69
matahari terbit hingga terbenam. Ada juga praktek pelacuran, perjudian, dan madat yang terjadi di perkebunan. Setiap akhir bulan setelah masa gajian para
kuli dibiarkan terpikat ke dalam perjudian, masuk dalam bilik-bilik pelacuran dan rumah candu agar mereka menghabiskan upah mereka hingga harus
meminjam uang kepada mandor perkebunan dengan bunga yang mencekik. Dengan begitu para kuli akan terbelit oleh hutang yang tak terbayarkan
sehingga mau tidak mau mereka harus terus memperpanjang kontrak kerja mereka. Jika mereka kabur, para penduduk asli siap menangkap mereka untuk
memperoleh imbalan yang besar dari pengelola perkebunan. Para kuli yang kabur akan diburu, ketika tertangkap mereka akan diikat dan dibawa ke
perkebunan dengan tangan dan kaki diikat pada sebilah kayu. Perbudakan terjadi di balik rimbunnya daun-daun tembakau. Tak
banyak yang tahu bahwa tembakau Deli yang terkenal di seluruh dunia, akarnya telah menyerap keringat, air mata, dan darah para kuli. Kolusi terjadi
di antara penguasa dan tuan kebun. Poenale Sanctie menjadi tameng yang melegalkan kekejaman mereka. Tak ada hukum yang melindungi para kuli.
4. Konflik Sosial
Konflik sosial social conflict, yaitu konflik antar manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan atau tujuan merupakan sumber terjadinya
konflik semacam ini. Setiap hari kita melihat atau mengalami sendiri konflik semacam ini Likumahua, 2001:82.
70
Konflik-konflik sosial novel Berjuta-juta dari Deli Satoe Hikajat Koeli Contract terdiri atas tiga bagian konflik, yaitu konflik antara individu
dengan individu, konflik antara individu dengan kelompok, dan konflik antara kelompok dengan kelompok. Ketiga bagian konflik tersebut meliputi konflik
antara kuli dengan kuli, konflik kuli dengan tuan asistennya, konflik antara tuan tanah dengan orang-orang melayu, konflik antara lelaki cina dengan
kuli-kuli Jawa, dan konflik-konflik juga kekejaman para penguasa daerah dengan tuan kebun. Selain itu terdapat latar belakang terjadinya konflik sosial
dan tujuan terjadinya konflik. Analisis konflik sosial seperti yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut
a. Konflik Sosial antara individu dengan individu Konflik sosial antara individu dengan individu terjadi antara Wiryo
dengan Tuan Asisiten. 1 Konflik Sosial antara Wiryo dengan Tuan Asisten
Konflik antara Wiryo dengan Tuan Asisten disebabkan karena Wiryo tertangkap basah mau membunuh Tuan Asisten. Maka
perkelahian antara keduanya tak terelakkan. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
“Ada apa? Kowe dikejar setan, heh?” Syamsul menarik napas, meredakan dadanya yang bergemuruh.
“Ma-maaf, T-Tuan. A-ada kuli a-akan dihukum c-cambuk,” ucapnya terengah-engah hlm. 92.
Sekilas, kedua Eropa itu saling berpandangan. Tak tampak roman terkejut di wajah mereka hlm. 92.
“Apa yang dilakukannya?” “Dia tertangkap basah m-mau m-membunuh T-Tuan Asisten B-bagian E.
Ya, E….”hlm. 92
71
Perkelahian tak terelakkan. Kedua pribumi itu bergumul, berangkulan, saling melepaskan nafsu membunuh mereka yang liar. Seperti binatang
buas, mereka saling menerkam, saling mengejar. Mendapati dirinya aman, dengan langkah bbergegas seperti dikejar setan, Tuan Asisten
menghambur lari. Terbirit-birit dia keluar dari rumahnya. Sejurus kemudian, opas-opas pun datang. Perkelahian tidak seimbang terjadi.
Lima lawan satu. Dengan mudah Wiryo diringkus. “Cambuk dia sampai mati” perintah Tuan Asisten sembari berkacak
pinggang hlm. 94-95.
b. Konflik Sosial antara Individu dengan kelompok Konflik sosial antara individu dengan kelompok meliputi dua
konflik, yaitu konflik antara Tuan Breuking dengan Orang-orang Melayu dan konflik antara Lelaki Cina dengan Kuli-kuli Jawa.
1 Konflik antara Tuan Breuking dengan Orang-orang Melayu Konflik sosial antara Tuan Breuking dengan orang-orang
Melayu disebabkan karena pada suatu hari Tuan Breuking datang menemui orang-orang Melayu. Dia membawa kabar untuk mereka
agar segera meninggalkan tanah yang mereka tempati. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
Pada suatu hari, Tuan Breuking, Aspirant Kontrolir di Medan, dating menemui mereka. Dia membawa kabar untuk orang-orang Melayu agar
segera meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas tanah tersebut. Apa alasannya,
Tuan Breuking tidak pernah member uraian terang. “Ini merupakan perentah kompanie” katanya singkat hlm. 120.
Akhir terjadinya konflik sosial antara Tuan Breuking dengan orang-orang Melayu adalah ketika orang-orang Melayu
disuruh agar segera meninggalkan tanah yang mereka tempati sekaligus membongkar rumah berikut kedai yang berdiri di atas
tanah tersebut. Karena di areal itu selalu digunakan untuk lomba
72
pacuan kuda. Namun orang-orang Melayu kembali memutuskan untuk tetap tinggal. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas
adalah
Di kota Medan ada sebuah lapangan yang dikenal dengan sebutan racebaan. Di tempat itu, dua kali dalam setahun selalu diadakan lomba
pacuan kuda. Persis berbatas dengan areal pacuan itu, beberapa orang Melayu itu para tamuku itu mendirikan rumah-rumah untuk memelihara
istri dan anak-anak mereka. Mereka juga menjadikan sebagian lahan untuk menanam buah dan pohon hias hlm. 120.
Orang-orang Melayu itu tidak terburu-buru memenuhi perintah Tuan Breuking. Mereka saling membicarakan persoalan itu lalu memutuskan
untuk menunggu. Beberapa kali Tuan Breuking dating lagi menemui mereka dan memberikan perintah serupa namun dengan nada yang lebih
tegas. Sepulangnya, orang-orang Melayu itu berkumpul, membicarakan lagi perintah itu dan mereka kembali memutuskan untuk tetap tinggal
hlm. 120.
Apakah mereka pembangkang yang brutal hlm. 120?
2 Konflik Sosial antara Lelaki Cina dengan Kuli-kuli Jawa Konflik sosial antara Lelaki Cina dengan kuli-kuli Jawa
disebabkan karena kuli-kuli Jawa Barkat, Salim, Kusno, dan Harjo yang menganggap Lelaki Cina itu musuh mereka, musuh dari ras yang
berbeda. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
Mereka menyaksikan erangan lelaki Cina itu dengan tersenyum. Senyum yang bengis. Mereka senang menyaksikan kematian yang
nyeri, kematian yang begitu perlahan dari korbannya yang sekarat, seorang musuh dari ras yang berbeda. Ras yang dianggap sombong
yang mampu membayar perempuan Jawa lebih besar kalau berkencan hlm. 151.
Konflik sosial antara lelaki Cina dengan kuli-kuli Jawa adalah ketika lelaki Cina yang merupakan musuh mereka mati di tangan
mereka sendiri. dengan begitu mereka merasa senang dan puas. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
73
Barkat mencabut pisau dari tubuh lelaki Cina itu dengan tatapan bengis menghujam ke dalam mata sipit lelaki yang kesakitan itu. Bibirnya
mengukir senyum puas. Kepuasan yang purba dari dendam laki-laki yang terlampiaskan. Saat barkat mencabut benda tajam itukeluar dari
tubuhnya, lelaki Cina itu terhenyak, merasakan kesakitan yang berbeda namun dengan perih yang sama. Alis matanya mengernyit tanda ngilu
hlm. 151.
Mereka merasakan erangan lelaki Cina itu dengan tersenyum. Senyum yang bengis. Mereka senang meyaksikan kematian yang nyeri,
kematian yang begitu perlahan dari korbannya yang sekarat, seorang musuh dari ras yang berbeda. Ras yang dianggap sombong, yang
mampu membayar perempuan Jawa lebih besar kalau berkencan hlm.151.
Mereka senang melihat dada lelaki Cina itu turun naik seperti sesak napas karena sakit paru-paru menahun. Mereka menikmati rintihannya.
Senyum bengis yang kini tampak menyeringai saat seluruh tubuh Cina itu terlihat diam dan terkulai. Kusno menghunus pisaunya. Perlahan dan
dingin, dia menggoreskan pisau itu ke leher lelaki itu yang memucat. Darah muncrat. Kulit leher lelaki cina itu lembut seperti sayuran. Saat
disayat, dagingnya mengeluarkan suara berdesis seperti suara irisan tomat hlm.151.
Yakin kalau musuhnya sudah mati, mereka melangkah pergi dengan perasaan puas. Sebelum sampai di bangsal, mereka berhenti. Harjo
membagi uang milik Cina itu yang tadi sempat diambilnya sebelum pergi. Uang itu dibagi rata. Tidak begitu banyak namun lumayan untuk
berjudi. Tanpa curiga, teman-temannya senang mendapat bagian. Mereka tidak tahu kalau sebelum uang itu dibagi, Harjo diam-diam
telah memasukkan cincin emas milik Cina itu ke dalam kantongnya hlm.152.
c. Konflik Sosial antara Kelompok dengan Kelompok Konflik Sosial antara kelompok dengan kelompok terjadi antara
kubu sosialis dengan Anti Revolutionaire Partij ARP. 1 Konflik Sosial antara Kubu Sosialis dengan Anti Revolutionaire Partij
ARP. Konflik sosial antara Kubu Sosialis dengan ARP disebabkan
karena adanya brosur Millioenen uit Deli yang dijadikan sebagai peluru untuk menjatuhkan Idenburg, seorang kader dari ARP. Selain
74
itu sudah lama pula kubu sosialis dikenal sebagai lawan politik yang sengit bagi ARP. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
Seperti mendapat kesempatan emas, politisi-politisi berhaluan sosialis menjadikan isu kekerasan yang diurai Millioenen uit Deli itu sebagai
peluru yang menjatuhkan Idenburg hlm. 224.
Kubu sosialis sudah lama dikenal sebagai lawan politik yang sengit bagi Anti Revolutionaire Partij ARP. Idenburg adalah kader partai yang
disebut terakhir ini hlm. 224.
konflik sosial antara Kubu Sosialis dengan ARP adalah ketika Idenburg dan para petinggi ARP marah, jengkel dengan pernyataan-
pernyataan Kubu Sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa media massa. Kutipan yang mendukung pernyataan di atas adalah
IDENBURG membanting setumpuk Koran ke atas meja. Pernyataan- pernyataan pedas kubu sosialis yang dimuat pers Belanda dan Eropa
itu benar-benar membuatnya jengkel hlm. 224.
“Mereka seperti mendapat angin segar untuk menyerangku,” katanya. Nada suaranya datar dan dingin namun terdengar di telinga beberapa
petinggi ARP yang berada di ruangan kerjanya siang itu, mereka tahu, dada Idenburg terbakar kemarahan hlm. 225.
Kemarahan Idenburg sejatinya kemarahan mereka juga. Puncaknya sepotong pernyataan yang muncul seperti gelegar petir pada dua hari
yang silam. O.J.H. Van Limburg Stirum malah ikut-ikutan memperkeruh keadaan. Nama yang disebut ini melontarkan pendapat
yang pedas dan membuat kuping Idenburgg serta petinggi ARP merah. “Keberadaan industri tembakau di Deli dibangun oleh kekejian
hlm. 225.
C. Pembahasan