senyawa, senyawa tersebut tidak memberikan sinyal sedangakan senyawa yang lain memberikan sinyal.
Spektra derivat pertama siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat sudah menunjukkan pemisahan yang jelas seperti tampak pada gambar 16. Maka untuk
menentukan zero crossing siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat dapat langsung menggunakan spektra derivat pertama selain itu pita serapan untuk
masing-masing senyawa tidak memiliki panjang gelombang yang hampir sama. Zero crossing siproheptadin HCl ada pada 265 nm dan 287 nm.
Sedangkan zero crossing ketotifen fumarat ada pada 257 nm dan 297 nm. Panjang gelombang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 287 nm dan 297 nm. Pada
panjang gelombang 287 nm ketotifen fumarat memberikan sinyal sedangkan siproheptadin HCl tidak memberikan sinyal, karena amplitudonya bernilai nol
maka pengukuran ketotifen fumarat pada panjang gelombang zero crossing siproheptadin HCl sehingga tidak akan terganggu siproheptadin HCl dan begitu
juga sebaliknya. Siproheptadin HCl diukur pada panjang gelombang zero crossing ketotifen fumarat yaitu pada 297 nm.
D. Pembuatan Persamaan Kurva Baku
Berdasarkan panjang gelombang zero crossing yang telah ditetapkan, seri kadar larutan baku siproheptadin HCl dan ketotifen fumarat yang telah dibuat
diukur amplitudo serapan derivat pertamanya pada panjang gelombang tersebut. Pengukuran seri larutan baku dilakukan sebanyak tiga kali, tetapi hanya satu
persamaan kurva baku yang akan digunakan untuk penetapan kadar siproheptadin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HCl dan ketotifen fumarat. Konsentrasi larutan dan amplitudo masing-masing senyawa dimasukkan ke dalam persamaan regresi linier sehingga diperoleh
persamaan kurva baku, yaitu sebagai berikut ini: Y = b X + a
Di mana y = amplitudo dAdλ, b = koefisien regresi, x = konsentrasi, dan a = konstanta.
Persamaan tersebut analog dengan hukum Lambert-Beer, di mana semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula harga amplitudo, sehingga ada
hubungan yang linier antara konsentrasi dengan amplitudo dAdλ. Parameter linearitas dilihat dari harga koefisien korelasi r. Persamaan kurva baku dikatakan
memiliki linearitas yang baik bila harga koefisien korelasinya melebihi r tabel pada derajat bebas dan tingkat signifikansi tertentu. Dari setiap pengulangan yang
dilakukan, diperoleh harga r yang melebihi harga r tabel yaitu 0,874 dengan df 5 dan tingkat signifikansi 99.
Selain berdasarkan r tabel, pemilihan persamaan kurva baku juga didasarkan pada harga r yang mendekati 1. Harga koefisien korelasi yang
mendekati satu menunjukkan hubungan yang linier antara konsentrasi dengan amplitudo, sehingga persamaan Lambert-Beer dapat terpenuhi. Berikut ini
merupakan hasil pengukuran amplitudo dan perhitungan koefisien korelasi masing-masing senyawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. Data kurva baku siproheptadin HCl pada 297 nm Replikasi I
Replikasi II Replikasi III
Konsentrasi ppm
Amplitudo Konsentrasi ppm
Amplitudo Konsentrasi
ppm Amplitudo
20,20 - 0,0130
20,20 - 0,0120
20,04 - 0,0140
25,25 - 0,0175
25,25 - 0,0155
25,05 - 0,0190
30,30 - 0,0195
30,30 - 0,0185
30,06 - 0,0210
35,35 - 0,0280
35,35 - 0,0230
35,07 - 0,0270
40,40 - 0,0290
40,40 - 0,0260
40,08 - 0,0300
45,45 - 0,0300
45,45 - 0,0285
45,09 - 0,0315
50,50 - 0,0400
50,50 - 0,0330
50,01 - 0,0355
r 0,971
r 0,998
r 0,991
B -8,168.10
-4
B -6,825.10
-4
B -7,036.10
-4
A 3,589.10
-3
A - 1,768.10
-3
A -7,631.10
-4
Berdasarkan tabel III, masing-masing replikasi menghasilkan harga r yang melebihi r tabel. Persamaan kurva baku dikatakan memiliki linearitas yang
baik selain memiliki harga r yang mendekati 1 juga 0,99 Anonim, 2004, karena menandakan adanya korelsi yang baik antara konsentrasi dengan
amplitudo. Replikasi kedua memiliki harga r yang telah memenuhi persyaratan linearitas. Didapatkan persamaan kurva baku siproheptadin HCl :
Y = -6,825.10
-4
X – 1,768.10
-3
Gambar 17. Kurva baku siproheptadin HCl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV. Data kurva baku ketotifen fumarat pada 287 nm Replikasi I
Replikasi II Replikasi III
Konsentrasi ppm
Amplitudo Konsentrasi
ppm Amplitudo
Konsentrasi ppm
Amplitudo 20,06
0,0125 20,02
0,0130 20,20
0,0130 25,08
0,0160 25,02
0,0170 25,25
0,0180 30,09
0,0210 30,03
0,0205 30,30
0,0210 35,11
0,0230 35,04
0,0230 35,35
0,0230 40,12
0,0270 40,14
0,0280 40,40
0,0275 45,14
0,0285 45,04
0,0290 45,45
0,0295 50,15
0,0335 50,05
0,0340 50,50
0,0340 r
0,993 r
0,995 r
0,994 B
6,694.10
-4
B 6,740.10
-4
B 6,542.10
-4
A - 4,296.10
-4
A - 1,227.10
-4
A 5,893.10
-4
Berdasarkan tabel IV, masing-masing replikasi menghasilkan harga r yang melebihi r tabel. Persamaan kurva baku dikatakan memiliki linearitas yang baik
selain memiliki harga r yang mendekati 1 juga 0,99 Anonim, 2004, karena menandakan adanya korelsi yang baik antara konsentrasi dengan amplitudo.
Replikasi kedua memiliki harga r yang telah memenuhi persyaratan linearitas. Didapatkan persamaan kurva baku ketotifen fumarat:
Y = 6,740.10
-4
X - 1,227.10
-4
Gambar 18. Kurva baku ketotifen fumarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Penetapan Kadar Sampel dalam Campuran