harus terlebih dahulu menerbitkan Peraturan Daerah tentang PajakRetribusi Parkir yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan
pengenaan dan pemungutan retribusi parkir di daerah yang bersangkutan. Pemungutan retribusi parkir di Indonesia saat ini didadasarkan pada dasar
hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang terkait. Dasar hukum pemungutan retribusi parkir pada suatu kabupaten atau
kota adalah: 1.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. 2.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. 3.
Peraturan daerah kabupatenkota yang mengatur tentang pajakretribusi parkir.
4. Keputusan BupatiWalikota yang mengatur tentang pajakretribusi parkir
sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajakretribusi parkir pada kabupatenkota yang dimaksud.
2.4.1. Objek Retribusi Parkir
Siahaan 2005 : 409 menuliskan bahwa “objek retribusi parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang
disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan
garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran”.
Universitas Sumatera Utara
Pada pajakretribusi parkir, tidak semua penyelenggaraan parkir dikenakan pajakretribusi. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk
objek pajakretribusi menurut Siahaan 2005 : 410 antara lain: 1.
penyelenggaraan tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan tempat parkir oleh BUMN
dan BUMD tidak dikecualikan sebagai objek PajakRetribusi Parkir;
2. penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negara
asing, dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik. Ketentuan tentang pengecualian pengenaan
pajakretribusi parkir bagi perwakilan lembaga-lembaga internasional berpedoman kepada keputusan Menteri Keuangan;
dan
3. penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan
peraturan daerah, antara lain penyelenggaraan tempat parkir di tempat peribadatan dan sekolah serta tempat-tempat lainnya yang
diatur lebih lanjut oleh bupatiwalikota.
2.4.2. Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi Parkir
Pada retribusi parkir, subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yangmelakukan pembayaran atas tempat parkir. Retribusi parkir
dibayar oleh pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran. Pengusaha tersebut secara otomatis ditetapkan sebagai wajib
pajakretribusi yang harus membayar pajakretribusi parkir yang terutang. Dengan demikian, pada retribusi parkir subjek dan wajib retribusi parkir
tidaklah sama. Konsumen yang menggunakan tempat parkir merupakan subjek retribusi yang membayar menanggung retribusi sedangkan
pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran bertindak sebagai wajib retribusi yang diberi kewenangan untuk memungut
retribusi dari konsumen subjek retribusi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya, wajib pajakretribusi dapat diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang-undang
dan peraturan daerah tentang pajakretribusi parkir. Wakil wajib pajakretribusi bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara tanggung
renteng atas pembayaran pajakretribusi terutang. Selain itu, wajib pajakretribusi dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus
untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakanretribusinya.
2.5. Pengendalian Internal Pendapatan