menjamin ketenangan usaha, ketenangan kerja dan produktifitas. Secara khusus Promosi K3 dengan sasaran utama yaitu tenaga kerja diupayakan untuk membenahi
perilaku aman saat bekerja. Promosi K3 di PTPN IV Dolok Ilir sudah dijalankan secara rutin sejak tahun
2004. Pada awalnya pelaksanaan promosi K3 tersebut merupakan bagian dari penerapan SMK3 yang mengacu pada Permenaker RI No.: Per.05Men1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan di perusahaan ini pada tahun 2000. Saat ini pelaksanaan Promosi K3 tersebut mengacu pada PP RI
No.50 Tahun 2010 tentang penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Beberapa kegiatan promosi K3 yang dilakukan di PTPN IV Kebun Dolok Ilir
pada bagian produksi pengolahan antara lain: rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja K3, komunikasi pesan informasi K3, kegiatan khusus bulan K3
nasional, pengawasan, dan pelatihan. Hal diatas melatarbelakangi penulis untuk mengambil judul Hubungan
Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 dengan Perilaku Aman Safe Behavior Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit PTPN IV
Kebun Dolok Ilir.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara promosi keselamatan dan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
kerja K3 dengan perilaku aman safe behavior pada karyawan bagian produksi pengolahan minyak sawit PTPN IV Kebun Dolok Ilir.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa hubungan antara promosi keselamatan dan kesehatan kerja K3 dengan perilaku aman safe behavior pada
karyawan bagian produksi pengolahan minyak sawit PTPN IV Kebun Dolok Ilir.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja
K3 dengan perilaku aman safe behavior.
2. Untuk mengetahui hubungan komunikasi pesan keselamatan dan kesehatan kerja K3 dengan perilaku aman safe behavior.
3. Untuk mengetahui hubungan bulan keselamatan dan kesehatan kerja K3 dengan perilaku aman safe behavior.
4. Untuk mengetahui hubungan pengawasan dengan perilaku aman safe behavior.
5. Untuk mengetahui hubungan pelatihan dengan perilaku aman safe behavior.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan untuk pekerja di bagian produksi pengolahan agar lebih memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja di dalam
melakukan pekerjaannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai masukan bagi perusahaan agar dapat menjalankan program K3 dengan lebih baik lagi untuk peningkatan produktivitas melalui aspek
keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja. 3. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang
hubungan promosi keselamatan dan kesehatan kerja K3 dengan perilaku aman safe behavior.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Perilaku
2.1.1. Pengertian Perilaku
Pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan mahluk hidup dan pada dasar nya perilaku dapat diamati melalui sikap dan
tindakan. Namun demikian tidak berarti bahwa perilaku hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya. Perilaku juga bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan,
motivasi dan persepsi Notoatmodjo, 2003. Menurut Geller dalam Notoadmojo 2003, perilaku mengacu pada tindakan
individu yang dapat diamati oleh orang lain. Robert Kwick mendefinisikan perilaku adalah tindakan-tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan
bahkan dapat dipelajari . Perilaku dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:
1. Perilaku tertutup covert behavior Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup covert. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Universitas Sumatera Utara
2. Perilaku terbuka overt behavior Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.1.2. Pembentukan Perilaku
Notoatmodjo 2003 menyebutkan faktor yang memegang peranan di dalam pembentukan perilaku, yaitu: faktor intern dan ekstern. Faktor intern berupa
kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor ekstern meliputi objek, orang, kelompok dan
hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras
dengan lingkungan apabila perilaku tersebut dapat diterima oleh lingkungannya dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan.
Menurut Reason 1997 mengungkapkan bahwa adanya saling mempengaruhi antara faktor psikologis dan faktor situasi dalam perilaku manusia dimana faktor
manusia dipengaruhi faktor internal yaitu: faktor yang berkaitan dengan diri perilaku, seperti: kebutuhan, motivasi, kepribadian, harapan, pengetahuan, persepsi, dan faktor
eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri perilaku atau dari lingkungan sekitarnya, seperti: kelompok, organisasi, atasan, teman, orang tua, dan lain-lain.
Syaaf, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Proses Perubahan perilaku
Terbentuknya dan perubahan perilaku manusia terjadi dikarenakan adanya proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui suatu proses yakni proses
belajar. Oleh sebab itu, perubahan perilaku dan proses belajar itu sangat erat kaitannya. Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar Notoadmojo,
2003. Proses pembelajaran yang terjadi pada diri individu terjadi dengan baik
apabila proses pembelajaran tersebut menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen. Dengan demikian dikatakan bahwa proses pembelajaran terjadi bila
individu tersebut berperilaku, bereaksi dan menanggapi sebagai hasil dari pembelajarannya dengan cara yang berbeda dari individu tersebut berperilaku
sebelumnya. Halimah, 2010.
2.1.4. Faktor Penentu Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme orang, namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang,
namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor internal, yaitu karekteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya. 2. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang Notoatmodjo, 2003.
2.1.5. Perilaku Aman
Peril aku aman menurut Heinrich dalam Suma’mur 1996 adalah tindakan
atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan. Sedangkan menurut Bird dan
Germain, perilaku aman adalah perilaku yang tidak dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Perbedaan perilaku aman dan perilaku Kesehatan dan
keselamatan kerja K3 yaitu perilaku aman hanya berfokus pada keselamatannya saja sedangkan perilaku K3 tidak hanya pada keselamatan tetapi juga kesehatan
kerjanya. Dibawah ini adalah jenis-jenis perilaku aman: 1. Menurut Frank E bird dan Germain 1990 dalam teori Loss Caution
Model menyatakan bahwa jenis-jenis perilaku aman meliputi: a. Melakukan pekerjaan yang sesuai wewenang yang diberikan.
b. Berhasil memberikan peringatan terhadap adanya bahaya. c. Berhasil mengamankan area kerja dan orang-orang disekitarnya.
d. Bekerja sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
e. Menjaga alat pengaman agar tetap berfungsi. f. Tidak menghilangkan alat pengaman keselamatan.
g. Menggunakan peralatan yang seharusnya. h. Menggunakan peralatan yang sesuai.
i. Menggunakan APD dengan benar. j. Pengisian alat atau mesin yang sesuai dengan aturan yang berlaku.
k. Penempatan material atau alat-alat sesuai dengan tempatnya dan cara mengangkat yang benar.
l. Memperbaiki peralatan dalam kondisi alat yang telah dimatikan. m. Tidak bersenda gurau atau bercanda ketika bekerja. Halimah,
2010 2. Menurut Heinrich
dalam Suma’mur 1987, perilaku aman terdiri dari : a. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang sesuai.
b. Mengoperasikan peralatan yang memang haknya. c. Menggunakan peralatan yang sesuai.
d. Menggunakan peralatan yang benar. e. Menjaga peralatan keselamatan tetap berfungsi.
f. Berhasil memperingatkan karyawan lain yang bekerja tidak aman. g. Menggunakan PPE dengan benar.
h. Mengangkat dengan beban yang seharusnya dan menempatkannya di tempat yang seharusnya.
i. Mengambil benda dengan posisi yang benar. j. Cara mengangkat material atau alat dengan benar.
Universitas Sumatera Utara
k. Disiplin dalam pekerjaan. l. Memperbaiki peralatan dalam keadaan mati. Halimah, 2010
2.2. Promosi Kesehatan
2.2.1. Pengertian
Badan kesehatan dunia World Health Organization menjelaskan, promosi kesehatan di tempat kerja adalah berbagai kebijakan dan aktivitas di tempat kerja
yang dirancang untuk membantu pekerja employee dan perusahaan employer di semua level untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan mereka dengan
melibatkan partisipasi pekerja, manajemen dan stakeholder lainnya Notoadmojo, 2010.
Promosi kesehatan di tempat kerja adalah, upaya promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk memberdayakan masyarakat di tempat
kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara
dan meningkatkan tempat kerja yang sehat Kholid, 2012.
2.2.2. Tujuan dan Sasaran
Menurut Kholid 2012, tujuan promosi kesehatan di tempat kerja adalah : 1. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
2. Menurunkan angka absensi kerja. 3. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
4. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mendukung, dan aman. 5. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat.
Universitas Sumatera Utara
6. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat.
Sasaran dari promosi kesehatan di tempat kerja adalah: 1. Primer
: karyawan di tempat kerja
2. Sekunder :
pengelola K3, serikat atau organisasi pekerja. 3. Tertier
: pengusaha dan manajerdirektur.
2.2.3. Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Menurut Kholid 2012, mengembangkan promosi kesehatan di tempat kerja dapat melalui delapan langkah yaitu:
1. Menggalangkan dukungan manajemen Untuk mengembangkan promosi kesehatan di tempat kerja, dukungan dan
komitmen dari pengambil keputusan dari semua pihak sangat penting sekali. Ini termasuk bukan saja sebagai sponsor, tetapi komitmen untuk
pelaksanaan promosi kesehatan tersebut. Para manajer hendaknya membuat program dan informasi umum tentang pelaksanaan promosi
kesehatan yang diedarkan ke seluruh staf untuk didiskusikan. Coordinator program hendaknya memilih fasilitas yang ada untuk pelaksanaan.
2. Melakukan koordinasi Untuk lancarnya proses jalannya pelaksanaan, para pengambil
keputusanmembentuk kelompok kerja team yang baik, contohnya panitia dari bagian kesehatan, bagian keselamatan, lingkungan dan
ketenagaan. Kelompok kerja tersebut hendaknya mengikuti semua komponen yang terkait di semua tingkatan di tempat kerja maupun di
Universitas Sumatera Utara
sektor terkait. Anggota dari kelompok kerja disesuaikan dengan lingkungan yang ada, baik besarnya dan struktur dari tempat kerja
tersebut. 3. Penjajakan Kebutuhan
Team hendaknya melakukan need assessment. Hal ini untuk mengumpulkan segala informasi yang berhubungan dengan kesehatan
dan keselamatan kerja. Tujuan dari need assessment ini adalah adalah mengidentifikasi
masalah yang
memengaruhi kesehatan
dan menjadikannya program. Need assessment merupakan dasar untuk desain
program dan hal ini harus focus pada permasalahan atau perhatian dari perusahaan dan pekerja. Hasil secara rinci dari need assessment ini
hendaknya dikoordinasikan dengan team dan manajemen perusahaan. 4. Memprioritaskan kebutuhan
Team memprioritaskan masalah berdasarkan keinginan dan kebutuhan masalah-masalah yang memengaruhi kesehatan.
5. Menyusun perencanaan Berdasarkan prioritas masalah dan kebutuhan, team mengembangkan
perencanaan yaitu perencanaan jangka panjang dan jangka pendek lengkap dengan goal dan tujuan,strateginya, aktivitasnya, biaya dan
jadwal pelaksanaan. Biaya perencanaan hendaknya diajukan setiap tahun anggaran.
Universitas Sumatera Utara
6. Pelaksanaan Dalam pelaksanaannya hendaknya diawasi dan diberikan dukungan
peralatan yang dibutuhkan, serta partisipasi aktif dari para team dan pengambil keputusan sangat membantu lancarnya pelaksanaan.
Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana yang dibuat, walaupun ada kemungkinan perubahan di tengah proses pelaksanaan apabila diperlukan.
7. Monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi merupakan hal yang sangat penting untuk
melihat seberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-masalah yang ditemui dan
umpan balik feed back untuk perbaikan. 8. Revisi dan perbaikan program
Setelah mendapatkan hasil dari evaluasi tentunya ada kekurangan dan masukan yang perlu untuk pertimbangan dalam melakukan perbaikan
program, sekaligus merevisi hal yang sudah ada.
Universitas Sumatera Utara
Dibawah ini terlihat ilustrasi dari perencanaan dan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di tempat kerja PKDTK.
Siklus perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PKDTK Menggalang dukungan manajemen pengembangan program PKDTK
Melaksanakan mekanisme koordinasi team
Penjajakan kebutuhan
Revisi dan perbaikaan Menyusun prioritas
Monitor dan evaluasi Menyusun Perencanaan Pelaksanaan
Gambar 2.1. Siklus Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja Kholid, 2012.
2.2.4. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja
Prinsip promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dilakukan secara comprehensive, partisipasi dan kewenangan yang ada. Promosi kesehatan di tempat
kerja hendaknya dikembangkan dengan melibatkan kerja sama dengan berbagai
Universitas Sumatera Utara
sektor yang terkait, dan melibatkan beberapa kelompok organisasi masyarakat yang ada sehingga lebih mantap dan berkesinambungan. Kholid, 2012.
a. Komprehensif Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu berkembangnya tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman
sehingga dengan lingkungan kerja yang mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok kea rah yang positif
sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat. b. Partisipasi
Para pekerja di smereka dalam semua tingkatan dalam perusahaan hendaknya terlibat secara aktif mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dibutuhkan untuk pemecahannya dan meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil keputusan di tempat kerja
merupakan halyang sangat mendukung bagi para pekerja untuk leih percaya diri dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mengubah
gaya hidup dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap penyakit.
c. Keterlibatan berbagai sektor terkait Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung.
Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerja hendaknya harus
Universitas Sumatera Utara
melalui pendekatan yang integrasi sehingga penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila memungkinkan.
Untuk itu, meningkatkan kesehatan pekerja dan membangun tempat kerja yang sehat dibutuhkan koordinasi berbagai pengambil keputusan,
industri, sektor kesehatan, universitas yang terkait, organisasi pekerja, organisasi pengusaha, organisasi masyarakat, masyarakat dan lain-lain.
Para professional dari berbagai disiplin ilmu juga diperlukan. d. Kelompok organisasi masyarakat
Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan semua anggota pekerja, kelompok organisasi wanita dan laki-laki yang
ada, termasuk juga tenaga honorer dan tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan berbagai organisasi masyarakat yang mempunyai
pengalaman atau tenaga ahli dalam membantu mengembangkan promosi kesehatan
di tempat
kerja hendaknya
diperhitungkan dalam
mengembangkan program selanjutunya. e. Berkesinambungan atau berkelanjutan
Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat dengan kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai arti penting pada
lingkungan tempat kerja dan aktivitas manajemen sehari-hari. Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus menerus dilakukan
dan tujuannya jangka panjan. Apabila pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja ingin lebih mantap, program hendaknya sesuai dan
Universitas Sumatera Utara
responsive terhadap kebutuhan pekerja dan masalah yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
2.2.5. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3
Menurut George 1998 dalam Helliyanti 2009, Safety promotions atau promosi K3 adalah suatu usaha yang dilakukan untkuk mendorong dan menguatkan
kesadaran dan perilaku pekerja tentang K3 sehingga dapat melindungi pekerja, property, dan lingkungan. Program K3 menjadi efektif apabila terdapat perubahan
sikap dan perilaku pada pekerja. Manfaat promosi K3 antara lain:
1. Bagi pihak manajemen di tempat kerja a. Peningkatan dukungan terhadap program K3.
b. Citra positif tempat kerja yang maju dan peduli keselamatan dan kesehatan.
c. Peningkatan moral staff. d. Penurunan angka absensi krena kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
e. Peningkatan produktivitas. f. Penurunan biaya kecelakaan dan kesakitan.
2. Bagi pekerja a. Peningkatan percaya diri
b. Penurunan stress c. Peningkatan semangat kerja
Universitas Sumatera Utara
d. Peningkatan kemampuan mengenali bahaya di tempat kerja dan mencegah penyakit.
e. Peningkatan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat sekitar Tresnaningsih dalam Helliyanti, 2009
Menurut Notoatmodjo 2003, media promosi adalah alat bantu untuk menyampaikan informasi. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan sangat
bervariasi, antara lain : a. Media Cetak
1. Booklet merupakan suatu media untuk meyampaikanpesan dalam bentuk buku, baik merupa tulisan maupun gambar.
2. Flif chart lembar balik, biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan cetak yang berisi pesan
atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut. 3. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas
masalah. 4. Poster adalah bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan berupa
peringatan kepada pekerja untuk bekerja dengan aman dan sehat. Lokasi pemasangan poster sebaiknya di tempat yang mencolok sehingga orang
tertarik untuk melihatnya, penerangan baik, dan tidak terganggu oleh lalu lintas.
Universitas Sumatera Utara
5. Rambu-rambu K3 dapat membantu meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja serta dapat dipakai untuk mengurangi kebiasaan buruk
yang banyak ditemukan. b. Media Papan
1. Posterbillboard Poster didesain oleh designer dan kemudian dicetak untuk ditempel di papan.
Dipasang di lokasi seperti pemasangan wallpaper. Menurut Suma’mur 1987, poster-poster dipergunakan untuk meniadakan
kebiasaan-kebiasaan buruk, mempertunjukkan keuntungan-keuntungan jika berbuat selamat, atau memberikan keterangan terperinci, nasehat atau pengarahan terhadap
masalah-masalah tertentu. dalam keraguan. Poster dapat dipakai untuk pengarahan sesuatu sikap atau tindakan yang
selamat. Misalnya poster tentang tangga dapat mengarahkan tenaga kerja untuk tidak memakai tangga yang cacat. Poster juga dapat dipakai untuk memperlihatkan
ketentuan umum, umpamanya pemasngan poster tentang perlunya setiap tenaga kerja mendapat pertolongan pertama yang tepat jika terjadi kecelakaan.
2. Painted bulletin Painted bulletin biasanya langsung digambar di tempat, misalnya : sebuah sisi
dari gedung tertentu, atap bahkan dapat digambar dalam fiberboard.
Universitas Sumatera Utara
Bentuk-bentuk promosi keselamatan dan kesehatan K3 di tempat kerja antara lain:
a. Rambu-rambu K3 Menurut Goestch dalam penelitian Syaaf 2008, membuat safety promotion
secara visual merupakan cara yang efektif untuk mempromosikan keselamatan. Sebagai contoh, rambu keselamatan yang tampak secara visual bagi operator mesin
dapat mengingatkannya untuk menggunakan pengaman mesin. Rambu diletakkan di dekat mesin tersebut. Jika operator tidak dapat mengaktifkan mesin tanpa membaca
rambu-rambu ini, maka operator tersebut akan selalu diingatkan untuk menggunakan cara aman setiap kali mengoperasikan mesin.
Kegunaan rambu-rambu K3 tersebut antara lain:
1. Menarik perhatian terhadap adanya kesehatan dan keselamatan kerja 2. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat
3. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan. 4. Mengigatkan para karyawan dimana harus menggunakan peralatan
perlindungan diri 5. Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.
6. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan.
Perundangan yang berkaitan dengan rambu-rambu K3 antara lain: 1. Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b :
“ Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
Universitas Sumatera Utara
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja “ 2. Permenaker No. 05MEN1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Kriteria audit 6.4.4 :
“Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan
standar dan pedoman
“ Kelompok rambu-rambu dibagi dalam tiga bagian yakni :
1. Perintah, berupa : larangan , kewajiban. 2. Waspada, berupa : bahaya, peringatan, perhatian.
3. Informasi. Adapun jenis rambu dapat berupa :
1. Rambu dengan simbol 2. Rambu dengan simbol dan tulisan
3. Rambu berupa pesan dalam bentuk tulisan . Pedoman umum rambu-rambu K3 berasarkan warna antara lain:
Gambar 2.
Gambar 2.2. Pedoman umum rambu-rambu K3 berasarkan warna DC Konsultan, 2012.
Universitas Sumatera Utara
b. Komunikasi Komunikasi vertikal terjadi secara timbal balik antara penyelia dengan tenaga
kerja atau penyelia dengan manajer di atasnya. Komunikasi horizontal adalah komunikasi kesamping antara penyelia atau manajer satuan kerja yang sejajar.
Sedang komunikasi silang terjadi secara timbal balik antara manajer pada suatu satuan kerja dengan penyelia pada satuan kerja yang lain. Manfaat komunikasi
kesehatan keselamatan kerja baik itu komunikasi secara vertikal maupun horizontal adalah agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit kerja sehingga proses produksi
dapat dilakukan dengan selamat winarsono, 2013. Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai
meda baik lisan maupun tertulis. Pesan harus mudah diingat oleh penerima. Daya ingat rata-rata melalui berbgai media adalah sebagai berikut:
10 apa yang dibaca, 20 apa yang didengar,
30 apa yang dilihat, 50 apa yang didengar dan dilihat,
70 apa yang dikatakan, 90 apa yang dikatakan dan dikerjakan.
Bagaimaan pesan disampaikan dan diterima dipengaruhi berbagai faktor seperti perbedaan pendidikan dan kecerdasan, gaya belajar learning style, faktor
stress, perbedaan sikap, serta pengaruh bahasa non verbal. Oleh karena itu dalam berkomunikasi perlu diperhatikan:
Universitas Sumatera Utara
Instruksi atau pesan harus jelas Sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman penerima pesan
Tidak memerlukan pertimbangan Ada umpan balik untuk mengetahui tingkat pemahaman
Kesesuaian pemikiran, kata dan tindakan pemberi pesan. Disamping untuk menyampaikan perintah dan pengarahan dalam pelaksanaan
pekerjaan, Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja digunakan untuk mendorong perilaku, sehingga pekerja termotivasi untuk bekerja dengan selamat.
c. Bulan K3 Pemerintah
telah menunjukkan
komitmennya terhadap
pentingnya Keselamatan dan kesehatan kerja, terbukti dengan menerbitkan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. Kep. 268MENXII2008 tanggal 30 Desember 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional Tahun 2009. Disebutkan tujuan dan sasaran kampanye K3 pada tahun 2009 adalah:
a. Tujuan 1. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi semua pihak untuk efektifitas
pelaksanaan K3. 2. Mendorong terciptanya budaya K3 sebagai kebutuhan individu dan
masyarakat. 3. Mendorong peningkatan peran perguruan tinggi dan lembaga lainnya
dalam peningkatan kualitas SDM dalam bidang K3.
Universitas Sumatera Utara
b. Sasaran Terciptanya kesadaran dan perilaku masyarakat yang mencerminkan budaya
K3 di setiap tempat kerja dalam mencegah serta menurunkan dan meniadakan terjadinya kecelakaan kerja dalam menjamin stabilitas usaha guna mendukung iklim
investasi yang kondusif. Kampanye K3 secara nasional dimulai sejak tanggal 12 Januari 1984. Dalam
pendahuluan Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tahun 2009 disebutkan bahwa kampanye tersebut dilaksanakan sebagai upaya
untuk pencegahan kecelakaan kerja yang ada dilingkungan tempat kerja Depnakertrans RI, 2009.
Peringatan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di selenggarakan di setiap masing
– masing Perusahaan, selain memasang bendera K3 dan Spanduk yang bertemakan budaya K3, juga dilaksanakan kegiatan lain seperti lomba
– lomba yang bertemakan K3. Isma, 2014
d. Pengawasan Pengecekan terhadap tindakan pencegahan keselematan dan kesehatan kerja
adalah penting untuk dilakukan, sama pentingnya dengan pengecekan terhadap kemajuan dan hasil kerja. Para supervisor perlu melihat bahwa pertimbangan
pemenuhan kewajiban akan keselamatan, kesehatan dan lingkungan mereka adalah merupakan bagian yang penting dari tugas. Rijanto, 2010
Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya Siagian dalam Halimah, 2010
Menurut Roughton dalam penelitian Syaaf 2008, beberapa individu yang harus terlibat dalam mengawasi tempat kerja yaitu:
a. Pengawas supervisor Setiap pengawas yang ditunjuk harus mendapatkan pelatihan terdahulu
mengenai bahaya yang mungkin akan ditemui dan juga pengendaliannya. b. Pekerja
Ini merupakan salah satu cara untuk melibatkan pekerja dalam proses keselamatan. Setiap pekerja harus mengerti mengenai potensi bahaya dan
cara melindungi diridan rekan kerjanya dari bahaya tersebut. Mereka yang terlibat dalam pengawasan membutuhkan pelatihan dalam
mengenali dan mengendalikan potensi hazard. c.
Safety Professional Safety Professional harus menyediakan bimbingan dan petunjuk tentang
metode inspeksi. Safety Professional dapat diandalkan untuk bertanggung jawab terhadap kesuksesan atau permasalahan dalam program
pencegahan dan pengendalian bahaya. e. Pelatihan
Pelatihan atau magang adalah proses melatih kegiatan atau pekerjaan KBBI edisi 2, 1989.
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan merupakan suatu program yang diharapkan dapat memberikan rangsanganstimulus kepada seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam
pekerjaan tertentu dan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan kerja atau organisasi Sofyandi, 2008.
Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : 1 untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, 2 untuk
mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan 3 untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama
dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen pimpinan. Pelatihan memberikan manfaat ganda dalam promosi keselamatan. Pertama,
pelatihan memastikan pekerja tahu bagaimana cara bekerja dengan aman dan mengapa hal itu penting. Kedua, pelatihan menunjukkan bahwa manajemen memiliki
komitmen memiliki komitmen terhadap keselamatan. Goestsch dalam Syaaf, 2008
2.2.6. Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 di PTPN IV Kebun
Dolok Ilir
Beberapa jenis kegiatan dari program promosi keselamatan dan kesehatan kerja di PTPN IV Kebun Dolok Ilir antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Pemasangan rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja K3
Pada setiap unit stasiun produksi pengolahan, rambu-rambu K3 yang dipasang berupa peringatan tanda bahaya akan kondisi lingkungan kerja
dan risiko penyakit akibat kerja PAK dan peringatan pemakaian APD. 2.
Komunikasi pesan informasi K3 a. Safety talk pesan-pesan K3. Pesan K3 tersebut setiap tahunnya
dilaksanakan pada periode tertentu seperti saat apel pagi setiap bulannya, saat sebelum pengoperasian proses produksi oleh mandor unit, saat rapat
bulanan P2K3 yang meninjau aspek K3 pekerja dan lingkungan kerja dengan melibatkan setiap mandor unit dan perwakilan pekerja.
b. Penyebarluasan informasi K3 di setiap unit kerja yang bukan dalam bentuk rambu-rambu K3 dan bagi para tamu yang hendak masuk ke unit
PKS juga diberikan informasi K3. c. Pemberian buku saku K3 berupa PP 50 tahun 2012 tentang SMK3 yang
didistribusikan dan disosialisasikan pada bulan Juli 2013. 3.
Kegiatan Perayaan Bulan K3 Nasional Kegiatan ini dilaksanakan aksi sosial K3 dengan gotong royong bersama
di area pabrik, perumahan perkebunan dan tempat ibadah, upacara bendera dengan pembacaan pesan-pesan K3, pemasangan bendera,
Universitas Sumatera Utara
baliho, spanduk dan poster K3, pengadaan perlombaan pembuatan poster K3 lukis dan cerdas cermat K3.
4. Pengawasan
a. Pengawasan harian oleh mandor unit terhadap perilaku bawahan atau karyawan bagian pengolahan PKS.
b. Patroli rutin peninjauan aspek K3 pekerja dan lingkungan setiap 1 bulan sekali oleh P2K3.
5. Pelatihan
Pelatihan yang dilaksanakan bagi karyawan unit pengolahan meliputi: a. Pelatihan pelaksanaan instruksi kerja
b. Pemadaman kebakaran fire fighting c. Pelatihan Rescue tanggap darurat
d. Pelatihan P3K dilengkapai dengan fasilitasnya. e. Pemberian safety permit yang merupakan izin pekerjaan untuk
memastikan pekerjaan yang berpotensi bahaya boleh dilakukan stelah ada pengarahan, pelatihan, dan pengeluaran sertifikat izin dengan Surat
izin Operator SIO bagian Lori dan Ketel Uap yang berjumlah 4 orang.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2.3. Bagan Kerangka Konsep
Promosi K3
2.4. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada hubungan antara Promosi K3 Rambu-Rambu K3,
Komunikasi pesan K3, Kegiatan Bulan K3, Pengawasan, dan Pelatihan dengan perilaku aman safe behavior.
Ha : Ada hubungan antara Promosi K3 Rambu-Rambu K3, Komunikasi
pesan K3, Kegiatan Bulan K3, Pengawasan, dan Pelatihan dengan perilaku aman safe behavior.
Rambu-rambu K3 Komunikasi pesan
K3
Kegiatan Bulan K3 Pengawasan
Pelatihan Safe behavior
Perilaku Aman
Universitas Sumatera Utara
34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain Cross Sectional Study yaitu suatu rancangan penelitian yang mempelajari dinamika korelasi dan
asosiasi antara variabel independen promosi keselamatan dan kesehatan kerja K3 dengan variabel dependen perilaku amansafe behavior pada saat yang bersamaan
point time approach.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian