31
1. Tokoh dan Penokohan
Menurut Abram melalui Nurgiyantoro 1995 : 165 tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa
yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh dalam novel “Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract” karya Emil W. Aulia ada 11 orang,
yaitu Van Den Brand, Jeanne Alice Heijligers, Wiryo, Tuan Asisten, Orang-orang Melayu, Tuan Breuking, Kuli-Kuli Jawa Barkat, Salim,
Kusno, Harjo, Lelaki Cina, Idenburg, O.J.H. Van Limburg Stirum, dan Bergmeijer.
a. Van Den Brand
Van Den Brand adalah seorang advokat terkenal Belanda. Namanya tidak hanya tersohor di Deli dan Batavia namun sampai ke
daratan Belanda. Dia mempunyai istri bernama Jeanne Alice Heijligers. 1
Penokohan Penokohan pada Van Den Brand dapat diketahui melalui
pikiran, tingkah laku, dan sikap. Uraian dari penokohan Van Den Brand adalah sebagai berikut:
a Penegak Keadilan
Van Den Brand merupakan sosok yang memperjuangkan keadilan dari dulu sejak Jeanne mengenalnya, menikah, lalu hidup
bersama. Pikiran yang mendukung pernyataan tersebut adalah
32
Tiga belas tahun berlalu. Sejak mengenal Van Den Brand, menikah lalu hidup bersama, lelaki itu tidak pernah berubah. Keadilan, keadilan,
keadilan harus direbut Begitu prinsip yang sudah menjadi prasasti dalam jiwanya hlm. 246.
Van Den Brand melakukan protes menyeluruh tentang ketidakadilan yang dialami kuli-kuli itu dengan keberanian dan
kemauannya yang begitu besar. Pikiran yang mendukung pernyataan tersebut adalah
“Aku teringat akan protesnya tentang ketidakadilan yang dialami kuli- kuli itu. Saat datang ke Hindia-Belanda lalu mengetahui keadaan di
sini, baru kusadari betapa besar keberanian dan kemauan yang dibutuhkan untuk bisa melancarkan protes secara menyeluruh seperti
yang dilakukannya. Dan semua kemauan serta keberanian itu bisa ada berkat kepercayaan dan ketaatannya pada Tuhan. Keadilan, keadilan,
keadilan harus harus dikejar. Demikian prinsip yang diyakininya,…. hlm 254-255.
Kutipan di atas menunjukan keadilan Van Den Brand yang berprinsip untuk terus memperjuangkan keadilan dengan
kemauan dan keberaniannya yang begitu besar. Dan semangat juang itu bisa dimiliki berkat kepercayaan dan ketaatannya pada
Tuhan. Pelukisan tokoh Van Den Brand berdasarkan kutipan- kutipan di atas ditunjukkan melalui pikiran.
b Pantang Menyerah
Van Den Brand adalah seorang yang berpegang teguh pada prinsip keadilan. Dia tak pernah menyerah, Karena keadilan itu
hanya bisa diraih bila terus diperjuangkan. Tingkah laku yang mendukung pernyataan tersebut adalah
Dia sadar, perjuangannya menentang poenale Sanctie mendapat tantangan keras namun Tuan Van Den Brand tidak menyerah.
Keputusannya kembali ke Belanda untuk sementara waktu, bukan sebagai tanda bahwa dia menyerah. Tuan Van Den Brand mencoba
meneruskan perjuangannya melalui jalur politik. Dia mencalonkan diri menjadi anggota Majelis Rendah. Namun usahanya gagal. Dia tidak
33
mendapat dukungan dari tman-temannya karena dianggap terlalu radikal. Adakah dia menyerah? Tidak. Tuan Van Den Brand tidak
pernah menyerah sebab dia yakin, keadilan hanya bisa diraih bila terus diperjuangkan. Dan prinsip itu memberinya kekuatan untuk meraih
kemenangan dari musuh-musuhnya hlm. 255.
Kutipan di atas menunjukan sikap Van Den Brand yang tidak mudah menyerah. Mencoba meneruskan perjuangannya
dengan berbagai cara. Walaupun usahannya gagal, ia tidak menyerah. Karena dia yakin akan prisipnya. Bahwa keadilan
hanya bisa diraih bila terus diperjuangkan. Pelukisan tokoh Van Den Brand berdasarkan kutipan di atas ditunjukkan melalui
tingkah laku. c
Tabah Van Den Brand adalah seorang yang tabah. Walaupun
hidupnya penuh dengan duka dan masalah. Ia diboikot, dikucilkan, dipojokkan dan dituduh. Namun ia tetap tabah
menghadapi semua permasalahan itu. Kutipan yang mendukung pernyataan tersebut adalah
Suka dan duka mereka lewati bersama. Jeanne ingat saat kantor firma hukum Van Den Brand diboikot; polisi-polisi menebang pohon-pohon
di depan kantornya; hingga tidak ada yang bersedia menyewakan ruangan untuk praktik pengacaranya. Jean ingat bagaimana tuan-tuan
kebun mengucilkannya, mengusirnya dari sositet. Pers borjuis yang memojokkan. Pemerintah Belanda mengirim beberapa polisi untuk
memeriksanya dan mengancam menyeretnya ke pengadilan dengan tuduhan memfitnah.
Namun Van Den Brand selalu tabah, ketabahan yang beberapa tahun kemudian berbuah hlm. 246.
Kutipan di atas menunjukkan sikap Van Den Brand yang selalu tabah dalam menghadapi persoalan hidupnya. Pelukisan
34
tokoh Van Den Brand berdasarkan kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui sikap.
d Pembela rakyat kecil
Van Den Brand adalah pembela rakyat kecil dari kejahatan poenale sanctie. Dia memiliki kemauan yang besar untuk terus
berjuang menegakan keadilan dan membela kuli-kuli yang tertindas oleh perbudakan di Deli. Kutipan yang mendukung
pernyataan tersebut adalah
“Tuan-tuan tentu tahu kenapa para pengusaha perkebunan begitu berkuasa di Deli. Sebab, mereka bisa membeli hukum dan hakim. Aku
mengetahui, Inspeksi Perburuan lebih dulu sudah dibentuk namun lembaga itu belum bekerja dengan baik. Lihatlah personil lembaga ini
miskin dan tidak memiliki wewenang untuk berbuat tegas terhadap para pengusaha perkebunan. Apalagi, tidak ada mata-mata ditempatkan di
perkebunan sehingga kejahatan terhadap kuli lolos dari pantauan inspeksi itu. Kekerasan terhadap para kuli tetap ada. Di atas segalanya,
sepanjang poenale sanctie belum dihapuskan maka selama itu pula kekerasan terhadap kuli-kuli pribumi akan terus terjadi. Tidak ada kata
lain, poenale sanctie harus dicabut karena peraturan itu hanya membuat pengusaha hidup bergelimang kemewahan sementara kuli-kuli hidup
sengsara dalam genangan keringat, air mata dan darahnya. Para pekerja di perkebunan harus mendapat kemerdekaan. Mereka harus diberi
kebebasan menentukan pekerjaan yang mereka sukai dan dengan apa mereka menghidupi dirinya”hlm. 251.
Tuan Van Den Brand adalah pembela rakyat kecil dari kejahatan poenale sanctie. Tidak banyak orang seperti dia. Tuan Van Den Brand
menunjukkan keberanian, kelugasan, kecerahan, dan hidup mudanya pada perlawanan terhadap kerakusan para pembesarnya sendiri. Sampai
akhir hayatnya, dia terus berjuang meruntuhkan tembok perbudakan yang orang kira tidak mungkin bisa diruntuhkan hlm. 256.
Kutipan di atas menunjukkan sikap Van Den Brand yang selalu membela rakyat kecil, kuli-kuli yang menjadi budak di
perkebunan Deli yang menderita, tertindas, dan sengsara akibat dari kejahatan poenale sanctie. Pelukisan tokoh Van Den Brand
berdasarkan kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui sikap.
35
2 Jenis Tokoh
a Tokoh Utama
Dilihat dari segi peran dan tingkat pentingnya tokoh utama adalah tokoh yang penting dan mendominasi sebagian besar
cerita. Nurgiyantoro, 1995: 176. Ia adalah tokoh yang paling banyak diceritakan karena tokoh utama paling banyak
dihubungkan dengan tokoh-tokoh lain Nurgiyantoro, 1995: 178. Tokoh Van Den Brand juga menjadi pusat cerita dalam novel.
Bukti tokoh Van Den Brand penting dan mendominasi cerita adalah penceritaan yang mulai dari awal, tengah, sampai akhir
menceritakan tentang Van Den Brand, kutipan yang mendukung pernyataan berikut adalah
“Tuan-tuan yang saya hormati,” Van Den Brand menyapa lantang. “Sekalipun rumah sakit yang baik dibangun dan sejumlah uang
ditambah sebagai upah bagi kuli-kuli itu, tidak akan mengubah pandanganku tentang aturan kuli. Pemerintah Belanda, baik yang
berada di seberang sana atau tangan-tangannya yang berkuasa di Hindia-Belanda ini telah melakukan kesalahan yang menakuktkan.
Mereka telah melawan Tuhan karena membiarkan puluhan ribu orang pribumi dan orang Cina di Deli ini menderita akibat aturan yang
mereka buat hlm.64. Sekitar pukul sembilan setelah sarapan pagi.
Van Den Brand duduk di beranda kamar di lantai dua Hotel Medan tempatnya menginap. Di bawah siraman hangat cahaya matahari tropis
khas Sumatera Timur, dia meneruskan membaca tulisan sejumlah ahli tentang ordonansi perbudakan. Dia sudah membaca beberapa; disertasi
Van Delden, tulisan Prof. Mr. G.A. Van Hamel. Sekarang dia larut dalam artikel karangan Justus yang dimuat dalam koran Java Bode
hlm. 118. Tak terkecuali Van Den Brand. Dia datang ke Deli, ke Hindia-Belanda
untuk mencari penghidupan. Tanah Kolonial adalah tanah masa depan. Begitu menyandang gelar Meester in de Rechten Belanda Sarjana
Hukum dari Universitas Amsterdam, dia melintasi lautan, meninggalkan Geervliet, tanah kehidupannya. Mulanya Van Den Brand
menetap di Semarang, bekerja di sebuah kantor advokat. Sempat pula beberapa waktu tinggal di Batavia untuk pekerjaan yang sama. Hingga
pada sebuah petang yang panas di akhir Oktober 1897, dia tiba di
36
Medan, menyahuti ajakan J. Hallerman. Pria Jerman itu mengajaknya menerbitkan Sumatera-Post, koran ketiga setelah Deli-Courant dan De
Ooskust yang lebih duli beredar di Medan. Dan, waktu berputar seperti kincir yang teratur. Dua tahun kemudian,
dia meninggalkan pekerjaannya sebagai wartawan, memutuskan berkarier penuh sebagai advokat hlm.124-125.
“Belanda dan Hindia gempar. Semua orang membicarakan Millioenen uit Deli yang Tuan tulis. Tuan telah membuat sejarah. Luar biasa.”
J.T.L. Rhemrev menatap mata Van Den Brand. Roman wajah pria itu terlihat serius.
“Terima kasih atas pujian Anda, Tuan Rhemrev.” Bibir Van Den Brand mengukir senyum. Senyum yang tampak pahit. Diraihnya cangkir kopi
di meja lalu diteguknya. “Dan saya tidak ingin Anda terkena getah, Tuan Rhemrev. Saya berharap Anda tidak takut berhubungan dengan
saya.” Van Den Brand melanjutkan. Nada suaranya terdengar getir. “Oh, Tentu tidak. Justru saya berharap Tuan bisa membantu saya
selama berada di sini. Bukankah saya kemari karena Millioenes uit Deli yang Tuan tulis itu?” Rhemrev tersenyum hlm.228-229.
“Tuan-tuan yang terhormat,” Van Den Brand sudah memulai nada suaranya tegas. “Kondisi Pantai Timur Sumatera sangat
mengkhawatirkan dan sungguh tidak sulit bagiku menuliskan kembali brosur Millioenen uit Deli. Kekerasan demi kekerasan yang menimpa
kuli-kuli it uterus terjadi sementara skandal-skandal lama tidak pernah terselesaikan. Poenale sanctie terbukti hanya melahirkan kesengsaraan
berkepanjangan terhadap para pekerja di perkebunan-perkebunan Deli. Tidak ada keadilan di tanah-tanah Sumatera Timur. Apa yang
kusampaikan dalam brosurku 19 tahun silam terus terjadi hingga sekarang hlm.249.
Dibatasi oleh meja kecil itu, Jeane duduk mendampingi. Van Den Brand tidak bisa menolak lagi anjuran dokter. Dia harus banyak
istirahat kalau tidak ingin kesehatannya memburuk hlm.252. Sesosok tubuh terbaring tenang dalam sebuah peti berselimut tirai
putih. Sejumlah anggota Volksraad, wakil-wakil dari berbagai perkumpulan Eropa di Batavia, sahabat-sahabat dan kerabat, mengitari
peti itu. Kepala mereka tertunduk. Keharuan menggantung. Bergmeijer menekukkan kepalanya sedikit. Dipandanginya kembali
peti itu. Matanya berkaca-kaca. Dia tak bisa menyembunyikan perasaan duka karena kehilangan Van Den Brand, sahabatnya hlm.254.
b Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero, tokoh yang
merupakan pengejawantahan norma-norma, niai-nilai yang ideal bagi kita Nurgiyantoro, 1995: 178. Tokoh protagonis dalam
37
cerita tersebut adalah Van Den Brand. Van Den Brand dapat dikatakan sebagai hero karena penegak keadilan, pantang
menyerah, tabah, pembela rakyat kecil dalam cerita. Hal tersebut terlihat dalam kutipan cerita berikut ini
Tiga belas tahun berlalu. Sejak mengenal Van Den Brand, menikah lalu hidup bersama, lelaki itu tidak pernah berubah. Keadilan, keadilan,
keadilan harus direbut Begitu prinsip yang sudah menjadi prasasti dalam jiwanya hlm. 246.
Dia sadar, perjuangannya menentang poenale Sanctie mendapat tantangan keras namun Tuan Van Den Brand tidak menyerah.
Keputusannya kembali ke Belanda untuk sementara waktu, bukan sebagai tanda bahwa dia menyerah. Tuan Van Den Brand mencoba
meneruskan perjuangannya melalui jalur politik. Dia mencalonkan diri menjadi anggota Majelis Rendah. Namun usahanya gagal. Dia tidak
mendapat dukungan dari tman-temannya karena dianggap terlalu radikal. Adakah dia menyerah? Tidak. Tuan Van Den Brand tidak
pernah menyerah sebab dia yakin, keadilan hanya bisa diraih bila terus diperjuangkan hlm. 255.
Suka dan duka mereka lewati bersama. Jeanne ingat saat kantor firma hukum Van Den Brand diboikot; polisi-polisi menebang pohon-pohon
di depan kantornya;hingga tidak ada yang bersedia menyewakan ruangan untuk praktik pengacaranya. Jean ingat bagaimana tuan-tuan
kebun mengucilkannya, engusirnya dari sositet. Pers borjuis yang memojokkan. Pemerintah Belanda mengirim beberapa polisi untuk
memeriksanya dan mengancam menyeretnya ke pengadilan dengan tuduhan memfitnah. Namun Van Den Brand selalu tabah, ketabahan
yang beberapa tahun kemudian berbuah hlm. 246.
Tuan Van Den Brand adalah pembela rakyat kecil dari kejahatan poenale sanctie. Tidak banyak orang seperti dia. Tuan Van Den Brand
menunjukkan keberanian, kelugasan, kecerahan, dan hidup mudanya pada perlawanan terhadap kerakusan para pembesarnya sendiri. Sampai
akhir hayatnya, dia terus berjuang meruntuhkan tembok perbudakan yang orang kira tidak mungkin bisa diruntuhkan hlm. 256.
c Tokoh Sederhana simple atau flat character
Tokoh sederhana simple atau flat character adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-
watak tertentu saja. Sifat dan tingkah laku tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak saja
38
Nurgiyantoro, 1995: 182-182. Van Den Brand hanya memiliki satu pencerminan sifat-watak tertentu saja, yaitu sebagai seorang
yang berjiwa pahlawan atau pejuang yang dengan kemauan besar menegakkan keadilan dan pembela rakyat kecil, seperti kuli-kuli
di perkebunan Deli. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
“Aku teringat akan protesnya tentang ketidakadilan yang dialami kuli- kuli itu. Saat datang ke Hindia-Belanda lalu mengetahui keadaan di
sini, baru kusadari betapa besar keberanian dan kemauan yang dibutuhkan untuk bisa melancarkan protes secara menyeluruh seperti
yang dilakukannya. Dan semua kemauan serta keberanian itu bisa ada berkat kepercayaan dan ketaatannya pada Tuhan. Keadilan, keadilan,
keadilan harus harus dikejar. Demikian prinsip yang diyakininya,…. hlm 254-255.
Tuan Van Den Brand adalah pejuang hukum yang disegani di Hindia- Belanda. Dia membela nasib para pekerja di perkebunan-perkebunan
Deli. Banyak di antara orang-orang yang dibelanya itu tidak tahu bagaimana Tuan Van Den Brand gigih berjuang menegakkan hukum
bagi mereka hlm. 257.
Tuan Van Den Brand telah meninggal, bagi mereka yang pernah kenal dengan almarhum, baik sebagai sahabat, saudara atau lawan-lawannya
pasti mengakui kehilangan atas kepergiannya. Almarhum dikenal memiliki kemauan besar untuk menegakkan keadilan di Hindia-
Belanda. Secara cuma-cuma dia membela keadilan bagi kepentingan orang-orang tertindas hlm. 257.
d Tokoh Statis
Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan
sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi Altenbernd dan Lewis melalui Nurgiyantoro, 1995: 188. Tokoh
statis memiliki sifat dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita. Van Den Brand
39
merupakan tokoh yang tidak mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan. Kutipan yang mendukung pernyataan
di atas adalah
Tiga belas tahun berlalu. Sejak mengenal Van Den Brand, menikah lalu hidup bersama, lelaki itu tidak pernah berubah. Keadilan, keadilan,
keadilan harus direbut Begitu prinsip yang sudah menjadi prasasti dalam jiwanya hlm. 246.
Sembilan belas tahun berlalu dan waktu tak sedikitpun bisa mengikis pandangannya tentang Deli. Bahwa Deli hanya sebuah kata, sebuah
bunyi, namun betapa tanah itu memberinya jutaan kesan. Tak sejengkal pun tanah Deli lepas dari perhatiannya hlm. 249.
Dia sadar, perjuangannya menentang poenale Sanctie mendapat tantangan keras namun Tuan Van Den Brand tidak menyerah.
Keputusannya kembali ke Belanda untuk sementara waktu, bukan sebagai tanda bahwa dia menyerah. Tuan Van Den Brand mencoba
meneruskan perjuangannya melalui jalur politik. Dia mencalonkan diri menjadi anggota Majelis Rendah. Namun usahanya gagal. Dia tidak
mendapat dukungan dari tman-temannya karena dianggap terlalu radikal. Adakah dia menyerah? Tidak. Tuan Van Den Brand tidak
pernah menyerah sebab dia yakin, keadilan hanya bisa diraih bila terus diperjuangkan hlm. 255.
Tuan Van Den Brand adalah pembela rakyat kecil dari kejahatan poenale sanctie. Tidak banyak orang seperti dia. Tuan Van Den Brand
menunjukkan keberanian, kelugasan, kecerahan, dan hidup mudanya pada perlawanan terhadap kerakusan para pembesarnya sendiri. Sampai
akhir hayatnya, dia terus berjuang meruntuhkan tembok perbudakan yang orang kira tidak mungkin bisa diruntuhkan hlm. 256.
b. Jeanne Alice Heijligers
Jeanne Alice Heijligers adalah istri Van Den Brand. Biasa dipanggil Jeanne. Mereka bertemu di Medan. Jeanne pertama kali
bertemu dengan Van Den Brand di kantor. Karena dulu lelaki itu sering datang ke kantor Tuan Heijligers, ayah Jeanne, seorang notaris.
1 Penokohan Penokohan pada Jeanne Alice Heijligers dapat diketahui
melalui tingkah laku, dan pikirannya. Uraian dari penokohan Jeanne Alice Heijligers adalah sebagai berikut:
40
a Setia
Jeanne Alice Heijligers atau Jeanne merupakan sosok yang baik dan setia kepada suaminya. Sudah bertahun-tahun lamanya
hidup bersama dengan Van Den Brand. Jeanne selalu menemani dalam keadaan suka dan duka. Kutipan yang mendukung
pernyataan di atas adalah
Tiga belas tahun berlalu. Sejak mengenal Van Den Brand, menikah lalu hidup bersama, lelaki itu tidak pernah berubah. Keadilan, keadilan,
keadilan harus direbut Begitu prinsip yang sudah menjadi prasasti dalam jiwanya. Suka dan duka mereka lewati bersama hlm. 246.
Pada suatu hari suaminya sakit, Jeanne selalu menemani, mengamati dan merawatnya. Perasaan cemas Jeanne juga sering
muncul karena melihat sakit suaminya. Kutipan yang mendukung peryataan di atas adalah
“Hugh… huk… huk.” Van Den Brand terbatuk. Jeanne seketika bangkit. Dadanya berdebar.
Segera diraihnya gelas di pinggir meja dan cepat-cepat diberikannya kepada Van Den Brand.
“Minumlah” Van Den Brand meneguknya. Jeanne mengamati penuh kecemasan
sampai gelas itu kembali diraihnya. “Sayang, sudah malam. Kau kurang istirahat. Aku tidak ingin kau jatuh
sakit. Ayolah kita tidur hlm. 247.”
Kutipan di atas menunjukkan kesetiaan Jeanne kepada suaminya dalam keadaan apapun. Di saat sehat ataupun sakit.
Ketika suaminya jatuh sakit, Jeanne setia menemani, memperhatikan dan merawatnya. Hingga memperhatikan
41
suaminya dengan mengajaknya untuk beristirahat yang cukup. Pelukisan tokoh Jeanne berdasarkan kutipan-kutipan di atas
ditunjukkan melalui tingkah laku. 2 Jenis Tokoh
Jeanne merupakan tokoh tambahan karena hanya dimunculkan sekali secara langsung dalam uraian cerita pada bagian akhir saja.
Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
“Hugh… huk… huk.” Van Den Brand terbatuk. Jeanne seketika bangkit. Dadanya berdebar.
Segera diraihnya gelas di pinggir meja dan cepat-cepat diberikannya kepada Van Den Brand.
“Minumlah” Van Den Brand meneguknya. Jeanne mengamati penuh kecemasan sampai
gelas itu kembali diraihnya. “Sayang, sudah malam. Kau kurang istirahat. Aku tidak ingin kau jatuh
sakit. Ayolah kita tidur hlm. 247.” “Ayo kita istirahat.” Jeanne masih menatap mata Van Den Brand. “Kau
harus istirahat hlm. 248” Mata Jeanne tampak khawatir. Beberapa hari ini Van Den Brand terlihat
tidak begitu sehat. Dia sering batuk. Kemarin, dokter telah memeriksa dan member obat. Udara Batavia di musim kemarau ini sepertinya tidak begitu
baik untuk Van Den Brand hlm.248.
c. Wiryo
Wiryo adalah seorang kuli pembuka hutan. Sudah empat tahun dia bekerja di perkebunan. Setahun belakangan dia dipindahkan ke
bangsal peragian. Sejak itu, pundaknya yang kecoklatan, nyaris hitam itu, memanggul daun-daun tembakau yang telah dikeringkan di bangsal
pengeringan untuk diangkut ke bangsal peragian.
42
1 Penokohan Penokohan pada Wiryo dapat diketahui melalui tingkah laku.
Uraian dari penokohan Wiryo adalah sebagai berikut: a Jahat
Wiryo yang siang itu terlihat bekerja seperti biasa, tak ada tanda-tanda kalau dia berani melakukan hal tercela itu. Semua
terjadi saat istirahat siang, semua kuli beristirahat untuk makan siang. Wiryo diama-diam berjalan mengikuti Tuan Asisten ke
kamar mandi karena ingin membunuhnya. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
Semua terjadi saat istirahat siang, saat semua kuli beristirahat untuk makan siang. Wiryo mengendap-endap masuk melalui dapur di rumah
Tuan Asisten. Saat membelok ke arah kamar, dia melihat Tuan Asisten berjalan menuju kamar mandi. Wiryo tau kebiasaan Tuan Asisten.
Siang hari, lelaki Eropa itu biasa pulang ke rumahnya untuk istirahat tidur siang, satu hingga dua jam hlm. 93-94.
Wiryo mengecilkan badannya di balik dinding, menahan napas dan memusatkan perhatian. Dengan langkah kaki hati-hati, mata yang awas,
diam-diam dia mengikuti pria jangkung berambut pirang seperti jagung itu.
Tuan Asisten saat itu sedang mencuci muka dan alangkah terperanjat dia tatkala sosok Wiryo muncul tiba-tiba di balik cermin. Sebelum
sempat dia berteriak, Wiryo telah menumbukkan tubuh jangkungnya ke dinding. Membungkam mulutnya. “Diam” ancam Wiryo dengan suara
berdesis.
Wajah Tuan Asisten seketika memucat. Wiryo segera meraba pinggangnya, meraih pisau yang disimpan di
balik bajunya. Napas pemuda itu memburu. Dadanya turun naik. Keinginan membunuh yang sudah menjalar sampai ke ubun-ubunnya
kini siap meledak. Wiryo segera menyarangkan pisau itu ke pinggang Tuan Asisten. Semua hampir terjadi ketika Mandor Kosim tiba-tiba
muncul. Laki-laki itu menarik bahu Wiryo hlm. 94.
Kutipan di atas menunjukkan niat jahat Wiryo yang mempunyai keinginan membunuh Tuan Asisten. Keinginan
43
membunuh yang sudah menjalar sampai ke ubun-ubunnya dan meledak. Namun usaha yang telah dilakuan Wiryo untuk
membunuh Tuan Asisten gagal. Ketika semua hampir terjadi Mandor Kosim tiba-tiba muncul dan menarik bahu Wiryo.
Pelukisan tokoh Wiryo berdasarkan kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui tingkah laku.
2 Jenis Tokoh Wiryo merupakan jenis tokoh tambahan karena hanya
dimunculkan sekali secara langsung dan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian awal saja. Kutipan-kutipan yang mendukung
pernyataan di atas adalah
Sudah empat tahun Wiryo bekerja di perkebunan. Dulu, dia kuli pembuka hutan. Setahun belakangan, dia dipindahkan ke bangsal peragian. Sejak
itu, pundaknya yang kecoklatan, nyaris hitam itu, memanggul daun-daun tembakau yang telah dikeringkan di bangsal pengeringan untuk diangkut
ke bangsal peragian hlm. 93. Sebuah pukulan tiba-tiba menghujam di wajah Wiryo. Kuli itu terhenyak,
terpelanting, lalu jatuh berguling hingga tubuhnya membentur pintu kamar mandi. Mandor Kosim menatapnya penuh kemarahan. Tapi seperti
singa kelaparan yang kehilangan buruan, Wiryo menghambur, berusaha menerkam Tuan Asisten. Namun dengan sigap Mandor Kosim berhasil
menghalanginya hlm. 94. Cemeti panjang itu membelah udara, meliuk seperti ular hitam dan segera
menyengat punggung Wiryo yang telanjang. Wiryo meraung keaskitan. Kepalanya dan kakinya terhenyak naik menahan kesakitan tak terperikan.
Daging punggungnya koyak, dibelah oleh lecutan cemeti yang liar hlm. 95.
Cemeti terus berputar- putar di udara bagai tarian liar seekor ular hitam. Suara desing dan bunyi daging yang tercabik-cabik membelah langit.
Sahut bersahut. Lolongan Wiryo yang panjang dan terdengar memilukan itu menggetarkan dinding-dinding bangunan perkebunan dan menembus
hingga ke pucuk-pucuk pohon di hutan. Kuli-kuli bergidik mendengar suara-suara itu hlm. 96.
Dokter perkebunan, seorang Belanda mendekati Wiryo. Sejenak, dia meletakkan tangannya di leher kuli malang itu lalu menatap Tuan Asisten
dengan tatapan dingin. Setelah menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan berat, dokter perkebunan itu berseru pelan.
“Hij is dood.” Belanda dia sudah mati hlm. 96.
44
d. Tuan Asisten
Tuan Asisten adalah seorang kepala bagi kuli-kuli di perkebunan Deli. Sifatnya yang kejam membuat para kuli merasa takut melakukan
apapun yang diperintahkan Tuan Asisten kepada mereka. 1 Penokohan
Penokohan pada Tuan Asisten dapat diketahui melalui tingkah laku. Uraian dari penokohan Tuan Asisten adalah sebagai
berikut: a Kejam
Tuan Asisten adalah seorang yang begitu kejam dan selalu menekan para kuli. Ia juga menghukum dua orang kuli cina yang
malas, tidak mau bekerja. Mereka ketahuan berkelahi pada saat bekerja. Mereka disuruh untuk berkelahi, saling memukul,
layaknya sebuah pertandingan. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah
Dari balik dangau, Lau Liong mucul. Dia berjalan sambil menyeret dua orang kuli hlm. 85.
“Ada apa dengan mereka tandil mandor?” Tuan Asisten menyongsong mereka dengan pertanyaan. Nada suaranya pelan dan dingin hlm. 85.
Lau Liong berdiri tegap. Dadanya membusug hlm. 85. “Ini macam, Tuan. Ini olang pemalas. Mereka titak mau kelja. Mereka
kelahi. Tlus, saya wawa ke sini.” hlm. 85 Tuan asisten mengamati sambil mengelus kumisnya yang melengkung,
ditatapnya satu demi satu kedua kuli itu. Lurus-lurus. Dua orang kuli Cina yang kusam berdiri dengan kepala menekuk hlm. 85.
Sekarang didekatinya mereka hlm. 85. “Jij en jou Belanda Kamu dan kau tidak mau kerja, heh? Begitu?” suara
Tuan Asisten penuh tekanan. Mata birunya tajam meringis. Di sini bukan tempat kelahi. Di sini tempat kerja. Mengerti?” hlm. 85
45
Kedua kuli itu diam hlm. 85. “Hoi, tengal titak Tuan Tanya?” Lau Liong menghardik.
“O-owe, Tuan…” Serentak kuli-kuli itu menjawab. Terbata-bata. Tuan Asisten berbalik, menjauh beberapa langkah lalu kembali menatap
tajam.
“Zeg Belanda Hei, siapa nama kamu?” “Yun Tao…”
“Kamu?” “A Cheng,”
“Siapa yang pertama mukul?” hlm. 85 A Cheng dan Yun Tao saling melirik. Hening sejenak hlm. 86.
“Siapa yang pertama mukul?” Tuan Asisten mengulang hlm. 86. Kedua kuli itu saling berpandangan. Hingga kemudian bibir A Cheng
bergetar dan berkata, “L-lia pukut owe, Tuan Besat” “Betul kamu pukul dia?”
Yun Tao beku. Senyap merayap.
Tuan Asisten mengalihkan pandangannya, menatap tajam Yun Tao seperti hendak melumatnya hlm. 86.
“Wel, godverdomme. Jadi kamu yang pertama pukul, heh?” Yun Tao masih diam. Kakinya gemetar. Matanya menatap tajam
kakinya. “Jawaaabbbbbbb”
“O-owe, Tuan ….. Wetul, Tuan,” Yun Tao terbata-bata. Uan Asisten mendekatinya. Segera ditariknya baju kuli itu.
“Kamu mau sok jagoan di sini, heh?” Yun Tao menggeleng. Meneguk ludah. Kecut.
Beberapa detik menggelepar dalam kesenyapan. Sejurus, dengan sebuah sentakan, Tuan Asisten melepaskan cengkeraman tangannya di
baju Yun Tao hlm. 86.
“A Cheng” “Owe, Tuan…”
“Sekarang kamu boleh pukul ini orang tiga kali. Ayo, pukul dia Sekarang”
46
Yun Tao tersentak. Matanya meronta. “Tapi, Tuan…” “Tunggu apa? Ayo, sekarang kamu pukul dia”
“Tapi, Tuan…” “Diam setan”
Ragu-ragu A Cheng berindak. “Cepaaaaattttttttt”
“O-owe, Tuan…” A Cheng menghadapkan badannya ke arah Yun Tao. Dihirupnya udara,
dibiarkannya rongga dadanya diisi tenaga. Perlahan, kedua tangannya kini mengepal hlm. 86.
“Hei, kamu” Tuan Asisten menunjuk Yun Tao hlm. 87. “O-owe, Tuan.”
“Dengar, ya. Kalau dia mukul kamu, kamu tidak bole melawan” Yun Tao diam. Pasrah. Meneguk ludah.
“Ayo sekarang pukul dia” Yun Tao kian gemetar.
Sejenak hening. Orang-orang menunggu dengan perasaan berdebar. A Cheng menarik
napas lagi. Kepalan tangannya kian menggumpal. Seluruh tenaga alam seperti dia pusatkan dalam kepalan tinjunya dan… tanpa sempat Yun
Tao menduga, A Cheng sudah menyerangnya. Kepalan tinjunya tepat bersarang di perut Yun Tao. Seketika Yun Tao terjengkang,
membuyarkan barisan kuli di depan. Beberapa orang terpekik hlm. 87.
Suasana mendadak tegang. Yun Tao berusaha berdiri. Agak sempoyongan hlm. 87.
“Bagus. Lagi Pukul lagi dia” seru Tuan Asisten. Gembira. Mata A Cheng membuas. Dadanya bergemuruh. Perintah Tuan Asisten
seperti sihir. Dia bersiap menggunakan kesempatan kedua dan…. Bhukk Mulut Yun Tao dia sikat hlm. 87.
Tentu saja Yun Tao kembali terjengkang. Hidungnya mendarat di tanah hlm. 87.
Orang-orang tercenung. Mereka memperhatikan Yun Tao yang mencoba berdiri. Tertatih-tatih hlm. 87.
Tuan Asisten mengusap tongkatnya. Di dekatnya, A Cheng berdiri tenang. Dia siap menunggu perintah ketiga hlm. 87.
“Lagi, pukul dia”
47
Hugh Belum penuh Yun Tao berdiri, sebuah tendangan hinggap di perutnya.
Yun Tao terpelanting hlm. 87. A Cheng puas.
Dipandanginya kini Yun Tao yang merangkak, tampak menderita mencoba berdiri hlm. 87.
Orang-orang tercenung. Tidak ada yang mau membantu Yun Tao. Untuk apa ditolong? hlm. 87
Kepala Yun Tao pusing namun sayup-sayup telinganya mendengar Tuan Asisten berkata, “Sekarang giliranmu Yun Tao, kamu boleh
pukul A Cheng tiga kali juga” hlm. 88
A Cheng tersentak. Matanya terbelalak. Dia tidak menyangka Tuan Asisten menyuruh Yun Tao membalas hlm. 88.
“Pukul dia tiga kali Ayo, berdiri Dan kamu…” Tuan memandang A Cheng. “Kamu tidak boleh melawan” hlm. 88
Perintah itu seperti kejutan petir yang menyentak. Yun Tao merasakan kedua kakinya seketika menguat. Dadanya dipenuhi keinginan untuk
membalas. Ditatapnya Yun Tao dengan mata yang mengiris hlm. 88.
“Ayo, pukul dia Cepaaaattttt” Seperti harimau terluka Yun Tao menerkam A Cheng. Kedua kuli itu
bergulingan di tanah. Dan sekonyong-konyong, kemudian terdengar suara A Cheng meringis dan tubuhnya terhenyak. Sebuah pukulan
mendarat telak di ulu hatinya hlm. 88.
Yun Tao puas dalam napasnya yang terengah-engah. Ditatapnya A Cheng yang kini terduduk di tanah hlm. 88.
Sejurus, telinganya tegas mendengar perintah Tuan Asisten “Dua Ayo, pukul lagi dia”
A Cheng masih terduduk di tanah. Kepalanya pusing. Dilihatnya barisan orang-orang di depannya. Kabur. Membayang-bayang. Dan
pandangannya semakin kabur dan membayang-bayang tatkala kaki Yun Tao memandang telinga kanannya hlm. 88.
“Atuhhh” A Cheng terpekik keskitan. Tentu dia kesakitan. Gendang telinganya pecah hlm. 88.
Kini A Cheng tak melihat apa-apa lagi. Semua hitam. Gelap. Hanya suara berdenging yang yang dia dengar. Sepertinya, ribuan lebah
bersarang dalam kepalanya yang sempit hlm. 88.
Orang-orang bisu. Mereka melihat darah menetes dari gendang telinga A Cheng hlm. 88.
“Kamu kalah. Kamu berdarah. Dia hebat.” Tuan Asisten terbahak.
48
“Tigaaa…” Tuan berteriak lagi. “Ayo, pukul lagi dia Buat dia lebih berdarah” hlm. 88
Yun Tao mengangkat tangannya. Dendam menggantung di matanya. Dia menggeram dan matanya memerah. Lelaki itu seperti kesetanan.
Yun Tao ingin melihat A Cheng mati. Dan hajat hatinya itu terasa sempurna saat Tuan Asisten berkata lagi, “tigaaaaa” hlm. 89
Perintah terakhir . Kesempatan terakhir hlm. 89. Yun Tao berteriak keras. Dia berlari mendekati A Cheng yang telentang
tak berdaya di tanah. Sejenak, tubuh Yun Tao tampak seperti terbang. Tangan kirinya membentuk siku di udara. Bersama tekanan udara yang
kemudian membawa tubuhnya jatuh, siku kanannya mendarat telak ke dada A Cheng. Seketika, kepala A Cheng tersentak naik. Matanya
melotot kesakitan. Mulutnya menyemburkan darah hlm. 89.
“Ayo, berdiri kamu Sekarang giliran kamu yang pukul dia Boleh pukul tiga kali juga” suara Tuan Asisten terdengar lagi hlm. 89.
Orang-orang melihat A Cheng menggeliat. Mereka salut pada kemampuan A Cheng melawan maut. Perlahan, A Cheng membalikkan
badannya. Dia berusaha berdiri, dengan lututnya lalu dengan dua kakinya. Agak sempoyongan. Terhuyung-huyung sejenak, terbatuk-
batuk lalu jatuh. Terus A Cheng berusaha berdiri. Di dekatnya, Yun Tao memandang A Cheng dengan dada berdesir hlm. 89.
“Ayo, sekarang kamu boleh pukul dia tiga kali. Ayo” Mata Tuan Asisten member perintah pada A Cheng hlm. 89.
Amarah dan dendam membuat A Cheng bisa berdiri meski dengan badan terhuyung-huyung. Dihapusnya darah di bibirnya dengan
punggung tangannya lalu meludah. Ditatapnya Yun Tao yang berdiri waspada hlm. 89.
“Kamu tidak boleh balas kalau dipukul. Kalau balas, dia boleh pukul kamu enam kali” hlm. 90
Yun Tao tercekat. “Ayo, kamu boleh pukul dia”
A Cheng tak segera menyerang. Dia melangkah menyamping, mengelilingi Yun Tao yang berdiri terpana. Matanya mencari titik yang
tepat di tubuh Yun Tao untuk dihantam. Yun Tao memejamkan matanya, bersiap menerima serangan. Hingga kemudian telinga Yun
Tao mendengar jeritannya sendiri. Jeritan yang seperti membelah langit. Yun Tao meraung. Kaki A Cheng menghantam telak
kemaluannya hlm. 90.
Terus perintah menyerang itu terdengar. Tegas dan keras. Satu persatu suara kepalan dan tendangan terdengar disusul pekik kesakitan. Satu
demi satu… terus dan terus…
Hukuman saling bal-bal itu baru berhenti tatkala A Cheng dan Yun Taotelah sama-sama terkapar di tanah. Wajah keduanya lebam-lebam.
Sama-sama menderita. Telinga A Cheng berdarah sementara kemaluan
49
Yun Tao pecah. Beberapa gigi A Cheng rontok sementara hidung Yun Tao penyok. Orang-orang memandang mereka dengan tercenung.
Hingga suara Tuan Asisten kemudian menerobos kebisuan hlm. 90.
“Bawa mereka pergi Yang lain kembali kerja” hlm. 90
Kutipan di atas menunjukkan kejamnya Tuan Asisten kepada kuli-kuli yang melakukan kesalahan, seperti berkelahi.
Tuan Asisten menyuruh kedua kuli, yaitu Yun Tao dab A Cheng saling memukul dan menendang secara bergantian. Sampai
akhirnya hukuman saling bal-bal itu baru berhenti tatkala A Cheng dan Yun Tao telah sama-sama terkapar di tanah. Pelukisan
tokoh Tuan Asisten berdasarkan kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui tingkah laku.
2 Jenis Tokoh Tuan Asisten merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya
sekali dimunculkan secara langsung dan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian tengah saja. Kutipan-kutipan yang mendukung
pernyataan di atas adalah
Tuan asisten mengamati sambil mengelus kumisnya yang melengkung, ditatapnya satu demi satu kedua kuli itu. Lurus-lurus. Dua orang kuli Cina
yang kusam berdiri dengan kepala menekuk hlm. 85.
Tuan Asisten mengalihkan pandangannya, menatap tajam Yun Tao seperti hendak melumatnya.
“Wel, godverdomme. Jadi kamu yang pertama pukul, heh?” hlm. 86. Semua terjadi saat istirahat siang, saat semua kuli beristirahat untuk makan
siang. Wiryo mengendap-endap masuk melalui dapur di rumah Tuan Asisten. Saat membelok ke arah kamar, dia melihat Tuan Asisten berjalan
menuju kamar mandi. Wiryo tau kebiasaan Tuan Asisten. Siang hari, lelaki Eropa itu biasa pulang ke rumahnya untuk istirahat tidur siang, satu hingga
dua jam hlm. 93-94.
50
Wiryo segera meraba pinggangnya, meraih pisau yang disimpan di balik bajunya. Napas pemuda itu memburu. Dadanya turun naik. Keinginan
membunuh yang sudah menjalar sampai ke ubun-ubunnya kini siap meledak. Wiryo segera menyarangkan pisau itu ke pinggang Tuan Asisten.
Semua hampir terjadi ketika Mandor Kosim tiba-tiba muncul. Laki-laki itu menarik bahu Wiryo hlm. 94.
e. Orang-orang Melayu
Orang-orang Melayu adalah kelompok yang berjumlah tujuh orang berasal dari Melayu. Mereka bertujuh datang ke Hotel Medan,
tempat Van Den Brand menginap. Saat melihat Van Den Brand, orang- orang itu membungkuk, hampir bersamaan memberi hormat.
1 Penokohan Penokohan pada Orang-orang Melayu dapat diketahui
melalui sikap. Uraian dari penokohan Orang-orang Melayu adalah sebagai berikut:
a Pembangkang Orang-orang Melayu adalah orang-orang yang hidup di
bawah perintah raja mereka. Namun mereka bukanlah orang yang patuh dengan perintah Tuan Breuking, Aspirant Kontrolir di
Medan. Mereka pun tidak patuh pada perentah kompanie. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah
Pada suatu hari, Tuan Breuking, Aspirant Kontrolir di Medan, dating menemui mereka. Dia membawa kabar untuk orang-orang Melayu agar
segera meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas tanah tersebut.
Apa alasannya, Tuan Breuking tidak pernah member uraian terang. “Ini merupakan perentah kompanie” katanya singkat hlm. 120.
Orang-orang Melayu itu tidak terburu-buru memenuhi perintah Tuan Breuking. Mereka saling membicarakan persoalan itu lalu memutuskan
untuk menunggu. Beberapa kali Tuan Breuking dating lagi menemui
51
mereka dan memberikan perintah serupa namun dengan nada yang lebih tegas. Sepulangnya, orang-orang Melayu itu berkumpul,
membicarakan lagi perintah itu dan mereka kembali memutuskan untuk tetap tinggal hlm. 120.
Apakah mereka pembangkang yang brutal hlm. 120?
Kutipan di atas menunjukkan sikap pembangkang orang- orang Melayu kepada Tuan Breuking dan perentah kompanie.
Mereka tidak mau meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas
tanah tersebut. Apapun alasannya mereka memutuskan untuk tetap tinggal. Pelukisan tokoh Orang-orang Melayu berdasarkan
kutipan-kutipan di atas ditunjukkan melalui sikap. 2 Jenis Tokoh
Orang-orang Melayu merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara tidak langsung dalam uraian
cerita pada bagian tengah saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
Pagi yang dijanjikan itu, aku menunggu namun mereka tidak datang. Aku terus menunggu hingga siang tapi mereka tetap tidak kunjung datang. Mereka
tidak menepati janji kebiasaan Hindia yang menyebalkan. Aku pun tidak percaya dengan perkara yang pernah mereka sampaikan kepadaku. Hingga
esoknya, aku masih menunggu namun orang-orang Melayu itu tetap tidak datang. Benarkah mereka pembohong hlm. 119?
Rasa ingin tahu menggugah hatiku. Aku mencoba menyelidiki kebenaran perkara yang pernah mereka sampaikan. Aku mendatangi beberapa tempat,
bertanya kepada sejumlah orang yang kuanggap berhubungan dengan perkara yang pernah diceritakan orang-orang Melayu itu. Hasilnya, ternyata semua
dipenuhi bukti-bukti yang nyata. Tidak sepatah kata pun orang-orang Melayu itu berbohong kepadaku hlm.119-120.
52
f. Tuan Breuking
Tuan Breuking adalah seorang Aspirant Kontrolir di Medan. Dia juga anak buah dari kompanie. Dia yang disuruh kompanie untuk
mengusir orang-orang Melayu dari tanah yang mereka tempati. 1
Penokohan Penokohan pada Tuan Breuking dapat diketahui melalui
sikap. Uraian dari penokohan Tuan Breuking adalah sebagai berikut: a Tegas
Tuan Breuking adalah seorang yang berwatak tegas. Dia selalu tegas saat menyuruh orang-orang Melayu untuk segera
meninggalkan tanah yang mereka tempati. Berulangkali pula ia datang menemui orang-orang Melayu dan memberikan perintah
serupa namun mereka memutuskan untuk tetap tinggal. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah
Orang-orang Melayu itu tidak terburu-buru memenuhi perintah Tuan Breuking. Mereka saling membicarakan persoalan itu lalu memutuskan
untuk menunggu. Beberapa kali Tuan Breuking datang lagi menemui mereka dan memberikan perintah serupa namun dengan nada yang
lebih tegas. Sepulangnya, orang-orang Melayu itu berkumpul, membicarakan lagi perintah itu dan mereka kembali memutuskan untuk
tetap tinggal hlm. 120.
Jangan Anda mengira akan terjadi kekerasan fisik. Orang Melayu tidak suka begitu. Hingga kemudian Tuan Breuking dating lagibdan
kesabarannya sudah habis. Dia menegaskan, bila mereka orang-orang Melayu itu tidak patuh pada perentah kompanie maka opas-opas Sultan
Deli, agen polisi, dan para pekerja paksa akan dikirim untuk meratakan seluruh bangunan rumah-rumah mereka.
Kutipan di atas menunjukkan sikap tegas Tuan Breuking dalam memberi perintah kepada orang-orang Melayu yang
53
membangkang. Karena mereka tidak pernah mau meninggalkan tanah yang ditempati. Berulangkali dia menemui dan menegaskan
pada orang-orang Melayu tetapi mereka memutuskan untuk tetap tinggal. Pelukisan tokoh Tuan Breuking berdasarkan kutipan-
kutipan di atas ditunjukkan melalui sikap. 2
Jenis Tokoh Tuan Breuking merupakan jenis tokoh tambahan, karena
hanya sekali dimunculkan secara langsung dan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian tengah saja. Kutipan-kutipan yang
mendukung pernyataan di atas adalah
Pada suatu hari, Tuan Breuking, Aspirant Kontrolir di Medan, dating menemui mereka. Dia membawa kabar untuk orang-orang Melayu agar
segera meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas tanah tersebut.
Apa alasannya, Tuan Breuking tidak pernah member uraian terang. “Ini merupakan perentah kompanie” katanya singkat hlm. 120.
Orang-orang Melayu itu tidak terburu-buru memenuhi perintah Tuan Breuking. Mereka saling membicarakan persoalan itu lalu memutuskan
untuk menunggu. Beberapa kali Tuan Breuking datang lagi menemui mereka dan memberikan perintah serupa namun dengan nada yang
lebih tegas. Sepulangnya, orang-orang Melayu itu berkumpul, membicarakan lagi perintah itu dan mereka kembali memutuskan untuk
tetap tinggal hlm. 120.
Apakah mereka pembangkang yang brutal hlm. 120?
g. Kuli Jawa Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo
Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo adalah empat kuli Jawa yang mempunyai watak jahat. Mereka telah membunuh seorang lelaki Cina.
Semua itu terjadi karena mereka dendam dengan lelaki Cina itu, seorang musuh dari ras yang berbeda.
54
1 Penokohan
Penokohan pada kuli Jawa dapat diketahui melalui tingkah laku. Uraian dari penokohan kuli jawa adalah sebagai berikut:
a Jahat Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo adalah empat kuli Jawa
yang berwatak jahat. Mereka tega membunuh seorang lelaki Cina. Semua itu terjadi karena mereka dendam dengan lelaki Cina itu,
seorang musuh dari ras yang berbeda. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah
Bergegas kemudian Barkat melangkah menuju biliknya dan membangunkan beberapa orang hlm. 148.
“Bangun, hei, bangun.” hlm. 149 Barkat mengguncang tangan Salim. Suaranya berbisik namun tegas hlm.
149. Salim menggeliat. Malas-malasan. Digosoknya matanya. “Opo meneh?”
“Sssssttttt.” Barkat meletakkan telunjuk di mulut Salim. Matanya celingak-celinguk
memperhatikan sekeliling. Masih dengan suara berbisik, dia berkata, “Ayo, bangunkan Kusno dan Harjo. Cepat”
“Ada apa?” suara Salim pelan. Nyaris tak terdengar. “Di luar ada Cina
Salim melompat. Rasa kantuknya menguap seketika. Diraihnya segera pisau yang tergantung di dinding bilik. Mengelus benda itu sejenak, dia
kemudian beranjak membangunkan Kusno. Sekilas, dia melihat Barkat membangunkan Harjo hlm. 149.
“Di mana dia?” “Di bangsal B.”
“Apa yang dilakukannya?” “Aku tidak tahu.”
“Cari mampus dia.” “Sudahlah, ambil saja pisaumu”
55
Pelan-pelan mereka melangkah beriringan ke luar bangsal. Masing- masing dengan tangan menggenggam senjata. Hati-hati mereka
menyusur jalan setapak di belakang bangsal hlm. 149.
“Di mana dia?” “Tadi di sana.”
“Dia sudah pergi.” “Dia pasti mau pulang ke kongsi.”
“Dia pasti belum jauh.” “Jangan berisik. Ayo cari”
Empat sosok bayangan melangkah waspada dalam pekat malam. Empat pasang mata yang menatap cermat ke dalam sudut-sudut kegelapan. Di
bawah sinar bulan yang redup, mereka meotong jalan, melintasi jalan setapak yang kiri-kanannya dipenuhi belukar hlm. 149.
Lewat sebuah tanda dari Barkat, orang-orang itu berpencar dan berlindung di bawah pohon. Mereka melihatnya. Mereka menahan napas.
Sekilas, di bawah cahaya bintang yang redup, mereka memperhatikan senjata dalam genggaman tangan mereka masing-masing, seperti
menyempurnakan keberanian. Seekor burung hantu berdiri tenang dalam kegelapan pohon. Dari kejauhan dia seperti pertapa bijak dengan sepasang
mata bulatnya yang nyalang dan tajam. Derak daun yang agaknya digerakkan oleh angin, berbaur dengan suara detak jantung dalam dada
mereka yang bergemuruh hlm. 150.
Bayangan itu tidak tahu kalau empat pasang mata dengan sorot waspada, tajam mengamati gerak-geriknya. Empat pasang mata yang menunggu
dengan waspada. Bayangan itu mendekat dan terus mendekat. Hingga saat dia melintas, Barkat bangkit dan menghadangnya hlm. 150.
“Mau ke mana kamu, Cina bangsat?” suara Barkat keras menyentak. Dia mencabut pisau dari sarangnya hlm. 150.
Bayangan itu terperanjat. Mata sipitnya membelalak. Dia semakin terkejut ketika satu persatu orang muncul dari balik kegelapan dan segera
mengelilinginya hlm. 150.
Seperti seekor kancil di hadapan segerombolan harimau, lelaki Cina itu hanya bisa terpaku. Kakinya lemas. Sepasang mata sipitnya menoleh ke
kiri dan ke kanan, memohon kekuatan hlm. 150.
“Tertangkap kamu sekarang” Kusno menyeringai. “Mau apa kowe malam-malam di sini, heh?”
“O-owe.. O-owe….” “Mau merayu perempuan kami, heh?” Harjo mendekat. “Cuihhhh Cina
sialan” “O-owee… o-oweee…”
“Habisi dia”
56
“O-owee… o-oweee…” Orang-orang it uterus mendekat. Bibir lelaki Cina itu gemetar. Dia seperti
mengucapkan sesuatu namun tak satu pun kata keluar dari kerongkongannya kecuali suara mengigau hlm. 150.
Tanpa memberinya waktu untuk mengubah sikap, Barkat sudah menyerangnya. Dia membenamkan pisau ke perut lelaki Cina itu.
Seketika, terdengar suara dengus napas yang terhenyak hlm.150.
Tidak ada raung kesakitan sebab Salim dengan cepat menyumpal mulutnya dari belakang. Kusno merangkul tangan lelaki malang itu untuk
membiarakan tikaman Barkat berikutnya leluasa memilih tempat hinggap di tubuhnya hlm. 151.
“Mampus kowe” Barkat menyentak tubuh lelaki Cina itu dengan tikaman berikutnya. Kali
ini dadanya sebelah kanan. Darah keluar seperti kantong air yang pecah. Mata pisau yang dingin dan tajam itu mungkin menggores jantungnya.
Lelaki Cina itu terkulai setelah beberapa saat mulutnya merintih dalam bekapan dan kakinya menegang menahankan nyeri kesakitan. Barkat
menekan pisau itu lebih dalam. Lebih kuat. Bagian ini terasa lebih keras, lebih liat dari bagian perutnya yang terasa emppuk ketika ditusuk hlm.
151.
Barkat mencabut pisau dari tubuh lelaki Cina itu dengan tatapan bengis menghujam ke dalam mata sipit lelaki yang kesakitan itu. Bibirnya
mengukir senyum puas. Kepuasan yang purba dari dendam laki-laki yang terlampiaskan. Saat barkat mencabut benda tajam itukeluar dari tubuhnya,
lelaki Cina itu terhenyak, merasakan kesakitan yang berbeda namun dengan perih yang sama. Alis matanya mengernyit tanda ngilu hlm. 151.
Mereka merasakan erangan lelaki Cina itu dengan tersenyum. Senyum yang bengis. Mereka senang meyaksikan kematian yang nyeri, kematian
yang begitu perlahan dari korbannya yang sekarat, seorang musuh dari ras yang berbeda. Ras yang dianggap sombong, yang mampu membayar
perempuan Jawa lebih besar kalau berkencan hlm. 151.
Mereka senang melihat dada lelaki Cina itu turun naik seperti sesak napas karena sakit paru-paru menahun. Mereka menikmati rintihannya. Senyum
bengis yang kini tampak menyeringai saat seluruh tubuh Cina itu terlihat diam dan terkulai. Kusno menghunus pisaunya. Perlahan dan dingin, dia
menggoreskan pisau itu ke leher lelaki itu yang memucat. Darah muncrat. Kulit leher lelaki cina itu lembut seperti sayuran. Saat disayat, dagingnya
mengeluarkan suara berdesis seperti suara irisan tomat hlm.151.
Yakin kalau musuhnya sudah mati, mereka melangkah pergi dengan perasaan puas. Sebelum sampai di bangsal, mereka berhenti. Harjo
membagi uang milik Cina itu yang tadi sempat diambilnya sebelum pergi. Uang itu dibagi rata. Tidak begitu banyak namun lumayan untuk berjudi.
Tanpa curiga, teman-temannya senang mendapat bagian. Mereka tidak tahu kalau sebelum uang itu dibagi, Harjo diam-diam telah memasukkan
cincin emas milik Cina itu ke dalam kantongnya hlm.152.
57
Kutipan di atas menunjukkan sikap jahat Barkat dan ketiga temannya, Salim, Kusno, dan Harjo. Mereka sengaja membunuh
lelaki Cina itu. Cina yang menjadi musuh mereka, karena perbedaan ras. Ras yang dianggap sombong, yang mampu
membayar perempuan Jawa lebih besar kalau berkencan. 2
Jenis Tokoh Kuli Jawa Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo merupakan
jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara langsung dan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian tengah
saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
Barkat meletakkan telunjuk di mulut Salim. Matanya celingak-celinguk memperhatikan sekeliling. Masih dengan suara berbisik, dia berkata, “Ayo,
bangunkan Kusno dan Harjo. Cepat hlm. 149”
Salim melompat. Rasa kantuknya menguap seketika. Diraihnya segera pisau yang tergantung di dinding bilik. Mengelus benda itu sejenak, dia kemudian
beranjak membangunkan Kusno. Sekilas, dia melihat Barkat membangunkan Harjo hlm. 149.
h. Lelaki Cina
Lelaki Cina adalah seorang kuli yang dianggap musuh bagi kuli- kuli Jawa Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo. Musuh dari ras yang
berbeda. Seorang kuli cina yang mati dengan sangat mengenaskan dibunuh para kuli Jawa.
1 Penokohan Penokohan pada Lelaki Cina dapat diketahui melalui sikap.
Uraian dari penokohan Lelaki Cina adalah sebagai berikut:
58
a Pasrah Lelaki Cina adalah sosok kuli yang pasrah menghadapi
lawan atau musuh yang menangkapnya. Dia tidak berani melawan, hanya diam terpaku tak bisa berkata apa-apa lagi.
Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah
Seperti seekor kancil di hadapan gerombolan harimau, lelaki Cina itu hanya bisa terpaku. Kakinya lemas. Sepasang mata sipitnya menoleh ke
kiri dan ke kanan, memohon kekuatan hlm. 150.
“Tertangkap kamu sekarang” Kusno menyeringai. “Mau apa kowe malam-malam di sini heh?”
“O-owe.. O-owe….” “Mau merayu perempuan kami, heh?” Harjo mendekat. “Cuihhhh Cina
sialan” “O-owee… o-weee…”
“Habisi dia” “O-owee… o-weee…”
Orang-orang it uterus mendekat. Bibir lelaki Ciina itu gemetar. Seperti mengucapkan sesuatu dari mulutnya namun tak satu pun kata keluar dari
kerongkongannya kecuali suara seperti mengigau hlm. 150.
Kutipan di atas menunjukkan sikap pasrah Lelaki Cina yang hanya diam terpaku saat kuli-kuli Jawa menangkapnya, tak
ada perlawanan yang dia lakukan untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
2 Jenis Tokoh Lelaki Cina merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya
sekali dimunculkan tidak langsung dalam uraian cerita pada bagian tengah saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas
adalah
59
“Mau ke mana kamu, Cina bangsat?” suara Barkat keras menyentak. Dia mencabut pisaunya dari sarangnya hlm. 150.
Bayangan itu terperanjat. Mata sipitnya membelalak. Dia makin terkejut ketika satu persatu orang muncul dari balik kegelapan dan segera
mengelilinginya hlm. 150.
Seperti seekor kancil di hadapan gerombolan harimau, lelaki Cina itu hanya bisa terpaku. Kakinya lemas. Sepasang mata sipitnya menoleh ke kiri dan ke
kanan, memohon kekuatan hlm. 150.
i. Idenburg
Idenburg adalah seorang kader partai yang disebut terakhir ini, yaitu Anti Revolutionaire Partij ARP. Sebelum diangkat Menteri, dia
anggota Majelis Rendah, mewaklili partai Pemerintah itu. 1
Penokohan Penokohan pada Idenburg dapat diketahui melalui sikap.
Uraian dari penokohan Idenburg adalah sebagai berikut: a Mudah Marah
Idenburg adalah sosok orang yang mudah marah dengan kabar berita yang dimuat pers Belanda Eropa di media massa.
Pernyataan-pernyataan kubu sosialis benar-benar membuatnya jengkel. Kutipan yang menunjukkan pernyataan di atas adalah
IDENBURG membanting setumpuk Koran ke atas meja. Pernyataan- pernyataan pedas kubu sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa itu
benar-benar membuatnya jengkel hlm. 224.
“Mereka seperti mendapat angin segar untuk menyerangku,” katanya. Nada suaranya datar dan dingin namun terdengar di telinga beberapa
petinggi ARP yang berada di ruangan kerjanya siang itu, mereka tahu, dada Idenburg terbakar kemarahan hlm. 225.
Kutipan di atas menunjukkan sikap marah Idenburg terhadap kubu sosialis yang telah memberi pernyataan-pernyataan
60
pedas di media massa yang dimuat dalam Pers Belanda dan Eropa.
2 Jenis Tokoh
Idenburg merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara langsung dan tidak langsung dalam uraian
cerita pada bagian akhir saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
IDENBURG membanting setumpuk Koran ke atas meja. Pernyataan- pernyataan pedas kubu sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa itu
benar-benar membuatnya jengkel hlm. 224.
“Mereka seperti mendapat angin segar untuk menyerangku,” katanya. Nada suaranya datar dan dingin namun terdengar di telinga beberapa petinggi ARP
yang berada di ruangan kerjanya siang itu, mereka tahu, dada Idenburg terbakar kemarahan hlm. 225.
j. O. J. H. Van Limburg Stirum
O.J.H. Van Limburg Stirum adalah seorang anggota ARP. Dia adalah rekan Idenburg separtai. Namun dia justru menjadi orang
pertama dari dalam partai yang tiba-tiba berdiri di pihak yang berseberangan dengan Idenburg; dengan mereka; dengan pemerintah
Belanda. 1 Penokohan
Penokohan pada Van Limburg Stirum dapat diketahui melalui sikap. Uraian dari penokohan Van Limburg Stirum adalah
sebagai berikut:
61
a penghianat Van Limburg Stirum adalah sosok yang menjadi
penghianat dalam partainya. Dia juga malah memperkeruh keadaan saat Idenburg marah. Dia juga menjadi orang pertama
dalam partai yang tiba-tiba di pihak yang berseberangan dengan Idenburg. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
Kemarahan Idenburg, sejatinya kemarahan mereka juga. Puncaknya, sepotong pernyataan yang muncul seperti gelegar petir pada dua hari silam.
O.J.H. Van Limburg Stirum malah ikut-ikutan memperkeruh keadaan. Nama yang disebut ini melontarkan pendapat yang pedas dan membuat
kuping Idenburg serta para petinggi ARP marah. “Keberadaan industry tembakau di Deli dibangun oleh kekejian. Kekejian itu tidak dipungkiri,
telah menodai kehormatan nasional Negeri Belanda. sebab itu, saya meminta Tuan Menteri Daerah dapat memberi penjelasan” hlm. 225.
Demikian media massa mengutip pernyataan Van Limburg Stirum. Pernyataan ini dirasakan sebagai tohokan pisau yang dingin di hulu hati
orang-orang ARP. Maklum Van Limburg Stirum adalah rekan mereka separtai. Bukannya membela, dia justru menjadi orang pertama dalam
partai yang tiba-tiba berdiri di pihak yang berseberangan dengan Idenburg; dengan mereka; dengan pemerintah Belanda hlm. 225.
Kutipan-kutipan di atas menunjukkan sikap Van Limburg Stirum yang menghianati rekan separtainya sendiri, yaitu
Idenburg. Dia justru berdiri di pihak yang dengan Idenburg. 2 Jenis Tokoh
Van Limburg Stirum merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara tidak langsung dalam uraian
cerita pada bagian akhir saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
Demikian media massa mengutip pernyataan Van Limburg Stirum. Pernyataan ini dirasakan sebagai tohokan pisau yang dingin di hulu hati
orang-orang ARP. Maklum Van Limburg Stirum adalah rekan mereka separtai. Bukannya membela, dia justru menjadi orang pertama dalam partai
62
yang tiba-tiba berdiri di pihak yang berseberangan dengan Idenburg; dengan mereka; dengan pemerintah Belanda hlm. 225.
“Aku tidak mengerti apa maunya Van Limburg Stirum. Melalui media massa, dia memintaku member penjelasan. Dia tidak hanya mengotori kebijakan
partai namun juga Negara.”hlm. 225.
k. Bergmeijer
Bergmeijer adalah sahabat Van Den Brand. Dia adalah salah satu hadirin yang dating dalam pemakaman Van Den Brand. Dia pula
yang menyampaikan pidato perpisahan.
1 Penokohan Penokohan pada Bergmeijer dapat diketahui melalui tingkah
laku. Uraian dari penokohan Bergmeijer adalah sebagai berikut: a Peduli
Bergmeijer adalah sahabat Van Den Brand. Dia sosok orang yang peduli dengan penderitaan sahabatnya. Dia hadir saat
kematian Van den Brand. Dia juga yang menyampaikan pidato perpisahan. Dia berusaha menghibur Jeanne, istri sahabatnya itu.
Melalui pidatonya, ia menceritakan kebaikan suaminya dan itu tidak menghibur tapi malah membuat hatinya semakin sedih.
Bergmeijer pun merasakan duka mendalam karena kehilangan Van Den Brand, sahabatnya. Kutipan yang menunjukkan
pernyataan di atas adalah
Bergmeijer, seorang diantara hadirin yang kebanyakan berpakaiian hitam itu, berdiri tegak dan menyapukan pandangan ke sisi ruangan. Dia
menyampaikan pidato perpisahan. Iramanya suaranya terjaga. Kata- katanya terpilih hlm. 254.
63
Bergmeijer menekukkan kepalanya sedikit. Dipandanginya kembali peti itu. Matanya berkaca-kaca. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan
duka karena kehilangan Van Den Brand, sahabatnya hlm. 254.
Semua kata-kata yang mengalir dari mulut Bergmeijer tidak dapat menghibur hatnJeanne Alice Heijligers yang tertunduk di balik wajahnya
yang sendu pucat. Perasaan tertekan dan muram terpancar di wajah perempuan itu. Bermeijer lebih banyak menceritakan kebaikan suaminya
dan itu membuatnya semakin sedih hlm. 156.
Kutipan-kutipan di atas menunjukkan perasaan peduli Bergmeijer kepada almarhum Van Den Brand, sahabatnya. Dia
dating saat kematian sahabatnya. Dia juga berusaha menghibur Jeanne, istri sahabatnya itu. Dia sangat berduka karena kehilangan
Van Den Brand, sahabatnya. 2 Jenis Tokoh
Bergmeijer merupakan jenis tokoh tambahan, karena hanya sekali dimunculkan secara langsung tidak langsung dalam uraian
cerita pada bagian akhir saja. Kutipan-kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
Bergmeijer, seorang diantara hadirin yang kebanyakan berpakaiian hitam itu, berdiri tegak dan menyapukan pandangan ke sisi ruangan. Dia
menyampaikan pidato perpisahan. Iramanya suaranya terjaga. Kata-katanya terpilih hlm. 254.
Bergmeijer menekukkan kepalanya sedikit. Dipandanginya kembali peti itu. Matanya berkaca-kaca. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan duka
karena kehilangan Van Den Brand, sahabatnya hlm. 254.
Bergmeijer menggenggam erat salib di tangannya. Seolah menguatkan hatinya. Orang-orang tergetar hlm. 254.
2. Alur atau Plot