2.4 Supply Chain Operations Reference SCOR Model
Model Supply Chain Operations Reference SCOR dikembangkan oleh suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council SCC. Supply Chain
Council SCC diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd McGrath PRTM dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry
standart yang digunakan untuk supply chain management. Model ini dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan
seluruh fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer. Supply Chain Council, 2004
Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model adalah :
Gambar 2.4. Supply Chain Model
Sumber : Supply Chain Council, Supply Chain Reference Model, Overview Version 6.1,
[http:www.supply-chain, org ], 2004
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam SCOR adalah sebagai berikut :
1. Plan
Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan Source, produksi dan
pengiriman yang terbaik. 2.
Source Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan
hubungan perusahaan dengan supplier. 3.
Make Proses untuk merubah transformasi material menjadi produk jadi untuk
memenuhi permintaan customer. 4.
Delivery Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan.
5. Return
Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan.
Model SCOR Supply Chain Operations Reference diorganisasikan dalam 5 lima proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan
Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level- level untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan
setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness, flexibility, costs, dan assets.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR,
digambarkan mengenai mapping supply chain perusahaan yang akan diukur performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di
mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan
penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur. I nyoman Pujawan, 2005
Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah sebagai berikut :
A. Aspek reliability 1.
Number of customer complian, yaitu jumlah complain dari konsumen 2.
Run time and break down time, yaitu waktu untuk berproduksi dan yang menyebabkan produksi terhenti.
3. Source employee reliability, yaitu Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan
bahan baku. B. Aspek Responsiveness
1. Delivery lead time, yaitu waktu sejak distributor industri memesan barang
sampai barang diambil. 2.
Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis
material tertentu dari permintaan awal suatu order. 3.
Supplier Delivery Lead time, yaitu waktu sejak distributor industri memesan barang sampai barang diambil.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
C. Aspek Flexibility 1.
Minimum delivery quantity, yaitu jumlahminimum pengiriman. 2.
Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.
D. Aspek Cost 1.
Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk cacat.
2. Material order cost, yaitu biaya yang dikeluarkan utuk order material.
E. Aspek Assets 1.
Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan waktu pembayaran ke supplier.
2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang
untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari konsumen.
2.5 Analytical Hierarchy Process AHP