Keterbatasan Penelitian METODE PENELITIAN

29

B. Pola Pengobatan

1. Jenis Obat

Gambaran umum distribusi penggunaan obat pada pasien asma rawat inap berdasarkan kelas terapi menurut MIMS Indonesia disajikan pada Tabel II. Penggunaan obat terbanyak adalah kelas terapi obat yang bekerja pada sistem pernapasan, vitamin dan mineral, dan kortikosteroid. Tabel II. Profil penggunan obat pada pasien anak dengan asma di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palembang periode Juli-Desember 2013 Kelas Terapi Jumlah Kasus n=25 Persentase Sistem pernapasan 25 100 Kortikosteroid 25 100 Vitamin dan mineral 25 100 Antiinfeksi 20 80 Sistem saraf pusat 5 20 Alergi dan sistem imun 2 8 Sistem gastrointestinal dan hepatobilier 3 12

a. Sistem pernapasan

Obat saluran pernapasan merupakan terapi utama dalam pengobatan pasien asma anak dengan indikasi untuk meredakan gejala maupun gangguan pada saluran pernapasan Handayani, 2010. Obat yang bekerja pada sistem pernapasan yang digunakan pada penelitian ini yaitu golongan preparat antiasma dan PPOK serta obat batuk dan pilek. Preparat antiasma dan PPOK yang digunakan dalam penelitian ini adalah salbutamol, teofilin, aminofilin, kombinasi salbutamol dan ipratropium bromida serta kombinasi salbutamol dan guaifenesin. Salbutamol merupakan beta-2 adrenergik kerja cepat yang berfungsi sebagai 30 bronkodilator yang dapat memperbaiki jalan napas sehingga gejala sesak napas dapat berkurang Kelly and Sorkness, 2008; Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Mekanisme kerja beta-2 agonis yaitu relaksasi otot polos saluran napas, meningkatkan mucociliary clearance, menurunkan permeabilitas pembuluh darah, dan memodulasi pelepasan mediator dari sel mast Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2003. Aminofilin dan teofilin juga dapat berfungsi sebagai bronkodilator. Aminofilin intravena dapat digunakan pada tata laksana serangan asma berat dengan memperhatikan dosis awal dan dosis rumatan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Konsentrasi teofilin dalam darah harus diperhitungkan untuk menghindari toksisitas akibat penggunaan teofilin dan garamnya aminofilin karena kedua obat ini memiliki indeks terapi yang sempit. Toksisitas akibat penggunaan obat ini dapat dihindari dengan pemberian dosis yang tepat dan pemantauan kadar teofilin darah. Antikolinergik merupakan bronkodilator yang efektif walaupun tidak seefektif beta-2 adrenergik kerja cepat. Mekanisme dari obat antikolinergik adalah menghambat secara kompetitif pada reseptor muskarinik M3 sehingga menimbulkan efek bronkodilatasi dan pengurangan volume sputum Balsamo, Lanata, and Egan, 2010; Kelly and Sorkness, 2008. Bronkodilator juga dapat meningkatkan cough clearance melalui peningkatan aliran udara ekspirasi Balsamo, Lanata, and Egan, 2010. Antikolinergik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ipratoprium bromida. 31 Guaifenesin umumnya digunakan sebagai ekspektoran. Guaifenesin menunjukkan manfaat dalam terapi hipersekresi mukus melalui penurunan sekresi mucin dan peningkatan mucociliary clearance Seagrave, Albrecht, Hill, Rogers, and Salomon, 2012. Guaifenesin dapat menurunkan kekentalan mukus Balsamo, Lanata, and Egan, 2010. Obat yang termasuk golongan obat batuk dan pilek menurut MIMS Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini adalah ambroksol HCl, bromheksin HCl, serta erdostein. Ambroksol dapat menstimulasi produksi surfaktan yang menyebabkan terjadinya penurunan adesifitas mukus Balsamo, Lanata, and Egan, 2010. Erdostein memiliki potensi dapat modulasi produksi mukus dan meningkatkan mucociliiary clearance Balsamo, Lanata, and Egan, 2010. Gambaran penggunaan obat yang bekerja pada sistem pernapasan dapat dilihat pada Tabel III. Tabel III. Penggunaan obat yang bekerja pada sistem pernapasan pada pasien asma anak di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palembang periode Juli-Desember 2013 Golongan Jenis Obat Jumlah Kasus n=25 Persentase Preparat antiasma dan PPOK Salbutamol 22 88 Teofilin 6 24 Aminofilin 8 32 Kombinasi Salbutamol dan Ipratropium Bromida 5 20 Kombinasi Salbutamol dan Guaifenesin 7 28 Obat batuk dan pilek Ambroksol HCl 7 28 Erdostein 3 12 Bromheksin HCl 2 8

Dokumen yang terkait

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

2 39 174

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015

8 22 167

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015.

0 2 167

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

1 17 174

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN 2015 Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Potensial Pada Pasien Asma Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Tahun 2015.

1 6 19

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN ASMA DI INSTALASI RAWAT Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Potensial Pada Pasien Asma Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Tahun 2015.

0 3 14

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RS “Y” Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

4 37 21

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

0 7 13

PENDAHULUAN Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

0 8 14

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien anak dengan asma di Instalasi Rawat Inap RS RK Charitas Palembang periode Juli - Desember 2013.

4 35 133