Expressive Writing TINJAUAN PUSTAKA
menguji expressive writing untuk memperbaiki interaksi sosial pada siswa Sekolah Dasar yang memiliki gangguan emosi dan perilaku. Dari
eksperimen ini, ternyata expressive writing memiliki dampak yang signifikan dalam memperbaiki interaksi sosial. EW terbukti mempunyai
pengaruh yang signifikan untuk menigkatkan well-being Park Blumberg, 2002 dalam Baikie Wilhelm, 2005.
5. Expressive Writing dan Psikoterapi
Penggunaan expressive writing sebagai salah satu paradigma dan metode baru dalam psikoterapi sebenarnya tidak lepas dari tujuan
psikoterapi. Psikoterapi bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran klien mengenai masalahnya serta dapat membicarakan masalah
tersebut dengan orang lain Pennebaker, 2003, sehingga pola pikir klien dapat berubah menjadi lebih adaptif Beck dkk dalam Pennebaker, 2003.
Dalam kerangka kuratif, ada dua cara yang populer dalam proses psikoterapi, yaitu meminta klien berbicara dan menulis Brand, 1987;
Pennebaker, 1997. Bicara dan menulis merupakan salah satu cara terapeutik sekaligus katarsis Chung Pennebaker, 2008. Konseling
merupakan salah satu model psikoterapi dengan cara berbicara. Penelitian membuktikan bahwa bicara melalui konseling dan menulis
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing karena perbedaan prosedur dalam tiap metode. Tavakoli dkk 2009 menjelaskan bahwa
pada model pertama, yaitu berbicara, klien mendapatkan timbal balik dari terapis atau konselor setelah ia membicarakan masalahnya. Di sisi lain,
dalam expressive writing, ketika klien sudah selesai menulis, tulisannya disimpan di suatu tempat dan hanya dibuka dalam kondisi tertentu
Pennebaker, 1997. Paez dan Gonzalez 1999 menyatakan bahwa menulis merupakan
proses reframing. Reframing juga terjadi pada proses konseling. Dalam proses konseling, reframing terjadi dengan bantuan konselor Brand, 1987;
Paez Gonzales, 1999. Di sisi lain, reframing pada klien yang melakukan expressive writing terjadi ketika klien menuliskan stressor dan
mengalami proses rekognisi Paez Gonzales, 1999. Brand 1987 menyebutkan bahwa menulis merupakan model psikoterapi yang
melibatkan proses kognitif dan penyadaran. Kedua proses tersebut dalam konseling dilakukan secara bertahap bersama konselor.
Pennebaker Seagal 1999 menyebutkan bahwa ketika individu tidak melepaskan beban masalahnya, maka stressor akan terakumulasi dan
berdampak pada kesehatan. Memendam masalah juga dapat mengganggu proses asimilasi dengan peristiwa hidup yang lainnya. Dalam konseling,
asimiliasi dilihat sebagai salah satu indikator keberhasilan Pennebaker, 1997. Menulis dipercaya mempunyai kedudukan yang setara dengan
psikoterapi karena memiliki aspek pengungkapan masalah Pennebaker Seagal, 1999.
Paradigma expressive writing masih memiliki keterbatasan, yaitu pengetahuan mengenai cara kerjanya. Hingga saat ini, paradigma umum
yang muncul tentang expressive writing adalah bahwa expressive writing PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempunyai efek yang positif terhadap aspek kesehatan dan psikologis, namun belum ada kesepakatan mengenai cara kerjanya Pennebaker,
2004. Hal ini disebabkan keharusan untuk menguji sebuah paradigma melalui cara berpikir sebab akibat Pennebaker Graybeal, 2011.