2.5.1 Langkah-langkah Analitycal Hierarchy Process :
Adapun langkah – langkah dari Analitical Hierarchy Process AHP sebagai berikut:
1. Membandingkan antar kriteria dengan skala perbandingan yang telah
ditentukan. Skala perbandingan yang digunakan adalah : Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Intensitas Kepentinga
n Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen
dibandingkan atas elemen lainnya
5 Elemen yang satu sedikit lebih
cukup daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen
dibandingkan elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih penting
dari pada elemen lainnya Satu elemen yang kuat disokong
dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak penting
daripada elemen lainnya Bukti yang mendukung elemen
yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan
tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai
pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada dua
kompromi diantara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat
satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j
mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan I
a
ji
= 1 a
ji
Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, .
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Membuat matriks perbandingan berpasangan, seperti contoh di bawah ini : Tabel 2.2 Contoh Matriks Perbandingan
1 2
7 1
2
7
C A
A -
- -
A A
1 A
1 -
- -
A 1
Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, hal 84. Dari matriks ini, bandingkan elemen A, dalam kolom disebelah kiri
dengan elemen A
1
, A
2
, A
3
dan seterusnya yang terdapat dibaris atas berkenaan dengan sifat C di sudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A
2
dan seterusnya. Untuk mengisi matriks perbanding berpasangan itu kita
menggunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen diatas yang lainnnya dengan menggunakan skala penilaian perbandingan
pasangan. 3.
Membuat matriks normalisasi Matriks normalisasi diperoleh dengan membagi nilai masing – masing
sel matriks berpasangan kriteria dengan total masing – masing kolom. Dan bobot kriteria diperoleh dengan membagi total nilai normalisasi seluruh
kriteria terhadap jumlah kriteria.
Nilai normalisasi
=
n
i ij
ij
a a
1
Dari matriks normalisasi tersebut akan di dapat nilai bobot yang dicari dengan melihat angka yang berada pada garis diagonal tetapi perlu di uji
konsistensi untuk mengetahui bahwa masing – masing KPI telah konsisten.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Membuat matriks perbandingan berpasangan dikalikan dengan bobot masing – masing kriteria.
5. Menentukan eigen vector
6. Menentukan nilai
maks
maks
=
n r
Eigenvecto
7. Menentukan Consistency Index CI
Pengukuran konsistensi dilakukan untuk tiap matriks perbandingan dengan ukuran
3. Penilaian dinyatakan dengan konsistensi 100 jika CI = 0. Jika CI
0.1, maka penilaian dinyatakan dapat diterima. Jika CI
0.1, maka penilaian harus diulang kembali.
1
m a ks
n C I
n
8. Menentukan Consistensi Ratio CR
Consistensi Ratio CR diperoleh dari perbandingan Consistensi Index terhadap Random Index RI . CR dapat diterima jika CR
0.1. CR =
RI CI
CR = Rasion Konsistensi CI = Indeks Konsistensi
RI = Indeks Random Consistensi Ratio CR adalah angka yang menunjukkan tingkat
kekonsistenan suatu nilai. Apabila nilai CR 0.1, maka masih dapat
ditoleransi tetapi bila CR 0.1 maka perlu dilakukan revisi. Nilai CR = 0 maka dapat dikatakan “perfectly consistent”. Saaty, 1993
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berikut ini indeks random untuk matriks berukuran 3 sampai 10 matriks berukuran 1 dan 2 mempunyai inkonsistensi 0
Tabel 2.3 Nilai Indeks Random RI 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Sumber : Analitical Hierarchy Process, Bambang Brodjonegoro, 1991 Tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima adalah tingkat
inkonsistensi sebesar 10 kebawah Bambang PS Brodjonegoro, 1991 : 15.
2.6 Metode Pengukuran Performansi Supply Chain