ANALISA PERFORMANSI KINERJA DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. SINAR SOSRO GRESIK.

(1)

DI PT. SINAR SOSRO GRESIK

SKRIPSI

OLEH :

REZA FAUZAN

NPM : 0632010048

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ANALISA PERFORMANSI DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DI PT. SINAR SOSRO GRESIK”, yang merupakan kurikulum yang harus ditempuh boleh mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

Atas terselesainya pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Ir Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir.Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr.Ir.Minto Waluyo,MM. Selaku ketua jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Rusindiyanto,MT. Selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang telah Bapak berikan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Pailan, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang telah ibu berikan kepada penulis.


(3)

7. Terima kasih untuk Ibu yang ada di rumah serta Kakak-kakakku dan Adikku yang selalu memberi support baik berupa Doa dan Anggaran Dana. Matoernuwun atas segala bentuk dukungannya .

8. Buat semua teman- temanku terima kasih banyak atas segala kebersamaan ”all for one , one for all ”susah senang kita hadapi bersama. Untuk sahabatku kriwul thanks atas supportnya , tommy sahabat senang maupun duka maturnuwun atas wedjangannya, erik sahabat revolusi ku mari canangkan revolusi.surya thanks berbagi infonya metodenya..gale didoleki i di markas karangpilang, brenk sajawat q trims..sugab sepurane nek ngerepoti terus q pean soko guru q lang pawayangan(kampus).sahabat sahabat 07 thanks ea.

9. mas yanto thanks atas wedjangane .pak no kaseno maturnuwun supportnya karena dengan dukungan anda aku bangkit lagi. lare lare warkop markas 999 trims likenya ..warkop 999 (pak di) dan warung komunitas (mythos but trance)adalah base camp perdjuangan q, maturnuwun.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini.

Surabaya, Oktober 2005


(4)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

ABSTRAKSI ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Asumsi ... 4

1.5. Tujuan ... 5

1.6. Manfaat ... 5

1.7. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kinerja Perusahaan ... 8

2.1.1 Tujuan Pengukuran Kinerja ... 9

2.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja ... 9


(5)

2.3.1 Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain 15

2.4 Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model... 16

2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 22

2.5.1 Langkah-Langkah Analytical Hierarchy Process ... 26

2.5.2 Pengukuran Konsistensi Setiap Matriks Perbandingan ... 29

2.6 Pengumpulan Data ... 32

2.6.1 Data Primer ... 32

2.6.2 Data Sekunder ... 33

2.7 Penentuan Jumlah Sampel ... 33

2.8 Pengujian Data ... 34

2.8.1 Uji Validitas ... 34

2.8.2 Uji Reliabilitas ... 35

2.9 Scoring Sistem ... 36

2.10 Proses Normalisasi... 36

2.11 Peneliti Terdahulu... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

3.2 Identifikasi Variabel ... 42

3.2.1 Identifikasi Variabel... 42 42 3.2.2 Definsi Variabel ... 42


(6)

3.3.1 Penyusunan Kuisioner... 47

3.3.2 Penyebaran Kuisioner ... 48

3.5 Pengolahan Data ... 48

3.5.1 Uji Validitas ... 48

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 49

3.5.3 Uji Konsistensi... 49

3.5.4 Perhitungan Nilai Normalisasi Dengan Standarisasi SCOR 50 3.5.5 Perhitungan Nilai Akhir Performansi Supply Chain... 50

3.5.6 Analogi Perhitungan KPI... 51

3.6 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ... 52

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 61

4.1.1 Hirarki Awal Pengukuran Kinerja Supply Chain ... 61

4.1.2 Pengumpulan Data Kuantitatif... 63

4.1.2.1 Plan ... 63

4.1.2.1.1 Data Produksi dan Rencana Produksi . 63 4.1.2.1.2 Data Internal Relationship... 63

4.1.2.1.3 Data Planning Employee Reliability ... 64

4.1.2.2 Source ... 65

4.1.2.2.1 Data Source Employee Reliability ... 65


(7)

Data Manufacturing Employee Reliability ... 67

4.1.2.4 Deliver ... 68

4.1.2.4.1 Data Order SHS... 68

4.1.2.4.2 Data Delivery Lead Time ... 68

4.1.2.4.2 Data Minimum Delivery Quantity ... 69

4.1.2.5 Return... 69

4.1.2.5.1 Data Komplain Customer... 69

4.1.3 Pembuatan dan Penyebaran Kuisioner... 70

4.1.3.1 Pembuatan Kuisioner Indikator Kualitatif ... 70

4.1.3.2 Penyebaran Kuisioner Indikator Kualitatif ... 70

4.1.4 Uji Validitas ... 71

4.1.4.1 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian Pemasaran n keuangan ... 71

4.1.4.2 Uji Validitas Kuisioner Karyawan Bagian produksii, logistik, dan Bagian Quality Control ... 72

4.1.5 Uji Reliabilitas ... 73

4.1.5.1 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian Pemasaran n keuangan ...73

4.1.5.2 Uji Reliabilitas Kuisioner Karyawan Bagian produks i, logistik , dan Bagian Quality Control ... 74


(8)

4.1.6.3 Pembobotan KPI Dengan AHP... 75

4.2 Pengolahan Data ... 76

4.2.1 Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain ... 76

4.2.2 Scoring Sistem Dengan Normalisasi... 81

4.2.3 Perhitungan Nilai Akhir Kinerja Supply Chain ... 83

4.2.4 Agregasi Nilai Performansi... 84

4.3 Analisa dan Pembahasan ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

Tabel 2.1 Atribut Penelitian Key Performane Indikator... 20

Tabel 2.2 Matriks Perbandingan ... 28

Tabel 2.3 Tabel Skala Penilaian Analytical Hierarchy Process ... 28

Tabel 2.4 Nilai Indeks Random ... 31

Tabel 2.5 Sistem Monitoring Indikator Performansi ... 39

Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator ... 44

Tabel 3.2 Kategori Indikator Performansi ... 51

Tabel 4.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator di PT Sinar Sosro Gresik... 62

Tabel 4.2 Data Produksi dan Rencana Produksi PT Sinar Sosro Gresik ... 63

Tabel 4.3 Data Internal Relationship... 63

Tabel 4.4 Data Planning Employee Reliability... 64

Tabel 4.5 Data Source Employee Reliability ... 65

Tabel 4.6 Data Material Order Cost... 65

Tabel 4.7 Data Payment Term ... 66

Tabel 4.8 Data Manufacturing Employee Reliability ... 67

Tabel 4.9 Data Order SHS ... 68

Tabel 4.10 Data Delivery Lead Time ... 68

Tabel 4.11 Data Minimum Delivery Quantity... 69

Tabel 4.12 Data Number of Customer Complaint ... 69


(10)

Tabel 4.16 Uji Reliabilitas Bagian Logistik, PRoduksi, dan Quality Control . 74

Tabel 4.17 Nilai Bobot KPI Setiap Level ... 76

Tabel 4.18 Hasil Performansi Supply Chain Aktual ... 73

Tabel 4.19 Hasil Scoring Aktual... 79

Tabel 4.20 Nilai Akhir Kinerja Supply Chain ... 84

Tabel 4.21 Nilai Performansi Supply Chain Perusahaan ... 86

Tabel 4.22 Hasil Indikator Dengan Skor ... 88

Tabel 4.23 Hasil Indikator Dengan Skor Rendah ... 90


(11)

Gambar 2.1 Proses Dalam Supply Chain... 12

Gambar 2.2 Supply Chain Model ... 16

Gambar 2.3 Strutur hirarki ... 25

Gambar 3.1 Hirarki Awal Pengukuran Performansi Supply Chain ... 45

Gambar 3.2 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah... 53

Gambar 4.1 Hirarki Pengukuran Performansi Supply Chain... 61


(12)

Lampiran A : Gambaran Umum Perusahaan

Lampiran B : Kuisioner Indikator Performansi Supply Chain Lampiran C : Hasil Kuesioner Indikator

Lampiran D : Output Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran E : Kuisioner Pembobotan KPI

Lampiran F : Hasil Rekapitulasi Kuisioner KPI

Lampiran G : Perhitungan Manual Pembobotan Dengan AHP Lampiran H : Print Out Software Expert Choice

Lampiran I : Perhitungan Manual Pengukuran Kinerja Supply Chain Lampiran J : R Tabel Dengan α = 95 %


(13)

terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian - penyesuaian atas aktifitas perencanaan dan pengendalian .

Selama ini PT Sinar Sosro Gresik pengukuran kinerja hanya diterapkan pada bagian produksi saja dimana dalam perencanaan permintaan produksi selama 6 bulan tidak sesuai antara permintaan dengan output yang diproduksi. konsep supply chain dalam perusahaan menjadi tidak stabil.sehingga pengukuran kinerja yang saat ini digunakan belum mampu mencerminkan nilai kinerja perusahaan yang sebenarnya karena kinerja yang diukur hanyalah dari perspektif output saja.

Metode yang dipakai untuk melakukan analisa adalah Supply Chain Operation Reference(SCOR) dan Analytical hierarchy process (AHP). Supply Chain Operation Reference (SCOR) digunakan sebagai tolak ukur pengukuran kinerja perusahaan . sedangkan AHP digunakan untuk pembobotan perspektif yang sesuai dengan kondisi perusahaan serta digunakan untuk menentukan perspektif yang lebie penting.

Dari hasil pengukuran performansi Supply Chain PT. Sinar Sosro Gresik dapat diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode bulan Desember 2010 (72,96).dan nilai performansi yang paling rendah terdapat pada periode bulan September 2010 (60,722). Dari hasil penelitian dapat juga diketahui nilai dari masing – masing KPI adalah sebagai berikut : Percentage of Adjusted Production

Quantity (21,43) ; Internal Relationship (87,5) ; Planning Employee Reliability (83,5) ; Source Employee Reliabilty (83,3); Material order Cost (42,28); Payment Term (96,66); Manufacturing Employee Reliability (79,1) ; Percentage of Order delivered Complete(65,08) :Delivery Lead Time (93,33); Minimum Delivery Quantity (42,21); Number Of Customer Complaint (89,58); . dari nilai – nilai tersebut dapat diketahui

bahwa ada tiga KPI yang mempunyai nilai dibawah 50 point : Percentage of Adjusted

Production Quantity (21,43)Material order Cost (42,28);Minimum Delivery Quantity (42,21).

Kata kunci : Supply Chain Operations Reference (SCOR), analytichal Hiearchy Process (AHP)


(14)

measurement action to various activity in enchaining existing value in company. Result of the measurement [is] later;then used as [by] feed back to give information about execution achievement a[n dot and plan where company need adjustments of planning and control .

During The Time PT [Light/Ray] of Sosro Gresik measurement of performance only applied [at] part of just production where in the plan request of production during 6 inappropriate months between request with produced output. concept of supply chain in company becoming not stabil.untill measurement of performance which [is] in this time used [by] not yet can express company performance value which in fact because measured performance only from is in perpective just output.

Method weared to analyse is Supply Chain operation reference (SCOR) and of Analytical process hierarchy ( AHP). Supply Chain Operation Reference (SCOR) used as yardstick measurement of company performance . while AHP used for in perpective wight matching with the condition of company and also used to determine in perpective which more important .From result of measurement of performance of Supply Chain PT.Sosro Gresik can know that value of performansi highest there are period of December month 2010 (72,96).dan value of performansi lowest there are period of September month 2010 ( 60,722). From result of research is also known by value of KPI shall be as follows : Of Adjusted Production Quantity Percentage ( 21,43) is ; Internal [of] Relationship (87,5) ; Planning Employee Reliability ( 83,5) ; Source Employee Reliabilty ( 83,3); Order material of Cost ( 42,28); Payment Term ( 96,66); Manufacturing Employee Reliability ( 79,1) ; Of Order Percentage of delivered Complete(65,08) : Delivery Lead Time ( 93,33); Minimum of Delivery Quantity ( 42,21); Number Of Customer Complaint ( 89,58 . from value - the value can know [by] that there is three KPI having value below/under 50 point : Of Adjusted Production Quantity Percentage ( 21,43) Order material of Cost ( 42,28);Minimum Delivery Quantity ( 42,21).

Keyword : Supply Chain Operations Reference (SCOR analytichal Hiearchy Process


(15)

1.1. Latar Belakang

Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal sebuah perusahaan manufaktur tidaklah cukup. Ketiga aspek tersebut memerlukan peran serta semua pihak mulai dari pemasok yang mengolah bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik yang mengubah komponen dan bahan baku menjadi produk jadi, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari pemasok ke pabrik, serta jaringan distribusi yang menyampaikan produk ke tangan pelanggan.

PT. Sinar Sosro Gresik merupakan salah satu perusahaan minuman yang memproduksi minuman teh yang dibentuk dalam kemasan siap saji (Instan),di PT. Sinar Sosro Gresik Baru pengukuran kinerja hanya diterapkan pada bagian produksi dimana dalam perencanaan permintaan produksi selama 6 bulan tidak sesuai antara rencana produksi dengan output produksi begitu juga dengan biaya pengiriman material yang Begitu besar dan jumlah pengiriman yang kurang maksimal sehingga pendistribusian terhambat. .

Dengan kondisi pengukuran kinerja yang ada, oleh karena nilai kinerja yang diukur hanyalah dari perspektif output produksi saja. Karena itu, agar perusahaan mampu mengadakan perbaikan yang simultan dan berkesinambungan sesuai dengan strategi perusahaan, maka dibutuhkan suatu kerangka pengukuran kinerja Supply Chain yang lebih lengkap, sistematis dan lebih terintegrasi.


(16)

yang murah,berkualitas dan cepat inilah yang kemudian melahirkan konsep baru yaitu Supply Chain Management. Supply Chain Management adalah konsep yang merupakan integrasi dari keseluruhan elemen dari perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen, yaitu merupakan kesatuan dari Supplier, Manufacturing,

Customer, dan Delivery Process.

Supply Chain Management merupakan solusi yang lebih cocok dan sesuai

dengan kondisi dan tujuan perusahaan. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan supply chain diperlukan suatu pengukuran melalui pendekatan yaitu model Supply Chain Operations Reference (SCOR). Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil kinerja yang akan mengarahkan perusahaan dan memberikan keuntungan, baik itu untuk perusahaan, supplier maupun konsumen. Dengan harapan PT Sinar Sosro Gresik lebih dapat menyeimbangkan supply chain

Management yang ada, agar plan, source, make, deliver, return dapat berjalan

dengan baik.

Untuk mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan maka dari itu dilakukan pengukuran ini dengan harapan dapat membantu pihak manajemen agar bisa mengetahui kemampuan perusahaan saat ini, kelemahan, serta prioritas di masa yang akan datang.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ”Berapakah tingkat performansi


(17)

Batasan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah :

1. Pengukuran dengan model Supply Chain Operation Reference (SCOR) sampai pada 3 level dimana level I meliputi Plan, Source, Make, Deliver ,

Return. Level 2 meliputi Reliability, Responsiveness, Flexibility, Cost, dan Assets. Dan level 3 menentukan indikator- indikator.

2. Penyebaran kuisioner dilakukan hanya pada staff departemen yang terkait dengan kegiatan purchasing, marketing, Engineering, Logisti,PPIC..

3. penelitian di PT. Sinar Sosro Gresik hanya dilakukan pada satu jenis produk saja yaitu : Fruit Tea Genggam (FTG) .

4. Penelitian Hanya dilakukan pada Intern Perusahaan dan Tidak melibatkan konsumen.

1.4. Asumsi

Berdasarkan pada batasan masalah, maka asumsi yang digunakan adalah : 1. Data yang diperoleh dari kuisioner yang telah disebarkan dapat mewakili

kinerja karyawan perusahaan.

2. Responden mengerti tentang kondisi real perusahaan.

3. Indikator-indikator kinerja yang disusun dapat mewakili kinerja yang ada di perusahaan.

4. Kondisi manajemen yang menjalankan perusahaan berjalan dengan baik dan konstan untuk strategi produksi, promosi, maupun strategi lainnya selama dilakukannya penelitian.


(18)

penelitian dilakukan yang mampu menimbulkan perubahan visi-misi perusahaan.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat performansi supply chain perusahaan yang dilihat dari konsep SCOR.

2. Mengetahui indikator kinerja supply chain perusahaan yang memerlukan prioritas untuk dilakukan perbaikan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan :

a. Perusahaan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil kontrol kinerja supply chain yang dilakukan.

b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam mengembangkan suatu kerangka pengukuran kinerja Supply Chain yang sesuai dengan kondisi dan tujuan strategis perusahaan.

2. Bagi perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur :

a. Menambah koleksi buku referensi yang berhubungan dengan Supply

Chain.

b. Menjadi acuan bagi mahasiswa lain untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan Supply Chain.


(19)

1. Agar dapat membandingkan mata kuliah supply chain yang di dapat di kampus (teori) dengan keadaan sebenarnya di perusahaan.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam proses produksi pada suatu perusahaan.

3. menjadi acuan bagi mahasiswa untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pengukuran kinerja Supply Chain khususnya SCOR.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan Skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian yang bertopik pengukuran kinerja Supply Chain. Selain itu dijelaskan mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, asumsi yang digunakan, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai teori yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian berdasarkan langkah-langkah operasional sesuai yang dihadapi.


(20)

Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data yang didapat dari PT Sinar Sosro Gresik dan kemudian dilakukan analisa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran berkenaan dengan hasil pengukuran kinerja Supply Chain.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengukuran Kinerja Perusahaan

Pengukuran kinerja perusahaan pada periode tertentu sangat diperlukan agar prestasi perusahaan dapat diketahui. Selama ini, pengukuran kinerja perusahaan hanya berfokus pada perspektif keuangan saja, yang hanya menggambarkan kinerja pada satu sisi yaitu perusahaan (internal), sedangkan sisi luar perusahaan (eksternal) kurang tersentuh.

Penentuan secara periodik efektivitas operasional dari suatu organisasi sebagai bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan : sasaran, standar dan kriteria yang telah diharapkan sebelumnya.( Mulyadi ,1993)

Suatu ukuran seberapa efisien dan efektif individu atau organisasi dalam tujuan yang memadai.( Stoner et al ,1996)

Feedback from the accountant to management that provides information about how well the action represent the plans, it also identifies where manager may need to make correction or adjusmention future planning and controlling activities”,( Anderson dan Clancy ,1991)

The activity of measuring the performance of an activity or the entire value chain.( Anthony, Banker, Kaplan dan Young ,1997)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada dalam perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan


(22)

sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian– penyesuaian atas aktifitas perencanaan dan pengendalian.

2.1.1. Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi (1993) tujuan pengukuran kinerja adalah :

1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan terhadap organisasi secara keseluruhan.

2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam berorganisasi. 3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal)

menjalankan bagiannya seirama dengan tujuan pokok perusahaan secara keseluruhan.

2.1.2. Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat dari sistem pengukuran kinerja yang baik adalah :

a. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan menjadi lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya–upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).


(23)

d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

e. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi “reward” atau perilaku yang diharapkan tersebut.

2.2. Supply Chain Management

Perkembangan teknologi dan perubahan kondisi pasar yang cepat dan persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut. Perusahaan ini semakin menyadari adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan perusahaan tidak akan bisa bertahan bila manajemen perusahaan masih terfokus pada integrasi proses internal. Untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam rangka untuk memenangkan pasar, diawal tahun 1990, pandangan manajemen mulai bergeser ke manajemen Supply

Chain. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan adanya penerapan

manajemen Supply Chain antara lain yaitu dapat meningkatkan customer satisfaction, mengurangi biaya, dan meningkatkan cash utilization.

2.2.1. Pengertian Supply Chain Management

Istilah “Supply Chain Management” merupakan istilah yang baru bagi beberapa orang.namun kesadaran akan pentingnya peran seamua pihak dalam menciptakan produk yang murah,berkualitas dan cepat inilah yang kemudian melahirkan konsep baru d era tahun -1990an yaitu Supply chain Managaement (SCM) .


(24)

Supply Chain Management (SCM) adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaan dari kegiatan supply chain. Namun perlu ditekankan bahwa SCM menghendaki pendekatan atau metode yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi.( I Nyoman Pujawan,2005)

Jadi SCM tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner. Koordinasi dan kolaborasi antar perusahaan menjadi diperlukan dalam supply chain karena perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu supply chain pada intinya ingin memuaskan konsumen akhir yang sama, mereka harus bekerjasama membuat produk yang murah, mengirimkannya tepat waktu, dan dengan kualitas yang bagus. Hanya dengan bekerjasama antara elemen-elemen pada supply chain tujuan tersebut akan dapat dicapai. Oleh karena itu cukup tepat kalau banyak orang mengatakan bahwa persaingan dewasa ini bukan lagi antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, tetapi antara supply chain yang satu dengan supply chain yang lain. (I Nyoman Pujawan, 2005)

2.2.2 Proses dalam Supply Chain

Ada 5 proses utama dalam supply chain yaitu :

1. Plan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan pengiriman (delivery) yang baik.


(25)

2. Source, yaitu proses untuk menyediakan produk dan jasa (raw material) untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan aktual.

3. Make, yaitu proses untuk mentransformasi raw material menjadi produk jadi untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan aktual.

4. Deliver, yaitu proses mengirimkan produk jadi dan jasa untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan actual, termasuk juga manajemen penjualan, manajemen transportasi, dan manajemen distribusi.

5. Return, yaitu proses yang dikaitkan dengan pengembalian atau menerima kembali produk dengan berbagai alasan. Proses ini juga termasuk didalam bagian delivery customer support.

Gambar 2.1 proses dalam supply chain (Supply Chain Council, 2006) 2.3 Pengukuran Performansi Supply Chain

Pengukuran kinerja adalah suatu proses untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dari suatu aktivitas. Dalam sistem manajemen bisnis modern, pengukuran kinerja bukan hanya sekedar sistem pengukuran dan perhitungan saja, melainkan juga dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja.


(26)

Ada sejumlah tipe pengukuran kinerja yang berbeda yang digunakan untuk mengkarakteristik sistem, khususnya sistem produksi, distribusi, dan inventori. Banyaknya sistem pengukuran tersebut, maka untuk melakukan pemilihan sistem pengukuran manakah yang paling sesuai dengan pengukuran performansi supply chain sangat sulit.

Ide dari pengukuran kinerja ini diawali dari pengukuran operasi manufakturing yang dilakukan oleh Frederick W. Taylor (father of scientific methods) pada awal abad ke 20. Beliau melakukan penelitian mengenai studi gerak dan waktu. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang ada serta membuat kriteria yang obyektif untuk mengukur dan menetapkan kinerja yang obyektif untuk mengukur dan menempatkan kinerja dan efisiensi pekerja tersebut.

Lama-kelamaan pandangan pengukuran kinerja semakin berkembang. Penelitian mengenai pengukuran kinerja tidak lagi difokuskan pada penelitian kinerja individual melainkan mengarah pada pengukuran kinerja bisnis perusahaan. Pada awal tahun 1920 mulailah muncul dan berkembang sistem pengukuran secara tradisional yang masih berfokus pada aspek finansial. Sistem pengukuran tradisional ini dinilai oleh para praktisi dan akademisi memiliki banyak kekurangan karena berfokus pada satu indikator saja yaitu finansial. Pengukuran kinerja sebaiknya memiliki orientasi jangka panjang dibandingkan dengan jangka pendek. Ukuran finansial menunjukkan dampak kebijakan dan prosedur perusahaan pada posisi keuangan perusahaan jangka pendek, hal ini merupakan salah satu kekurangan sistem kinerja secara tradisional.


(27)

Dalam pengukurannya, ada beberapa pertimbangan yang harus dilihat antara lain :

1. Ukuran tidak diorientasikan dan dipusatkan atas menyediakan suatu perspektif memandang ke depan.

2. Ukuran tidak selalu dihubungkan dengan pentingnya masalah keuangan, namun seperti pelayanan pelanggan/loyalty dan mutu produk.

3. Ukuran tidak secara langsung ada keterkaitan dengan efisiensi dan efektivitas operasional.

(Lapide,2008)

Pengukuran performansi terhadap Supply Chain haruslah mengandung indikator-indikator. Indikator-indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut :

1. Aspek-aspek apa saja yang harus diukur ? 2. Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut ?

3. Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa, memperbaiki dan mengontrol kualitas rantai produktivitas ?

Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu penggunaan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan.

Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu : 1. Universality (bersifat umum dan mudah diukur).

2. Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat diukur).


(28)

3. Consistency (menjamin kekonsistenan pengukuran). (A. Zainur Razikh, 2008)

2.3.1 Kegunaan dan Ruang Lingkup Pengukuran Supply Chain

Pengukuran kinerja dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi perusahaan, apakah perusahaan tersebut telah berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuannya atau justru mengalami kemunduran. Pengukuran supply chain dan analisisnya dapat digunakan untuk :

1. Memberikan pengetahuan tentang berbagai macam variasi metode, proses, teknik dan sistem yang dapat digunakan untuk me-manage supply chain dan mempelajari entiti–entiti supply chain untuk mengidentifikasi area yang berpotensi untuk dikembangkan.

2. Melakukan implementasi metode, proses, teknik dan sistem secara keseluruhan untuk menunjang performa supply chain.

3. Untuk kontrol biaya. 4. Untuk kontrol kualitas.

5. Untuk menentukan level of customer service dan cara mengontrolnya. (Ita Yustianingwati, 2005)

Pengukuran kinerja supply chain mencakup pengukuran kinerja perusahaan pada proses internal dan proses eksternal perusahaan. Proses internal perusahaan merupakan seluruh proses yang terjadi didalam perusahaan mulai dari proses perencanaan produksi hingga pengirirman produk kepada customer. Sedangkan proses eksternal merupakan proses yang melibatkan hubungan perusahaan dengan stage yang berada diluar perusahaan, yaitu supplier dan Customer.


(29)

2.4

Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model

Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dikembangkan oleh suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Supply Chain Council

(SCC) diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd & McGrath (PRTM) dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry standart yang digunakan untuk supply chain management. Model ini dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan seluruh fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer. (Pudjawan,Supply Chain Council, 2004)

Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model adalah :

Gambar 2.2. (sumber : Supply Chain Council,2005)

Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam SCOR adalah sebagai berikut :


(30)

1. Plan

Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan Source, produksi dan pengiriman yang terbaik.

2. Source

Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan hubungan perusahaan dengan supplier.

3. Make

Proses untuk merubah (transformasi) material menjadi produk jadi untuk memenuhi permintaan customer.

4. Delivery

Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan.

5. Return

Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan.

(I Nyoman Pujawan, 2002)

Model SCOR (Supply Chain Operations Reference) diorganisasikan dalam 5 (lima) proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return

dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level-level untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness, flexibility, costs, dan assets.


(31)

Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR, digambarkan mengenai mapping supply chain perusahaan yang akan diukur performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di

mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur.

(I nyoman Pujawan, 2005)

Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah sebagai berikut :

A. Aspek reliability

1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik persediaan yang ada di gudang dengan catatan / dokumentasi yag ada.

2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke

supplier.

3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan.

B. Aspek Responsiveness

1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi.

2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis material tertentu dari permintaan awal suatu order.


(32)

C. Aspek Flexibility

1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi

supplier dalam setiap kali order.

2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam kurun waktu tertentu.

D. Aspek Cost

1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk cacat.

2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan mesin produksi.

E. Aspek Assets

1. Payment term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan waktu pembayaran ke supplier.

2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari konsumen. (Ita Yustianingwati, ST, 2005)

Contoh atribut-atribut penelitian sesuai Key Performance Indikator di PT.Petronika-Gresik sebagai berikut


(33)

Tabel 2.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator

Key Performansi Indikator Keterangan

Number of production schedule revision

Jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan

Percentage of adjusted production quatity

Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal

Forecast Accuracy Prosentase penyimpangan permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan

Inventory accuracy of material

Keakuratan persediaan dalam material

Inventory accuracy of packaging

Keakuratan persediaan dalam pengemasan

Inventory accuracy of finished product

Keakuratan persediaan dalam produk akhir

Internal Relationship Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan

Reliability

Planning employee reliability

Keandalan tenaga kerja bagian PPC

Time to identity new product specification

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk baru

Time to revise production schedule

Waktu yang dibutuhkan untuk merevisi jadwal produksi

PLAN

Responsiveness

Time to produce a production schedule

Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi

Supplier Delivery Performance

Kinerja pengiriman supplier

Source Employee Reliability

Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku

Percentage of suppliers with long term contracts

Prosentase supplier jangka panjang

Reliability

Supplier reliability Keandalan dari supplier

Supplier delivery lead time

Rata-rata rentang pengiriman

Source Volume

responsiveness of material

Tingkat ketanggapan volume bahan baku

Source volume responsiveness of packaging

Tingkat ketanggapan volume pengemasan

Responsiveness

Time to identify a new supplier

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengidentifikasi supplaier baru

Source item flexibility of packaging

Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu

SOURCE

Flexibility

Minimum order quality of packaging

Jumlah minimum kuantitas untuk setiap kali order yang bias dipenuhi oleh supplier


(34)

Material order cost Biaya yang dikeluarkan untuk order material

Cost

Supplier evaluation cost Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ecvaluasi supplier dalam 1 tahun

Cash to cash cycle time Waktu sejak perusahaan

mengeluarkan uang untuk membeli material sampai dengan menerima uang dari konsumen

Assets

Payment term Rata-rata selisih waktu antara penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran ke supplier

Percentage of product out of weight specification

Prosentase produk yang keluar dari spesifikasi berat

Number of backorder Jumlah unit yang diproduksi secara backoerder salam suatu permintaan

Repair time percentage Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak

Breakdown time percentage

Waktu yang menyebabkan proses produksi terhenti

Time between machine failure

Waktu rata-rata antar kerusakan mesin yang menyebabkan proses terhenti

Reliability

Manufacturing employee reliability

Keandalan tenaga kerja

Production lead time Lead time produksi

Make volume responsiveness

Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan permintaan sebesar 20%

Make item responsiveness Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produk

Responsiveness

Changeover time Waktu persiapan mesin yang diperlukan apabila terjadi

penggantian jenis produk yang akan diproduksi

Make volume flexibility Prosentase peningkatan permintaan yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu

Flexibility

Production item flexibility Flexibiltas item produk

Overhead cost Biaya overhead

Defect cost Biaya-biaya penggantian produk cacat

Cost

Machine maintenance cost Biaya perawatan mesin

MAKE

Assets Asset turn Total penerimaan kotor dibagi total

asset bersih

Delivery fill rate Prosentase jumlah permintaan yang bias dipenuhi dari total permintaan

DELIVER Reliability

Percentage of orders delivered complete

Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap


(35)

Stockout probability Kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan

Responsiveness

Delivery lead time Waktu sejak distributor industri memesan barang sampai barang diambil

Flexibility Minimum delivery quantity

Jumlah minimum pengiriman

Cost Holding cost Biaya penyimpanan per unit

Product reject rate Tingkat pengembalian produk

Reliability Number of customer complaint

Jumlah complain dari konsumen

Time to solve a complain Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi complain konsumen

RETURN

Responsiveness Packaging supplier repair time

Waktu yang dibutuhkan supplier untuk mengganti material yang diklaim setiap kali terjadi klaim

(sumber : Ilma Shofyana.Analisis Performansi Supply Chain Operation Reference di PT.Petronika-Gresik)

2.5. Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP dikembangkan oleh Saaty (1980) dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks atau tidak terstruktur. Data yang ada adalah bersifat kualitatif yang didasarkan, diamati, namun kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.

AHP dapat diaplikasikan dengan berguna untuk mengelompokkan berbagai situasi dan permasalahan. Misalnya memprioritaskan alternatif keputusan yang sangat kompleks, menentukan kekonsistenan, memformulasikan konsistensi, menganalisa permasalahan publik, analisa sensitivitas, evaluasi tingkat kepentingan faktor, formulasi strategis, alokasi sumber daya, analisa benefit cost, aplikasi inovasi pada daerah baru , dan lain-lain.

Salah satu keuntungan utama AHP yang membedakan dengan model pengambilan keputusan lainnya adalah tidak ada syarat konsistensi mutlak. Hal ini


(36)

didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasarkan logika dan sebagian lagi didasarkan pada unsur bukan logika seperti perasaan, pengalaman dan intuisi.

Kelebihan AHP (Suryadi dan Ramdhani, 1998) dibandingkan dengan yang lainnya karena adanya :

1. Struktur yang hirarki

2. bagai konsistensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria yang paling dalam.

3. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 4. Memperhitungkan ketahanan output analisis sensivitas pemgambilan

keputusan.

5. Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif sekaligus.

Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi tiap elemen dalam hirarki, sehingga menjadi model pengambilan keputusan yang komprehensif.

Prosedur yang dipakai dalam model Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan Hirarki

Hirarki dibentuk untuk menyederhanakan suatu masalah yang rumit menjadi lebih terstruktur. Sebuah hirarki menunjukkan pengaruh tujuan dari level atas


(37)

sampai level yang paling bawah. Hirarki sendiri dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu :

 Hirarki struktural, yaitu suatu pembagian masalah yang rumit ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan ukuran-ukuran tertentu.  Hirarki fungsional, yaitu suatu penguraian masalah ke dalam beberapa

bagian didasarkan atas hubungan esensialnya.

2. Pair-wise Comparison

Merupakan perbandingan berpasangan yang digunakan untuk mempertimbangkan faktor-faktor keputusan dengan memperhitungkan hubungan antara faktor dan sub faktor itu sendiri.

3. Pengecekan Konsistensi

Pengecekan konsistensi bertujuan untuk melihat apakah perbandingan berpasangan yang sudah dibuat masih berada didalam batas kontrol penerimaan atau tidak. Apabila berada diluar batas maka dilakukan kajian ulang untuk menyelidiki apakah konsistensi tersebut dapat diaplikasikan. 4. Evaluasi

Tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi seluruh proses pembobotan, dimana faktor dari seluruh alternatif harus diketahui. Bobot tersebut harus dilakukan proses normalisasi pada setiap matrik perbandingan berpasangan. Alternatif dengan bobot tertinggi adalah alternatif dengan prioritas tertinggi sehingga alternatif tersebut merupakan yang terbaik.

Dalam menyusun suatu hierarki tidak ada prosedur tetap untuk membuat tujuan, kriteria, dan kegiatan yang harus dimasukkan ke dalam tersebut. Gagasan


(38)

penyusunan mendaftar semua konsep yang relevan terhadap masalah tanpa memperhatikan hubungan atau urutan, dapat diperoleh melalui studi literatur untuk memperkaya ide, atau seringkali dilakukan dengan bekerja sama dengan orang lain.

Tujuan utama yang akan dicapai harus diidentifikasi pada puncak hierarki, sub tujuan pada tingkat berikutnya, dan kendala-kendala yang menghalangi usaha para pelaku pada tingkat berikutnya lagi. Hal ini dapat mendominasi level dari pelaku-pelaku itu sendiri, yang kemudian mendominasi level dari tujuan mereka, dibawahnya adalah level kebijakan mereka dan pada tingkat terbawah adalah level dari semua kemungkinan hasil yang ada. Secara umum struktur hierarki dapat digambarkan sebagai berikut :

Level 1

Level 2

Level 3

Level N

Gambar 2.2. Struktur Hierarki (saaty,1993) GOAL

Kriteria 1 Kriteria2 Kriteria 3

Sub Kriteria

1.1

Sub Kriteria

1.2

Sub Kriteria

1.3

Sub Kriteria

1.4

Sub Kriteria

1.5


(39)

Jika kita dihadapkan pada beberapa pilihan untuk memilih dan kita mempunyai beberapa kriteria yang rumit untuk dinilai, terlebih dahulu kita melakukan perbandingan berpasangan dari kriteria-kriteria yang ada dalam hubungannya dengan usaha jangka pendek dan panjang, keuntungan dan resiko, dan juga matriks perbandingan berpasangan yang berhubungan dengan keefektifan dan kesuksesan.

2.5.1. Langkah-langkah Analytical Hierarchy Process

Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP adalah (Suryadi dan Ramdhani, 1998) :

1. Mendefinisikan permasalahan dan menentukan secara spesifik tujuan dan solusi yang diinginkan. Jika digunakan untuk memilih alternatif atau penyusunan prioritas alternatif, pada tahap ini dilakukan pengambilan alternatif.

2. Menyusun masalah ke dalam struktur hirarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari segi detail dan terukur. Penyusunan hirarki yang memenuhi kebutuhan harus melibatkan pihak ahli didalam bidang pengambilan keputusan.

3. Menyusun matriks-matriks perbandingan berpasangan untuk setiap level dibawahnya, sebuah matriks untuk setiap elemen yang tepat berada pada level diatasnya. Elemen-elemen pada level bawah saling diperbandingkan berdasarkan pengaruhnya pada tiap elemen yang tepat pada level diatasnya. Hasilnya adalah matriks penilaian bujur sangkar.


(40)

4. Pengisian matriks perbandingan berpasangan oleh pengambil keputusan. Dibutuhkan sebanyak n(n-1)/2 judgement untuk setiap matriks pada tahap 3 diatas.

5. Melakukan pengujian konsistensi dengan menggunakan eigen value terhadap perbandingan berpasangan antar elemen yang didapatkan pada tiap level hirarki. Pertama, uji nilai indeks konsistensi, hitung nilai ratio dari konsistensi indeks dan random indeks.

6. 3, 4 dan 5 diulang untuk setiap level cluster dan hirarki.

7. Melakukan sintesis untuk menyusun bobot vektor eigen tiap elemen masalah pada setiap level hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot elemen pencapaian tujuan, sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandingan berpasangan antar seluruh elemen pada level yang sama.

8. Mengevaluasi konsistensi hirarki, jika nilainya lebih besar 0,1 maka terjadi inkonsistensi, kualitas data harus diperbaiki.

Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu persoalankeputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan, yaitu elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap kriteria yang ditentukan. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan ini, mulailah pada puncak hierarki untuk memilih criteria C, atau sifat, yang digunakan untuk melakukan perbandingan yang pertama. Lalu, dari tingkat tepat dibawahnya, ambil elemen-elemen yang akan dibandingkan (A1, A2, A3 dan seterusnya).


(41)

Tabel 2.2 Contoh Matriks Perbandingan

C A1 A2 - - - A7

A1 1

A2 1

- -

A7 1

( Sumber: Saaty,Thomas L,1993)

Dari matriks ini, dibandingkan elemen A, dalam kolom sebelah kiri dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat dibaris atas berkenaan

dengan sifat C disudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen kolom A2 dan

seterusnya. Untuk mengisi matriks banding berpasangan itu kita menggunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingkahnya suatu elemen diatas yang lainnya, berkenaan dengan sifat tersebut tabel dibawah ini memuat skala banding berpasangan.

Tabel 2.3 : Tabel Skala Penilaian Analytical Hierarchy Process Tingkat

Kepentingan

Definisi Keterangan

1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai

pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya

5 Elemen yang satu sedikit lebih cukup daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya


(42)

7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu

angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan I a = 1 / ij a ij

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

(Sumber : Thomas l , Saaty ,1993)

2.5.2. Pengukuran Konsistensi Setiap Matriks Perbandingan

Konsistensi adalah jenis pengukuran yang tak dapat terjadi begitu saja atau mempunyai syarat tertentu. Suatu matrik, misalnya terdapat 3 unsur (i, j, k) dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a. Konsistensi 100% apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

ik jk ij .a a

a 

dengan syarat tersebut maka matriks A berikut dapat dinyatakan konsistensi. Apabila ketiga syarat diatas sudah bisa terpenuhi maka bisa dikatakan bahwa matriks A tersebut konsistensi 100% atau dapat juga dikatakan tingkat konsistensinya 0%. Apabila muncul angka atau skala 5 dalam sebuah matriks perbandingan maka tidak lain adalah 5/1. Dengan dasar tersebut maka dapat dijelaskan bahwa :


(43)

karena itu,

aij . ajk = (wi / wj) . (wj / wk) = wj / wk = aik

dan juga dapat dibuktikan bahwa : aij = wj / wi = 1 / (wi / wj) = 1 / aij

Apabila sejumlah n persamaan dengan n variabel yang tidak diketahui dipecahkan dengan cara matriks maka bentuk persamaan matriksnya menjadi :

A . x = Y ... (1)

Dimana A merupakan matriks yang berisi koefisien-koefisien dari semua persamaan. x merupakan variabel yang hendak dicari besarnya dan Y merupakan konstanta di sisi kanan setiap persamaan. Rumus (1) dapat juga dinyatakan sebagai berikut :

n 

1 j

i i j

i . x y

a , dimana i = bilangan asli

Karena,

w /

1 .

aij j wi  , dimana i,j = bilangan asli Atau ) (1/w . w . a j n 1 j j ij

, dimana a, i = bilangan asli maka

n 

1 j

i j

ij. w n . w

a , dimana i = bilangan asli

yang adalah sama dengan


(44)

Dalam teori matriks, rumus (2) menunjukkanbahwa w adalah eigen vestor

dari matriks A, sedangkan n menunjukkan eigen value nya.

Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas suatu

eigen value maksimum. Dengan eigen value maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan.

Rumus dari index konsistensi (CI) adalah

 

n-1 n CI maks

Berikut ini indeks random untuk matriks berukuran 3 sampai 10 (matriks berukuran 1 dan 2 mempunyai inkonsistensi 0)

Tabel 2.4 : Nilai Indeks Random (RI)

n RI 1 0 2 0 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49

(Sumber : Bambang Brodjonegoro, 1991)

Rumus dari konsistensi/inkonsistensi (CR) itu sendiri dapat dituliskan sebagai berikut :

CR = CI / RI Dimana : CR = Rasio Konsistensi


(45)

RI = Indeks Random

Tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima adalah tingkat inkonsistensi sebesar 10% kebawah (Bambang Permadi S. Brodjonegoro, 1991 : 15)

2.6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder (Nazir, 1985 : 58).

2.6.1. Data Primer

Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari sumber pertama. Pengumpulan data primer bisa dilakukan dengan beberapa macam cara antara lain :

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi biasanya digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk obyek yang belum banyak diketahui. Observasi bertujuan mengamati objek penelitian untuk dimengerti tentang objek penelitian tersebut.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah menggali informasi tentang kompetensi karyawan didasarkan pada prilaku nyata karyawan tersebut dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan kemudian mengidentifikasi permaalahan guna diketahui karakteristik karyawan tersebut. (kusumanstuti,2005)


(46)

3. Daftar Pertanyaan (Angket/kuesioner)

Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu :

 Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak sesuai untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.

 Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan yang memadai dan kemampuan yang cukup.

2.6.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen tertulis.

2.7 Penentuan Jumlah Sampel

Penentuan jumlah sample / kuesioner ini menurut Suharsini Arikunto (2002), apabila Subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyek besar (lebih dari 100), maka dapat diambil antara 10%-15%, maka menggunakan rumus:

n = 15% x N keterangan:

n = besar sampel N = besar populasi


(47)

2.8 Pengujian Data

Metode pengujian data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas (M.T.Safirin, 2002 : 33).

2.8.1. Uji Validitas

Uji Validitas merupakan suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur untuk mengukur apa yang ingin di ukur (Mastri singarimbundan safian efendi,1995 : 124). Semakin tinggi kualitas suatu validitas tersebut semakin mengenai sasarannya san semakin menunjukkan apa yang ditunjukkan.

Untuk menghitung validitas, maka kita akan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi

product moment sebagai berikut :

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y) X)( ( -(X)(Y) N r         

Dimana : r = koefisien korelasi yang dicari N = jumlah responden

X = skor tiap-tiap variabel Y = skor total tiap responden

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r.(Sudjana,1992)


(48)

2.8.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti kepercayaan, keandalan, keajegan, konsistensi dan sebagainya. Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa dalam beberapa kali pengukuran terhadap sekelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.

Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha. Runus alpha dugunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian.

Rumus alpha :

 

           2 1 2 11 1 1 -k k r

b Dimana : r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σσb2 = jumlah varians butir

σ12 = varians total

Program komputer SPSS 10.0 (Statistical Package for The Social Science) dapat melakukan perhitungan koefisien alpha dengan mudah.(Sudjana,1992)


(49)

2.9. Scoring System

Scoring System dilakukan untuk mengetahui nilai pencapaian terhadap target yang telah ditetapkan untuk setiap indikator kinerja. Sebelum dilakukan pengukuran dilakukan penentuan jenis skor terlebih dahulu. Adapun 3 macam skor yang ditekankan pada KPI adalah sbb :

1. Lower Is Better

Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin rendah nilainya (mendekati nol), maka kualitasnya akan lebih baik.

2. Larger Is Better

Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin besar nilainya maka kualitasnya akan lebih baik.

3. Nominal Is Better

Pada karakteristik kualitas ini biasanya ditetapkan suatu nilai nominal tertentu, dan semakin mendekati nilai nominal tersebut, kualitas semakin baik.

2.10. Metode Pengukuran Performansi Supply Chain

Ada berbagai macam cara pengukuran performansi yang pernah dilakukan perusahaan-perusahaan dunia. Salah satunya adalah cara pengukuran yang dilakukan oleh sebuah supermarket. Pertama mereka menentukan obyektif performansi yang dibutuhkan di dalam pengukuran tersebut, seperti quality, speed, reliability, flexibility, dan sebagainya. Obyektif tersebut diberi skor dan bobot. Tingkat pemenuhan performansi didefinisikan oleh normalisasi dari


(50)

indikator performansi tersebut. Untuk strategi Supply Chain yang pasti, berlaku hubungan sebagai berikut :

Pi =

n i j

j ij W

S ………(2.8)

Dimana :

Pi = Total performansi supply chain varian i

n = Jumlah obyektif performansi

Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j

Wj = Bobot dari obyektif performansi

Di dalam pengukuran ini, langkah pertama adalah melakukan pembobotan. Pembobotan dilakukan dengan cara Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana setiap obyektif performansi dipasangkan dan dilakukan perbandingan tingkat kepentingannya. Langkah kedua adalah pendefinisian dari indikator performansi dan melakukan pengukuran.

Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan parameter, yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Proses normalisasi dilakukan demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran performansi Normalisasi Snorm De Boer ada 2 macam yaitu Large is better (semakin besar nilai semakin baik ) dan

Lower is better (semakin kecil nilai semakin baik) Proses normalisasi dilakukan yaitu dengan rumus :


(51)

Untuk Larger is Better

Snorm =

min max

min) (

S S

S Si

x 100 ...(2.1)

Untuk Lower is Better

Snorm =

min max

) max (

S S

Si S

 x 100 ...(2.2) Keterangan :

Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai

Smax = Nilai pencapaian kinerja terbaik dari indikator kinerja Smin = Nilai pencapaian kinerja terburuk dari indikator kinerja

Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam interval nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol (0) diartikan paling jelek dan seratus (100) diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa.

Untuk memantau nilai pencapaian performansi terhadap nilai pencapaian terbaik atau target yang ingin dicapai oleh perusahaan maka dibutuhkan sistem monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah (poor) sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat dikategorikan sangat baik sekali (excellent)


(52)

Tabel 2.5. Sistem Monitoring Indikator Performansi Sistem Monitoring Indikator Performansi

> 90 Exellent

71 – 90 Good

51 – 70 Average

40 – 50 Marginal

< 40 Poor

(Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000)

2.11. Peneliti Terdahulu

Berikut akan dijelaskan secara singkat hasil peneliti terdahulu yang berhubungan dengan penerapan metode Supply Chain Operations Reference

untuk pengukuran kinerja perusahaan diantaranya, yaitu :

1. Ita Yustianingwati, 2005, “ Implementasi Supply Chain Untuk Pengukuran Kinerja di PT Varia Usaha Beton Waru – Sidoarjo “

Rangkuman :

Pengumpulan data dilakukan pada bulan juni 2005 hingga data terpenuhi dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di PPTT

V

VaarriiaaUUssaahhaaBBeettoonn adalah sebagai berikut :

1. Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap Kinerja berdasarkan metode supply chain dengan pendekatan model Supply Chain Operations Reference (SCOR) yaitu : a. Plan yaitu kehandalan dan respon ataupun tindakan perusahaan


(53)

dalam merencanakan pelaksanaan order (81,75), b. Source yaitu proses pembelian material / bahan baku kepada pihak supplier (56.41) ,c .Make yaitu proses produksi yang berlangsung lama. d. Deliver yaitu proses pengiriman guna memenuhi permintaan konsumen (27.65) serta e. Return yaitu penanganan masalah pengembalian barang jadi (43.89).

2. Kinerja PT. Varia Usaha Beton setelah diukur dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari setiap indikator maka didapatkan angka 63.33. Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan ini cukup. dalam menjalankan ordernya, mulai dari hubungan dengan supplier, hubungan dalam internal perusahaan maupun konsumen selaku pemesan order.

2. Akhmad Zainur Razikh, 2008, “ Analisa Performansi Perusahaan dengan Metode Supply Chain Operation Refearence (SCOR) di CV Restoe Bumi – Pasuruan “

Rangkuman :

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2007 hingga data terpenuhi dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di CV Restou Bumi adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil pengukuran performasi supply chain CV Restou Bumi dapat diketahui bahwa nilai performansi yang paling tinggi terdapat pada periode bulan Juli 2007 (73,74) dan nilai performasi supply chain yang paling rendah terdapat pada periode bulan Oktober 2007 (55,58).


(54)

a. Plan yaitu Percentage of adjusted production quantity perlu mendapatkan perbaikan sebesar( 63,3%) dan Forecast accuracy perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 58% ) b. Source yaitu Supplier delivery performance perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 66,5% ), Source employee reliability perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 50% ), dan Supplier delivery lead time perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 37,8% ). c. Make yaitu Repair time percentage perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 71,7% ), Breakdown time percentage perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 58,3% ), Time between machine failure perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 32% ), dan Production item flexibility perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 50% ). d. Deliver yaitu Delivery lead time perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 21,7% ), Product reject rate perlu mendapatkan perbaikan sebesar (47,7%). e. Return yaitu

Number of customer complaint perlu mendapatkan perbaikan sebesar ( 28,3% ) 3. Usulan perbaikan untuk meningkatkan performansi supply chain pada CV.

Setia Group adalah :

a. Forecast Accuracy (58%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih teliti dalam melihat kondisi produk dalam pasaran. b. Repair Time Percentage (71,7%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih berhati-hati dalam melakukan proses produksi. c.Percentage of adjusted production quantity (63,3%) yaitu perbaikan yang perlu dilakukan adalah lebih teliti dalam melakukan perencanaan produksi.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT. Sinar Sosro Gresik terletak di desa Cangkir 21 Km dari, kecamatan Driyorejo, kabupaten Gresik. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2011 sampai data yang diperlukan untuk penelitian ini terpenuhi.

3.2. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Identifikasi Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai factor – factor atau konsep yang mempunyai variabel nilai dan besaran . jadi identifikasi variabel adalah kegunaan untuk menentukan factor – factor yang terlihat dalam penelitian yang mempunya variable nilai dan besaran . penentuan variabel penelitian tergantung dari objek yang diteliti, landasan teori dan dan metode yang dipakai .identifikasi variabel dibagi 2 yaitu :

1.Variabel Terikat 2.Variabel Bebas

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas identifikasi variabel yang dimaksud maka peneliti akan menjelaskan definisioperasional variabel yang digunakan yaitu :


(56)

1. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah seberapa baik kinerja dalam obyek peneliti sehinggan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode

Supply Chain Operation Reference di PT. Sinar Sosro Gresik.

2. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

1) Plan, variabel ini dilihat dari proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan pengiriman yang terbaik. Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam melakukan perencanaan sehingga tujuan strategis perusahaan bisa tercapai.

2) Source, variabel ini dilihat dari proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan hubungan perusahaan dengan supplier. Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh material dan menjalin hubungan dengan supplier.

3) Make, variabel ini dilihat dari proses untuk merubah (transformasi) material menjadi produk jadi untuk memenuhi permintaan customer. Terfokus pada kemampuan perusahaan mentransformasikan bahan baku menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi untuk memenuhi permintaan yang ada.

4) Deliver, variabel ini dilihat dari proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan. Terfokus pada kemampuan perusahaan dalam melakukan pengiriman order untuk memenuhi permintaan konsumen.


(57)

5) Return, variabel ini dilihat dari proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan. Terfokus pada kemampuan perusahaan yang berkaitan dengan proses pengembalian produk karena alasan tertentu.

Tabel 3.1 Atribut Penelitian Sesuai Key Performance Indicator

Key Performance Indicator Keterangan

Percentage of Adjusted Production Quantity (PAPQ)

Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal

Internal Relationship (IR)

Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan

PLAN Reliability

Planning Employee Reliability (PER)

Keandalan tenaga kerja bagian PPC

Reliability Source Employee

Reliability (SER)

Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku

Cost Material Order Cost

(MOC)

Biaya yang dikeluarkan untuk order material

SOURCE

Assets Payment Term (PT) Rata-rata selisih waktu antara penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran ke supplier

MAKE Reliability

Manufacturing Employee Reliability (MER)

Keandalan tenaga kerja bagian produksi

Reliability Percentage of Order Delivered Complete (PODC)

Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap

Responsiveness Delivery Lead Time (DLT)

Waktu sejak distributor memesan barang sampai dengan barang diambil

DELIVERY

Flexibility

Minimum Delivery Quantity (MDQ)

Jumlah minimum pengiriman

RETURN Reliability Number of Customer Complaint (NCC)

Jumlah complain dari konsumen

(PT.Sinar Sosro Gresik)

Selain tabel diatas rancangan awal key performance indicator dapat di gambarkan sebagai berikut ;


(58)

Performansi Supply Chain

Make Deliver Return Source

Plan

Reliability Responsiveness Flexibility

Indikator-indikator Performansi Supply Chain

Cost Assets

Gambar 3.1

Hierarki Awal Pengukuran Performansi Supply Chain

3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini daata primer didapat melauli Wawancara dan penyebaran kuesioner . untuk penyebaran kuesioner kualitatif dilakukan populasi Staff departemen di PT. Sinar Sosro Gresik.yang berhubungan dengan supply chain sebanyak 45 orang dan penyebaran KPI level 1 dan level 2 adalah pada general manager dan level 3 pada kabag Produksi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas dan

Level 0

Level 1

Level 2


(59)

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dtarik.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer ialah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari sumber pertama. Pengumpulan data primer bisa dilakukan dengan beberapa macam cara antara lain :

1. Pengamatan (observasi)

Observasi biasanya digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk obyek yang belum banyak diketahui. Observasi bertujuan mengamati obyek penelitian untuk dimengerti tentang obyek penelitian tersebut.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan suatu langkah dalam penelitian yang berupa penggunaan proses komunikasi verbal untuk mengumpulkan informasi dari seseorang atau kelompok orang.

3. Daftar pertanyaan (angket / kuesioner)

Kuesioner merupakan alat komunikasi antara penelitian dengan orang yang diteliti atau responden. Isinya berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh peneliti untuk diisi oleh responden. Pengumpulan data dengan kuesioner perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu :


(60)

a.Karena respon menuangkan pendapat secara tertulis, kuesioner tidak sesuai untuk mengumpulkan data yang bersifat sensitif.

b.Penggunaan kuesioner tepat apabila responden mempunyai pengetahuan yang memadai dan kemampuan yang cukup.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumber pertama dan telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen perusahaan.

3.4.1 Penyusunan Kuesioner

Pada tahapan ini penulis membuat kuesioner yang berhubungan dengan pengukuran performansi Supply Chain PT. Sinar Sosro. Penyusunan kuesioner dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data. Kuesioner harus ringkas dan tidak membingungkan responden.

Penyusunan kuesioner pengukuran performansi Supply Chain : Kuesioner tingkat kepentingan

Untuk mengetahui seberapa penting atribut Key performance Indicator (KPI) bagi kinerja perusahaan.

Untuk pengisian kuesioner pada bagian tingkat kepentingan, responden diminta memberikan skala nilai terhadap atribut-atribut Key performance Indicator (KPI) sesuai dengan tingkat kepentingannya. Skala yang digunakan adalah skala kepentingan Analitical Hierarkhi Process (AHP).

1 = Kedua elemen sama penting

3 = Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain 5 = Elemen yang satu sedikit lebih cukup dari elemen yang lain


(61)

9 = Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen yang lain 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai berdekatan

3.4.2 Penyebaran Kuesioner

Setelah kuesioner dibuat maka penulis menyebarkan kuesioner kepada pihak-pihak yang ada di PT. Sinar Sosro yang mengerti tentang masalah pengukuran performansi Supply Chain.

3.5 Pengolahan Data 3.5.1 Uji Validitas

Untuk menghitung validitas, maka kita akan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

r =

 

2 2

2

 

2

) )( ( ) )( (

 

Y Y N X X N Y X Y X N dimana :

r = Koefisien korelasi yang dicari N = Jumlah responden

X = Skor tiap-tiap variabel Y = Skor total tiap responden

Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r.


(62)

3.5.2 Uji Reliabilitas

Salah satu cara untuk menghitung reliabilitas adalah dengan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya kuesioner atau soal bentuk uraian. Rumus Alpha :

r11 =

            

2

1 2 1 ) 1 (  b k k dimana :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal b2 = Jumlah varians butir

12 = Varians total

Program komputer SPSS 16.0 (Statistical Package for The Social Science) dapat melakukan perhitungan koefisien alpha dengan mudah. 3.5.3 Uji Konsistensi

Dalam uji konsistensi ini, dilakukan perhitungan antara lain : a. Consistency Index (CI)

CI = 1 max  n n

b. Consistency Ratio (CR)

CR =

RI CI


(63)

3.5.4 Perhitungan Nilai Normalisasi dengan Standarisasi SCOR

Dalam proses standarisasi SCOR ini, diberlakukan perhitungan sebagai berikut :

1. Large is Better

Snorm =

100%

min max min x S S S Si  

2. Lower is Better

Snorm =

100%

min max max x S S S S i 

3.5.5 Perhitungan Nilai akhir Performansi Supply Chain

Untuk menghitung nilai akhir performansi Supply Chain diberlakukan rumus :

Pi =

n j j ijW S 1 Dimana :

Pi = Total performansi supply chain varian i

n = Jumlah obyektif performansi

Sij = Skor supply chain ke i didalam obyektif performansi ke j

Wj = Bobot dari obyektif performansi

Dari perhitungan tersebut akan menghasilkan nilai performansi dari PT. Sinar Sosro. Jika nilai kinerja < 40 maka pencapaian performansinya dapat dikategorikan dalam kondisi yang sangat rendah (poor) sedangkan jika nilai kinerjanya > 90 maka dapat dikategorikan sangat baik sekali


(64)

Sistem Monitoring Indikator Performansi

> 90 Exellent

71 – 90 Good

51 – 70 Average

40 – 50 Marginal

< 40 Poor

(Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000)

Tabel 3.2 : Kategori Indikator Performansi 3.5.6 Analogi Perhitungan KPI

1. Pembobotan KPI dengan AHP menggunakan SofwareExpert Choice V.9 2. Perhitungan Nilai Aktual Performansi Supply Chain per indikator.

Contoh perhitungan untuk KPI Percentage of adjusted production quantity

(PAPQ) adalah sebagai berikut :

Rumus :

rencanaproduksi

Target

Produksi

x 100% 3. Scoring System Dengan Normalisasi.

Scoring system berfungsi untuk menyamakan skala nilai dari masing-masing KPI. Contoh perhitungan untuk PAPQ adalah sebagai berikut :

Rumus :

Smin Smax

Si Smax

 x 100% 4. Perhitungan Nilai Akhir Kinerja Supply Chain.

Perhitungan nilai akhir kinerja supply chain dapat diperoleh dengan persamaan:


(65)

Dimana :

i KPI = Nilai performansi KPI ke-i

Wi = Nilai bobot KPI ke-i Ni = Nilai Normalitas KPI ke-i 5. Agregasi Nilai Performansi.

Nilai performansi agregat adalah jumlah keseluruhan dari perkalian bobot dan nilai normalisasi KPI dan dapat dijabarkan sebagai berikut :

NAgregat =

I KPI =

Wi*Ni

Dimana :

NAgregat = Nilai performansi supply chain perusahaan

I KPI = Nilai performansi KPI ke-i

Wi = Nilai bobot KPI ke-i

Ni = nilai normalitas KPI ke-i 6. Membuat Grafik Nilai Performansi Supply Chain.

3.6. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Langkah-langkah pemecahan masalah diperlukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian agar proses penelitian dapat berjalan secara sistematis dan terarah. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan dapat dilihat dalam gambar 3.2


(66)

Mulai Studi Literatur

Uji Reliabilitas Uji Validitas Tujuan Penelitian

Buang data yang tidak valid

Identifikasi Variabel

Penyebaran Kuisioner

Studi Lapangan

Penyusunan Kuisioner Indikator Kualitatif Perumusan Masalah

Valid?

Reliabel?

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Pengumpulan Data 1.Data Kualitatif

a. Data Internal Relationship

b. Data Source Employee Reliability

2.Data Kuantitatif

a. Data Produksi dan rencana produksi b. Data Supplier Delivery Lead Time

c. Data Payment term

d. Data Material order cost

e. Percentage of order delver complete

f. Data Deliver quantity


(67)

Ya

Gambar 3.2 : Langkah-langkah pemecahan masalah CR ≤ 0,1

A

Uji konsistensi

Pembobotan tingkat kepentingan indikator kinerja dengan AHP

Agregasi nilai performansi

Perhitungan nilai actual performansi supply chain

Kesimpulan dan saran

Perhitungan nilai kinerja supply chain dengan bobot Penyamaan skala ukuran dengan proses normalisasi

Analisa hasil dan pembahasan

Selesai Tidak


(68)

Penjelasan langkah-langkah pemecahan masalah : 1. Studi Literatur

Di dalam melakukan penelitian ini, diperlukan informasi-informasi sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. Studi literature disini lebih difokuskan terhadap literature-literatur mengenai konsep Supply

Chain Management, metode pengukuran Supply Chain, dan metode-metode

pembobotan di dalam pengukuran performansi. Studi literature hal-hal tersebut diperoleh dari buku-buku, jurnal-jurnal, dan juga dari skripsi-skripsi yang ada di perpustakaan, baik perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur maupun perpustakaan diluar UPN “ Veteran” Jawa Timur.

Dengan adanya studi literature yang peneliti lakukan, diharapkan akan memberikan inputan kepada penulis mengenai aspek-aspek pengukuran yang ada di dalam Supply Chain. Selain itu, peneliti juga mengharapkan akan menemukan parameter-parameter yang dapat digunakan sebagai alat ukur dari aspek-aspek tersebut. Dengan demikian dapat membuat suatu kerangka pengukuran performansi Supply Chain perusahaan dari perusahaan yang diteliti.

2. Studi Lapangan

Studi ini dilakukan sebagai langkah awal dalam melakukan penelitian, dimana peneliti berusaha mempelajari kondisi perusahaan secara keseluruhan terutama yang berkaitan dengan permasalahan yang nantinya akan diteliti dan dianalisa.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain :

1. Dari hasil pengukuran performasi supply chain PT Sinar Sosro Gresik maka dapat diketahui bahwa nilai performansi supply chain di PT Sinar Sosro Gresik pada bulan September sebesar 60,722. Pada bulan Oktober sebesar 63,26. Pada bulan November sebesar 68,773. Pada bulan Desember sebesar 72,96. Pada bulan Januari sebesar 66,458. Dan pada bulan Febuari sebesar 66,337. jadi performansi di PT. Sinar sosro Gresik Pada bulan September, Oktober,november,Januari, dan Febuari adalah Average hanya pada bulan Deember yang performansinya dikatakan Good.

2. Ada tiga indikator yang mempunyai nilai skor rendah, yaitu : a) Percentage of adjusted production quantity (21,43). b) Material Order Cost (42,28).


(2)

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang peneliti sampaikan kepada perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan sebaiknya memperhatikan indikator performansi yang mempunyai nilai skor yang rendah dan dilakukan suatu perbaikan agar indikator yang mempunyai nilai skor rendah tersebut dapat mencapai nilai skor yang tinggi.

2. Usulan perbaikan pada indikator performansi supply chain yang rendah adalah sebagai berikut :

Percentage of adjusted production quantity

Perbaikan yang diusulkan adalah lebih teliti dalam melakukan perencanaan produksi dan dalam melakukan perencanaan produksi harus melihat hasil produksi pada bulan – bulan lalu ( peramalaan ) dan meramalnya dengan metode yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Material Order Cost


(3)

Minimum Delivery Quantity

Perbaikan yang diusulkan adalah sebaiknya perusahaan menyediakan jumlah transportasi yang sekiranya sesuai dengan jumlah permintaan sehingga dapat mendistribusikan pesanan customer secara keseluruhan sesuai jumlah produk yang diorder oleh customer.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Indrajit, Richardus, E. dan Richardus Djokopranoto (2002). Konsep Manajemen Supply Chain : Cara baru memandang mata rantai penyediaan barang, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Mulyadi, (1993), Balance Scorecard: Alat Manajemen kontemporer untu Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Pujawan, Nyoman, I. (2005), Supply Chain Management, Guna Widya, Surabaya Razikh, Zainur A. (2008), Analisa Performansi Perusahaan Dengan Metode

Supply Chain Operation Reference (SCOR) di CV Restoe Bumi-Pasuruan, UPN ‘Veteran’ Jatim, Surabaya.

Saaty, Thomas L. (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaman Presisndo, Jakarta.


(5)

Yuwono Sonny. 2006. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard. Jakarta : Gramedia Pustaka Tama.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Indrajit, Richardus, E. dan Richardus Djokopranoto (2002). Konsep Manajemen Supply Chain : Cara baru memandang mata rantai penyediaan barang, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Mulyadi, (1993), Balance Scorecard: Alat Manajemen kontemporer untu Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Pujawan, Nyoman, I. (2005), Supply Chain Management, Guna Widya, Surabaya Razikh, Zainur A. (2008), Analisa Performansi Perusahaan Dengan Metode

Supply Chain Operation Reference (SCOR) di CV Restoe Bumi-Pasuruan, UPN ‘Veteran’ Jatim, Surabaya.

Ilma,Shofyana,(2010), Analis Performansi Supply Chain Operation Referece (SCOR) di Petronika Gresik, UPN ‘Veteran’ Jatim, Surabaya.

Saaty, Thomas L. (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaman Presisndo, Jakarta.

Sudjana. 1996. Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Supply Chain Council, (2006), “Supply-Chain Operations Reference-Model”, www.supply-chain.org