PKDTK).

Siklus perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PKDTK

Menggalang dukungan manajemen pengembangan program PKDTK

Melaksanakan mekanisme koordinasi team

Penjajakan kebutuhan

Revisi dan perbaikaan Menyusun prioritas

Monitor dan evaluasi Menyusun Perencanaan Pelaksanaan

Gambar 2.1. Siklus Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja (Kholid, 2012).

2.2.4. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Prinsip promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dilakukan secara comprehensive, partisipasi dan kewenangan yang ada. Promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dikembangkan dengan melibatkan kerja sama dengan berbagai


(34)

sektor yang terkait, dan melibatkan beberapa kelompok organisasi masyarakat yang ada sehingga lebih mantap dan berkesinambungan. (Kholid, 2012).

a. Komprehensif

Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu berkembangnya tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga dengan lingkungan kerja yang mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok kea rah yang positif sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat.

b. Partisipasi

Para pekerja di smereka dalam semua tingkatan dalam perusahaan hendaknya terlibat secara aktif mengidentifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahannya dan meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil keputusan di tempat kerja merupakan halyang sangat mendukung bagi para pekerja untuk leih percaya diri dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mengubah gaya hidup dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap penyakit.

c. Keterlibatan berbagai sektor terkait

Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung. Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerja hendaknya harus


(35)

melalui pendekatan yang integrasi sehingga penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila memungkinkan.

Untuk itu, meningkatkan kesehatan pekerja dan membangun tempat kerja yang sehat dibutuhkan koordinasi berbagai pengambil keputusan, industri, sektor kesehatan, universitas yang terkait, organisasi pekerja, organisasi pengusaha, organisasi masyarakat, masyarakat dan lain-lain. Para professional dari berbagai disiplin ilmu juga diperlukan.

d. Kelompok organisasi masyarakat

Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan semua anggota pekerja, kelompok organisasi wanita dan laki-laki yang ada, termasuk juga tenaga honorer dan tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan berbagai organisasi masyarakat yang mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam membantu mengembangkan promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya diperhitungkan dalam mengembangkan program selanjutunya.

e. Berkesinambungan atau berkelanjutan

Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat dengan kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai arti penting pada lingkungan tempat kerja dan aktivitas manajemen sehari-hari. Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus menerus dilakukan dan tujuannya jangka panjan. Apabila pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja ingin lebih mantap, program hendaknya sesuai dan


(36)

responsive terhadap kebutuhan pekerja dan masalah yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

2.2.5. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Menurut George (1998) dalam Helliyanti (2009), Safety promotions atau promosi K3 adalah suatu usaha yang dilakukan untkuk mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku pekerja tentang K3 sehingga dapat melindungi pekerja, property, dan lingkungan. Program K3 menjadi efektif apabila terdapat perubahan sikap dan perilaku pada pekerja.

Manfaat promosi K3 antara lain:

1. Bagi pihak manajemen di tempat kerja a. Peningkatan dukungan terhadap program K3.

b. Citra positif (tempat kerja) yang maju dan peduli keselamatan dan kesehatan).

c. Peningkatan moral staff.

d. Penurunan angka absensi krena kecelakaan dan penyakit akibat kerja. e. Peningkatan produktivitas.

f. Penurunan biaya kecelakaan dan kesakitan. 2. Bagi pekerja

a. Peningkatan percaya diri b. Penurunan stress


(37)

d. Peningkatan kemampuan mengenali bahaya di tempat kerja dan mencegah penyakit.

e. Peningkatan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat sekitar (Tresnaningsih dalam Helliyanti, 2009)

Menurut Notoatmodjo (2003), media promosi adalah alat bantu untuk menyampaikan informasi. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan sangat bervariasi, antara lain :

a. Media Cetak

1. Booklet merupakan suatu media untuk meyampaikanpesan dalam bentuk buku, baik merupa tulisan maupun gambar.

2. Flif chart (lembar balik), biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan cetak yang berisi pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.

3. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas masalah.

4. Poster adalah bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan berupa peringatan kepada pekerja untuk bekerja dengan aman dan sehat. Lokasi pemasangan poster sebaiknya di tempat yang mencolok sehingga orang tertarik untuk melihatnya, penerangan baik, dan tidak terganggu oleh lalu lintas.


(38)

5. Rambu-rambu K3 dapat membantu meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta dapat dipakai untuk mengurangi kebiasaan buruk yang banyak ditemukan.

b. Media Papan 1. Poster/billboard

Poster didesain oleh designer dan kemudian dicetak untuk ditempel di papan. Dipasang di lokasi seperti pemasangan wallpaper.

Menurut Suma’mur (1987), poster-poster dipergunakan untuk meniadakan kebiasaan-kebiasaan buruk, mempertunjukkan keuntungan-keuntungan jika berbuat selamat, atau memberikan keterangan terperinci, nasehat atau pengarahan terhadap masalah-masalah tertentu. dalam keraguan.

Poster dapat dipakai untuk pengarahan sesuatu sikap atau tindakan yang selamat. Misalnya poster tentang tangga dapat mengarahkan tenaga kerja untuk tidak memakai tangga yang cacat. Poster juga dapat dipakai untuk memperlihatkan ketentuan umum, umpamanya pemasngan poster tentang perlunya setiap tenaga kerja mendapat pertolongan pertama yang tepat jika terjadi kecelakaan.

2. Painted bulletin

Painted bulletin biasanya langsung digambar di tempat, misalnya : sebuah sisi dari gedung tertentu, atap bahkan dapat digambar dalam fiberboard.


(39)

Bentuk-bentuk promosi keselamatan dan kesehatan (K3) di tempat kerja antara lain:

a. Rambu-rambu K3

Menurut Goestch dalam penelitian Syaaf (2008), membuat safety promotion secara visual merupakan cara yang efektif untuk mempromosikan keselamatan. Sebagai contoh, rambu keselamatan yang tampak secara visual bagi operator mesin dapat mengingatkannya untuk menggunakan pengaman mesin. Rambu diletakkan di dekat mesin tersebut. Jika operator tidak dapat mengaktifkan mesin tanpa membaca rambu-rambu ini, maka operator tersebut akan selalu diingatkan untuk menggunakan cara aman setiap kali mengoperasikan mesin.

Kegunaan rambu-rambu K3 tersebut antara lain:

1. Menarik perhatian terhadap adanya kesehatan dan keselamatan kerja 2. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat 3. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan.

4. Mengigatkan para karyawan dimana harus menggunakan peralatan perlindungan diri

5. Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.

6. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan.

Perundangan yang berkaitan dengan rambu-rambu K3 antara lain:

1. Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b : “ Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang


(40)

diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas

atau ahli keselamatan kerja “

2. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kriteria audit 6.4.4 : “Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman“

Kelompok rambu-rambu dibagi dalam tiga bagian yakni : 1. Perintah, berupa : larangan , kewajiban.

2. Waspada, berupa : bahaya, peringatan, perhatian. 3. Informasi.

Adapun jenis rambu dapat berupa : 1. Rambu dengan simbol

2. Rambu dengan simbol dan tulisan

3. Rambu berupa pesan dalam bentuk tulisan .

Pedoman umum rambu-rambu K3 berasarkan warna antara lain:

Gambar 2.

Gambar 2.2. Pedoman umum rambu-rambu K3 berasarkan warna (DC Konsultan, 2012).


(41)

b. Komunikasi

Komunikasi vertikal terjadi secara timbal balik antara penyelia dengan tenaga kerja atau penyelia dengan manajer di atasnya. Komunikasi horizontal adalah komunikasi kesamping antara penyelia atau manajer satuan kerja yang sejajar. Sedang komunikasi silang terjadi secara timbal balik antara manajer pada suatu satuan kerja dengan penyelia pada satuan kerja yang lain. Manfaat komunikasi kesehatan keselamatan kerja baik itu komunikasi secara vertikal maupun horizontal adalah agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit kerja sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan selamat (winarsono, 2013).

Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai meda baik lisan maupun tertulis. Pesan harus mudah diingat oleh penerima. Daya ingat rata-rata melalui berbgai media adalah sebagai berikut:

10% apa yang dibaca, 20% apa yang didengar, 30% apa yang dilihat,

50% apa yang didengar dan dilihat, 70% apa yang dikatakan,

90% apa yang dikatakan dan dikerjakan.

Bagaimaan pesan disampaikan dan diterima dipengaruhi berbagai faktor seperti perbedaan pendidikan dan kecerdasan, gaya belajar (learning style), faktor stress, perbedaan sikap, serta pengaruh bahasa non verbal. Oleh karena itu dalam berkomunikasi perlu diperhatikan:


(42)

Instruksi atau pesan harus jelas

Sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman penerima pesan Tidak memerlukan pertimbangan

Ada umpan balik untuk mengetahui tingkat pemahaman Kesesuaian pemikiran, kata dan tindakan pemberi pesan.

Disamping untuk menyampaikan perintah dan pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan, Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja digunakan untuk mendorong perilaku, sehingga pekerja termotivasi untuk bekerja dengan selamat.

c. Bulan K3

Pemerintah telah menunjukkan komitmennya terhadap pentingnya Keselamatan dan kesehatan kerja, terbukti dengan menerbitkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. Kep. 268/MEN/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2009. Disebutkan tujuan dan sasaran kampanye K3 pada tahun 2009 adalah:

a. Tujuan

1. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi semua pihak untuk efektifitas pelaksanaan K3.

2. Mendorong terciptanya budaya K3 sebagai kebutuhan individu dan masyarakat.

3. Mendorong peningkatan peran perguruan tinggi dan lembaga lainnya dalam peningkatan kualitas SDM dalam bidang K3.


(43)

b. Sasaran

Terciptanya kesadaran dan perilaku masyarakat yang mencerminkan budaya K3 di setiap tempat kerja dalam mencegah serta menurunkan dan meniadakan terjadinya kecelakaan kerja dalam menjamin stabilitas usaha guna mendukung iklim investasi yang kondusif.

Kampanye K3 secara nasional dimulai sejak tanggal 12 Januari 1984. Dalam pendahuluan Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja tahun 2009 disebutkan bahwa kampanye tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja yang ada dilingkungan tempat kerja (Depnakertrans RI, 2009).

Peringatan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di selenggarakan di setiap masing – masing Perusahaan, selain memasang bendera K3 dan Spanduk yang bertemakan budaya K3, juga dilaksanakan kegiatan lain seperti lomba – lomba yang bertemakan K3. (Isma, 2014)

d. Pengawasan

Pengecekan terhadap tindakan pencegahan keselematan dan kesehatan kerja adalah penting untuk dilakukan, sama pentingnya dengan pengecekan terhadap kemajuan dan hasil kerja. Para supervisor perlu melihat bahwa pertimbangan pemenuhan kewajiban akan keselamatan, kesehatan dan lingkungan mereka adalah merupakan bagian yang penting dari tugas. (Rijanto, 2010)

Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan


(44)

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian dalam Halimah, 2010)

Menurut Roughton dalam penelitian Syaaf (2008), beberapa individu yang harus terlibat dalam mengawasi tempat kerja yaitu:

a. Pengawas (supervisor)

Setiap pengawas yang ditunjuk harus mendapatkan pelatihan terdahulu mengenai bahaya yang mungkin akan ditemui dan juga pengendaliannya. b. Pekerja

Ini merupakan salah satu cara untuk melibatkan pekerja dalam proses keselamatan. Setiap pekerja harus mengerti mengenai potensi bahaya dan cara melindungi diridan rekan kerjanya dari bahaya tersebut. Mereka yang terlibat dalam pengawasan membutuhkan pelatihan dalam mengenali dan mengendalikan potensi hazard.

c. Safety Professional

Safety Professional harus menyediakan bimbingan dan petunjuk tentang metode inspeksi. Safety Professional dapat diandalkan untuk bertanggung jawab terhadap kesuksesan atau permasalahan dalam program pencegahan dan pengendalian bahaya.

e. Pelatihan

Pelatihan atau magang adalah proses melatih kegiatan atau pekerjaan (KBBI edisi 2, 1989).


(45)

Pelatihan merupakan suatu program yang diharapkan dapat memberikan rangsangan/stimulus kepada seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan tertentu dan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan kerja atau organisasi (Sofyandi, 2008).

Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : (1) untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, (2) untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan).

Pelatihan memberikan manfaat ganda dalam promosi keselamatan. Pertama, pelatihan memastikan pekerja tahu bagaimana cara bekerja dengan aman dan mengapa hal itu penting. Kedua, pelatihan menunjukkan bahwa manajemen memiliki komitmen memiliki komitmen terhadap keselamatan. (Goestsch dalam Syaaf, 2008) 2.2.6. Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PTPN IV Kebun

Dolok Ilir

Beberapa jenis kegiatan dari program promosi keselamatan dan kesehatan kerja di PTPN IV Kebun Dolok Ilir antara lain:


(46)

1. Pemasangan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Pada setiap unit stasiun produksi pengolahan, rambu-rambu K3 yang dipasang berupa peringatan tanda bahaya akan kondisi lingkungan kerja dan risiko penyakit akibat kerja (PAK) dan peringatan pemakaian APD. 2. Komunikasi pesan (informasi K3)

a. Safety talk (pesan-pesan K3). Pesan K3 tersebut setiap tahunnya dilaksanakan pada periode tertentu seperti saat apel pagi setiap bulannya, saat sebelum pengoperasian proses produksi oleh mandor unit, saat rapat bulanan P2K3 yang meninjau aspek K3 pekerja dan lingkungan kerja dengan melibatkan setiap mandor unit dan perwakilan pekerja.

b. Penyebarluasan informasi K3 di setiap unit kerja yang bukan dalam bentuk rambu-rambu K3 dan bagi para tamu yang hendak masuk ke unit PKS juga diberikan informasi K3.

c. Pemberian buku saku K3 berupa PP 50 tahun 2012 tentang SMK3 yang didistribusikan dan disosialisasikan pada bulan Juli 2013.

3. Kegiatan Perayaan Bulan K3 Nasional

Kegiatan ini dilaksanakan aksi sosial K3 dengan gotong royong bersama di area pabrik, perumahan perkebunan dan tempat ibadah, upacara bendera dengan pembacaan pesan-pesan K3, pemasangan bendera,


(47)

baliho, spanduk dan poster K3, pengadaan perlombaan pembuatan poster K3 lukis dan cerdas cermat K3.

4. Pengawasan

a. Pengawasan harian oleh mandor unit terhadap perilaku bawahan atau karyawan bagian pengolahan PKS.

b. Patroli rutin peninjauan aspek K3 pekerja dan lingkungan setiap 1 bulan sekali oleh P2K3.

5. Pelatihan

Pelatihan yang dilaksanakan bagi karyawan unit pengolahan meliputi: a. Pelatihan pelaksanaan instruksi kerja

b. Pemadaman kebakaran (fire fighting) c. Pelatihan Rescue (tanggap darurat)

d. Pelatihan P3K dilengkapai dengan fasilitasnya.

e. Pemberian safety permit yang merupakan izin pekerjaan untuk memastikan pekerjaan yang berpotensi bahaya boleh dilakukan stelah ada pengarahan, pelatihan, dan pengeluaran sertifikat izin dengan Surat izin Operator (SIO) bagian Lori dan Ketel Uap yang berjumlah 4 orang.


(48)

2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.3. Bagan Kerangka Konsep

Promosi K3

2.4. Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak ada hubungan antara Promosi K3 (Rambu-Rambu K3, Komunikasi pesan K3, Kegiatan Bulan K3, Pengawasan, dan Pelatihan) dengan perilaku aman (safe behavior).

Ha : Ada hubungan antara Promosi K3 (Rambu-Rambu K3, Komunikasi pesan K3, Kegiatan Bulan K3, Pengawasan, dan Pelatihan) dengan perilaku aman (safe behavior).

Rambu-rambu K3 Komunikasi pesan K3

Kegiatan Bulan K3 Pengawasan

Pelatihan

Safe behavior (Perilaku Aman)


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain Cross Sectional Study yaitu suatu rancangan penelitian yang mempelajari dinamika korelasi dan asosiasi antara variabel independen (promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3)) dengan variabel dependen (perilaku aman/safe behavior) pada saat yang bersamaan (point time approach).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di Unit produksi pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Kebun Dolok Ilir dengan alasan :

1. Belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan promosi promosi keselamatan dan kesehaan kerja (K3) dengan perilaku aman (safe behavior) karyawan unit produksi pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Kebun Dolok Ilir.

2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian pada karyawan unit produksi pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Kebun Dolok Ilir.

3.2.2. Waktu Penelitian


(50)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pekerja Unit Produksi Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Kebun Dolok Ilir sebanyak 88 orang (karyawan tetap unit penolahan).

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian pekerja di Unit Produksi Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN IV Kebun Dolok Ilir dengan menggunakan rumus penentuan besar sampel (Saryono, 2008) :

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (0,1)


(51)

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 44 orang. Untuk menentukan pekerja yang akan dijadikan sampel digunakan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana.

Teknik pengambilansampel secara acak sederhana ini adalah dengan mengundi anggota populasi (lottery technique) atau teknik undian, dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number). Notoadmojo, 2005) 3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Menurut Chandra (1995), data primer yaitu materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh si peneliti pada saat berlangsungnya suatu penelitian. Data Primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara peneliti melakukan wawancara langsung dengan pekerja unit produksi pengolahan dengan menggunakan kuesioner bersumber dari kuesioner baku perusahaan yang dikombinasikan dengan kuesioner penelitian terdahulu oleh Andy et al (2005).

3.4.2. Data Sekunder

Menurut Effendy (1995), data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi.

Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pihak perusahaan pada bagian Sumber Daya Manusia (SDM) dan sekretariat SMK3, ISO dan RSPO PTPN IV Kebun Dolok Ilir meliputi data rincian data pekerja bagian produksi pengolahan,


(52)

data kecelakaan kerja, kuesioner baku perusahaan, dan rincian data promosi K3 perusahaan.

3.5. Teknik Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun sekunder akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menyunting data (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan pengisian, keselahan pengisian, konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner.

2. Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan untuk memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut.

3. Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dalam program software komputer berdasarkan klasifikasi.

4. Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang ada yang salah, sehingga data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

3.6. Definisi Operasional

1. Perilaku aman adalah tindakan pekerja yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.


(53)

2. Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah Peralatan berupa tanda dan tulisan yang ditempatkan pada setiap stasiun kerja berupa lokasi rawan bahaya, tanda level bahaya, spanduk/poster untuk memberitahukan APD yang wajib digunakan, dan ajakan penerapaan K3 guna meningkatkan K3 pekerja.

3. Komunikasi pesan K3 adalah penyebarluasan informasi khususnya mengenai K3 secara merata di setiap unit kerja agar sampai ke setiap pekerja.

4. Bulan K3 Nasional adalah periode memperingati pentingnya K3 secara khusus pada 12 Januari-12 Februari dengan keterlibatan seluruh pekerja di perusahaan melalui berbagai kegiatan bertemakan K3 untuk

meningkatkan budaya K3.

5. Pengawasan adalah tindakan memantau kegiatan seorang pekerja atau lebih di setiap stasiun atau area kerja sesuai dengan instruksi kerja serta memberikan peringatan jika terdapat hal yang membahayakan pekerja oleh pengawas (mandor unit) dan pengawas bagian K3 .

6. Pelatihan adalah kegiatan latih kemampuan pekerja dalam melaksanakan instruksi kerja dan bidang lain seperti penggunaan APD yang baik dan benar, P3K, dan tanggap darurat.


(54)

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dengan membuat pertanyaan menggunakan skala Guttman. Skala Guttman merupakan skala yang menginginkan tipe jawaban tegas seperti jawaban

benar-salah, ya-tidak dan seterusnya. (Singarimbun, 1987)

1. Pengukuran variabel dependen (perilaku aman/safe behavior)

Didasarkan dari 9 pertanyaan baku dari perusahaan dan dikombinasikan dari beberapa pertanyaan dalam kuesioner penelitian terdahulu dengan kode pertanyaan A1-A9 yang diajukan dengan alternatif jawaban “benar dan salah”. Pertanyaan juga merupakan kombinasi pertanyaan positif dan negative dan skor diberikan pada masing-masing jawaban pertanyaan. Adapun pedoman pemberian skor pada masing-masing pertanyaan antara lain:

a. Pada pertanyaan A1, jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 0 dan jika menjawab “salah” maka diberi skor 1

b. Pada pertanyaan A2, jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 1 dan jika menjawab “salah” maka diberi skor 0

c. Pada pertanyaan A3, jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 1 dan jika menjawab “salah” maka diberi skor 0

d. Pada pertanyaan A4, jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 1 dan jika menjawab salah maka diberi skor 0

e. Pada pertanyaan A5, jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 1 dan jika menjawab “salah” maka diberi skor 0


(55)

f. Pada pertanyaan A6, jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 1 dan jika menjawab “salah” maka diberi skor 0

g. Pada pertanyaan A7, jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 0 dan jika menjawab “salah” maka diberi skor 1.

h. Pada pertanyaan A8, jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 0 dan jika menjawab “salah” maka diberi skor 1.

i. Pada pertanyaan A9, jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 1 dan jika menjawab “salah” maka diberi skor 0.

Kemudian variabel perilaku aman (safe behavior) dikategorikan menjadi:

a. Aman, jika responden memperoleh skor ≥ 75 % (≥ 6,75)

b. Tidak aman, jika responden memperoleh skor < 75% (<6,75) (Arikunto, 2009)

2. Pengukuran variabel independen (Promosi K3)

Variabel independen terdiri dari 5 variabel yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” diberi skor 1 dan “tidak” diberi skor 0. Variabel-variabel tersebut antara lain:

a. Rambu-rambu K3

Terdiri atas 4 pertanyaan dengan kode pertanyaan B1-B4, kemudian variabel ini dikategorikan menjadi:

a. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75 % (≥3) b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < 75% (<3)


(56)

b. Pelatihan

Terdiri dari 4 pertanyaan dengan kode pertanyaan C1-C4, kemudian variabel ini dikategorikan menjadi:

a. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75 % (≥3) c. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < 75% (<3) (Arikunto, 2009)

b. Pengawasan

Terdiri dari 5 pertanyaaan dengan kode pertanyaan D1-D5, kemudian variabel ini dikategorikan menjadi:

a. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75 % (≥3,75)

d. Tidak baik, jika responden memperoleh skor <75% (<3,75) (Arikunto, 2009)

c. Komunikasi pesan K3

Terdiri dari 4 pertanyaan dengan kode pertanyaan E1-E4, kemudian variabel ini dikategorikan menjadi:

a. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75 % (≥3) b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < 75% (<3)

(Arikunto, 2009)

d. Kegiatan-kegiatan bulan K3

Terdiri dari 6 pertanyaan dengan kode pertanyaan F1-F6, kemudian variabel ini dikategorikan menjadi:

a. Baik, jika responden memperoleh skor ≥ 75 % (≥4,5) b. Tidak baik, jika responden memperoleh skor < 75% (<4,5)


(57)

(Arikunto, 2009) 3.8. Teknik Analisa Data 3.8.1. Analisis Univariat

Analisis data pada penelitian ini menggunakan Analisis Univariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari variabel dependen (promosi K3) dan variabel independen (perilaku aman/safe behavior) dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0.

3.8.2. Analisi Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan promosi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan perilaku aman (safe behavior) pada pekerja bagian produksi pengolahan PTPN IV Kebun Dolok Ilir. Pada analisis ini menggunakan uji Chi Square ( p < 0,05) dikarenakan variabel dependen data kategorik dan variabel independen data kategorik (Budiarto, 2002). Analisis data dilakukan dengan menggunakan spss versi 17.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pabrik kelapa sawit PTPN IV (Persero) Dolok Ilir Kabupaten Simalungun dibuka oleh Maskapai Belanda yang diberi nama Naamloze Vennootschap Hendles Vereniging Amsterdam (NV. HVA) pada tahun 1915 dengan ditanami komoditi Serat Nenas (Agape Sisalana) dan serat pisang (Manila Henep). Semasa pengembalian Irian Barat ke Indonesia tahun 1958 Kebun Dolok Ilir di Nasionalisasikan oleh Pemerintah Indonesia dan mulai dikelolah oleh bangsa Indonesia. Adapun periodeisasi pengelolaannya dapat dilihat pada tebel berikut:

Tabel 4.1 Periodeisasi Pengelolaan Pabrik kelapa sawit PTPN IV (Persero) Dolok Ilir

No Periode Kesatuan Keterangan

1 1995 s/d 1957 NV. HVA

2 1958 s/d 1967 PPN. Aneka Tanaman Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 1959

3 1968 s/d 1971 PNP-VII Keppres No. 144 tahun

1968

4 1971 s/d 1994 PTP-VII Peraturan Pemerintah No.

29 tahun 1971 5 1994 s/d 1996 PTP SUMUT III

6 1996 s/d sekarang

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Peraturan Pemerintah No. 9/1996


(59)

Sejak tahun 1985 tanaman serat dialihkan menjadi tanaman kelapa sawit. Konversi ini dilakukan secara bertahap dan selesai tahun 1974. Secara Geografis kebun Dolok ilir berada :

 Sebelah Timur Kebun Laras dan Kebun Bandar Betsy

 Sebelah Barat Dolok Merawan

 Sebelah Selatan Sinaksak – Pematang Siantar

 Sebelah Utara Kebun Sibulan, Dolok Ilir dan Laut Tador Kebun Dolok Ilir berada dikabupaten Simalungun Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Dolok Merawan. Sesuai izin HGU No. 13/HGU/BPN/2006 yang berlaku terhitung mulai tanggal 31-12-2005 s/d 31-12-2030, Luas Konsesi Unit Kebun Dolok Ilir Kabupaten Simalungun 7.348,80 Ha.

4.1.2. Struktur Organisasi

Unit Usaha Dolok Ilir dipimpin oleh seorang Manajer Unit. Bagan struktur organisasi Kebun Dolok Ilir berbentuk garis dan staf, dimana administrasi sebagai penangggung jawab utama di bantu staf bagian tanaman, pabrik, dan tata usaha/umum. Wewenang dan perintah berjalan menurut garis lurus dari administrator sampai karyawan terendah. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh seluruh personil yang tercantum pada bagian organisasi pada bidang masing-masing sesuai tugasnya. Adapun bagan organisasi Kebun Dolok Ilir sebagai berikut :


(60)

SRUKTUR ORGANISASI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN IV (PERSERO) KEBUN DOLOK ILIR Manajer Unit Razac, Bsc KADIS TANAMAN RAYON SELATAN KADIS TANAMAN RAYON UTARA KEPALA DINAS PENGOLAHAN KEPALA DINAS TEKNIK KEPALA DINAS TATA USAHA ASISTEN AFD V ASISTEN AFD VI ASISTEN AFD VII ASISTEN AFD VIII ASISTEN S. EMPLASMEN ASISTEN AFD I ASISTEN AFD II ASISTEN AFD III ASISTEN AFD IV ASISTEN PENGOLAHAN ASISTEN PENGOLAHAN ASISTEN PENGOLAHAN ASISTEN TEKNIK PABRIK ASISTEN TEKNIK SIPIL ASISTEN TATA USAHA ASISTEN TRANSPORT POOL ASISTEN SDM DAN UMUM KEPALA SMP YAPEKDI PERWIRA PENGAMANAN


(61)

4.1.3. Visi dan Misi Perusahaan a. Visi

PT. Perkebunan IV (Persero) “ Menjadikan Pusat Keunggulan pengelolaan perusahaan agro industri kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan “.

b. Misi

 Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif

 Meningkatkan daaya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara dan lingkungan kerjayang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi  Meningkatkan laba secara berkesinambungan

 Mengelola usaha secara professional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan tata kelola perusahaan yang baik (GCG)

 Meningkatkan tanggungjawab social dan lingkungan

 Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat/daerah.

Untuk mencapai sasaran yang jelas dalam koridor visi dan misi tersebut, diperlukan suatu corporate plan atau perencanaan strategis jangka panjang yang akan menjadi acuan atau pedoman manajemen dalam menjalankan keputusan strategis.

Penyusunan rencana jangka panjang adalah bagian dari upaya yang konsisten dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).


(62)

4.1.4. Proses Produksi

Tandan Buah Segar (TBS) setelah dipanen akan diolah dalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Pengolahan tandan buah segar ini dimaksudkan untuk memperoleh minyak sawit dari daging buah (Crude Palm Oil) dan dari biji buah (Palm Kernel Oil). PKS Unit Dolok Ilir memiliki kapasitas produksi 60 ton/jam.

1. Stasiun Penerimaan Buah

Stasiun penerimaan TBS merupakan stasiun yang menerima TBS yang diangkut oleh truk-truk pengangkut dari kebun, baik dari kebun milik Dolok Ilir maupun milik pihak ketiga. Stasiun penerimaan buah terdiri dari :

2. Stasiun Timbangan

Stasiun timbangan merupakan langkah awal sebelum melakukan proses pengolahan TBS selanjutnya. Stasiun timbangan berfungsi sebagai tempat atau alat penimbangan TBS yang dibawa ke Pabrik dan hasil produksi Pabrik (minyak/inti sawit). Proses penimbangan menggunakan 2 sistem yaitu sistem digital dan sistem manual.

3. Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang selanjutnya akan dibawa ke Loading ramp. Loading ramp merupakan tempat yang berfungsi untuk menampung TBS dari kebun sebelum di proses, mempermudah pemasukan TBS ke dalam lori, dan mengurangi kadar kotoran yang terdapat pada TBS. Sebelum Tandan Buah Segar (TBS) dimasukkan kedalam Loading ramp, TBS yang telah ditimbang dilakukan penyortiran terlebih dahulu.


(63)

Setelah dilakukan sortasi, TBS kemudian dimasukkan kedalam loading ramp. TBS yang telah berada di dalam loading ramp selanjutnya akan dimasukkan ke dalam lori. Lori merupakan tempat untuk merebus Tandan Buah Segar (TBS).

4. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Tandan Buah Segar (TBS) yang telah dimasukkan ke dalam lori akan direbus dalam perebusan (sterilizer). Sebelum melakukan perebusan, lori yang berisi tandan buah segar akan dipindahkan terlebih dahulu menggunakan transfer carriage. Transfer carriage merupakan suatu rel yang berfungsi untuk memindahkan jalur lori dari loading ramp menuju sterilizer Alat ini juga menggunakan tali dan kabel baja untuk menarik lori.

Lori yang telah dipindahkan pada jalur perebusan, selanjutnya akan ditarik dengan alat penarik (Capstand). Capstand merupakan alat yang digunakan untuk menarik lori pada posisi yang diinginkan seperti menarik lori masuk kedalam rebusan (sterilizer), dan mendekatkan lori pada housting crane.

Sterilizer merupakan bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam). Steam yang digunakan pada rebusan diinjeksi dari Back Pressure Vessel (BPV) yang dihasilkan oleh boiler. Steam yang masuk ke dalam rebusan bertekanan 2,8-3,0 kg/cm2 dengan suhu 135-140°C.

Pabrik kelapa sawit Unit Dolok Ilir memiliki 3 unit rebusan horizontal dan 2 unit rebusan vertical dengan kapasitas masing-masing rebusan 25 ton (berisi 10 lori dengan kapasitas lori 2,5 ton TBS/lori). Namun hanya dua unit yang dioperasikan sedangkan satu unit menjadi cadangan. Siklus yang dibutuhkan untuk di ketel rebusan


(64)

5. Stasiun Penebahan (Thresher)

Stasiun penebah berfungsi untuk memisahkan atau melepaskan brondolan dari tandannya. TBS yang telah selesai direbus dari sterilizer akan ditarik keluar menggunakan capstand. Lori-lori yang keluar dari rebusan diangkat menggunakan housting crane dan dituangkan ke auto feeder dengan memutar lori 360˚. PKS Unit Usaha Dolok Ilir memiliki 2 unit housting crane yang berkapasitas 5 ton/unit dengan berat lori yang diangkut sebesar 2.5 ton.

Auto feeder adalah alat yang digunakan untuk mengatur pemasukan tandan buah ke dalam thresher. Pengaturan buah yang masuk dari Auto Feeder ke thresher disesuaikan dengan kapasitas thresher sehingga buah tidak terlalu banyak menumpuk dalam thresher yang dapat mengakibatkan proses perontokan tidak sempurna. Thresher merupakan alat pemisah antara tandan dengan brondolan.

Empty bunch conveyor berfungsi sebagai alat angkut janjangan atau tandan kosong dari stasiun penebah ke hopper janjangan. Janjangan kosong kemudian di bawa ke hopper janjangan sebelum dibawa kembali ke afdeling (sebagai pupuk untuk perkembangan tanaman kelapa sawit) dengan menggunakan truk.

Di dalam PKS Unit Dolok Ilir di stasiun penebahan juga terdapat fruit conveyor dan fruit elevator. Fungsi dari fruit conveyor adalah untuk mengatur aliran (line) buah dari penebah (rotary drum) ke elevator buah untuk diteruskan ke digester. Fruit conveyor ini bertipe ulir dengan kapasitas 20 Ton. Fruit elevator berfungsi untuk mengangkut brondolan dari fruit conveyor dan kemudian dibagikan ke distributor conveyor pembagi. Fruit elevator yang digunakan di PKS Unit Usah Dolok Ilir bertipe rantai dengan kapasitas 30 Ton TBS/jam.


(65)

6. Stasiun Kempa (Pressing)

Brondolan sawit yang telah lepas dari tandan kemudian memasuki stasiun kempa. Stasiun ini merupakan tempat untuk proses pemisahan minyak dari sabut dan biji kelapa sawit. Pada stasiun ini terdapat dua proses utama, yaitu proses digestion dan pressing. Fungsi digester adalah untuk melepaskan daging buah dari biji (noten) dan melumatkannya dengan cara menekan brondolan menggunakan pisau pengaduk yang berputar sambil dipanaskan yang digerakkan oleh electromotor.

Setelah buah dikempa kemudian akan menuju ke mesin pressing. Proses pengempaan (pressing) merupakan proses pemisahan minyak kasar (crude oil) dari massa adukan, alat yang digunakan dalam proses ini adalah screw presser. Kapasitas screw press yang digunakan di Unit Usaha Dolok Ilir yaitu 10-12 ton TBS/jam. Minyak yang dihasilkan dari proses pengempaan kemudian masuk ke press silinder. Serabut dan biji (ampas) hasil pengepresan diteruskan ke cake breaker conveyor untuk diolah di Pabrik biji.

7. Stasiun Pemurnian Minyak

Stasiun pemurnian minyak berfungsi untuk memisahkan minyak dengan kotoran serta unsur-unsur yang mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan kehilangan minyak seminimal mungkin. Stasiun pemurnian minyak dimulai dari Sand Trap Tank. Hal ini berarti terdapat prinsip-prinsip perlakuan untuk memisahkan antara minyak dan non-minyak.


(66)

8. Proses Pemurnian Minyak a. Oil Gutter

Crude oil gutter adalah alat yang berfungsi sebagai talang yang mengantarkan minyak hasil kempa (minyak kasar) ke sand trap dan selanjutnya masuk ke proses pemurnian.

b. Sand Trap Tank

Sand trap berfungsi untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari screw press. Minyak yang keluar dari screw press dialirkan oleh oil gutter menuju sand trap tank. Di dalam sand trap tank, pasir dan bukan minyak padat yang berat jenisnya lebih besar dari minyak mengendap. Minyak yang keluar dari sand trap menuju ke vibrating screen.

c. Vibre Separator

Vibre separator atau juga biasa disebut dengan vibrating screen berfungsi untuk menyaring crude oil dari serabut-serabut yang lolos dari stasiun kempa yang dapat menggangu proses pemisahan minyak. Kotoran yang tidak bisa tersaring akan masuk ke dalam bottom fruit conveyor untuk kembali diolah di dalam digester. Kapasitas dari vibre separator yang digunakan di Unit Usaha Dolok Ilir adalah 30 Ton TBS/Jam. Vibre separator yang digunakan hanya satu Unit, satu Unit lagi digunakan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu Unit yang digunakan sedang mengalami perbaikan dan maintenance.


(67)

d. Crude Oil Tank

Crude Oil Tank merupakan tangki penampung minyak kasar hasil saringan dari vibre separator. Fungsi dari Crude Oil Tank yaitu untuk menurunkan NOS (non oil solid) dan menambah panas.

e. Continious Settling Tank (CST)

CST berfungsi untuk memisahkan minyak, sludge, dan air secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis. PKS Unit Usaha Dolok Ilir memiliki 2 unit CST dimana masing-masing CST memiliki 3 buah ruang. Ruang pertama berguna untuk menampung minyak dari pompa minyak kasar dan penambahan panas untuk memanaskan minyak dengan suhu 90-95˚C. Ruang kedua merupakan ruang pemisah antara minyak dan sludge. Minyak mengapung dan langsung dialirkan ke oil tank untuk dimurnikan oleh oil purifier. Sludge yang berada pada bagian bawahnya dialirkan ke ruang ketiga untuk ditampung sementara sebelum dialirkan ke sludge tank.

f. Oil Tank

Oil Tank berfungsi sebagai bak penampung sebelum minyak masuk ke oil purifier. PKS Unit Usaha Dolok Ilir memiliki 1 unit oil tank dengan kapasitas 10 m3.

g. Oil Purifier

Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak dengan gaya sentrifugal dan prinsip perbedaan berat jenis dimana minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil akan terdorong ke bagian poros sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar akan terdorong ke arah dinding.


(1)

kategori variabel kegiatan-kegiatan bulan K3 * kategori variabel perilaku aman Crosstabulation kategori variabel perilaku aman

Total tidak aman

<75% aman >=75% kategori variabel

kegiatan-kegiatan bulan K3

tidak baik <75% Count 29 12 41

% within kategori variabel kegiatan-kegiatan bulan K3

70.7% 29.3% 100.0%

% within kategori variabel perilaku aman

100.0% 80.0% 93.2%

% of Total 65.9% 27.3% 93.2%

baik >=75% Count 0 3 3

% within kategori variabel kegiatan-kegiatan bulan K3

.0% 100.0% 100.0%

% within kategori variabel perilaku aman

.0% 20.0% 6.8%

% of Total .0% 6.8% 6.8%

Total Count 29 15 44

% within kategori variabel kegiatan-kegiatan bulan K3

65.9% 34.1% 100.0%

% within kategori variabel perilaku aman

100.0% 100.0% 100.0%


(2)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 6.224a 1 .013

Continuity Correctionb 3.474 1 .062

Likelihood Ratio 6.892 1 .009

Fisher's Exact Test .034 .034

Linear-by-Linear Association 6.083 1 .014

N of Valid Cases 44

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,02. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

(4)

(5)

(6)