Proses menggoreng Minyak Nabati sebagai Minyak Goreng

15 Dalam memilih minyak goreng ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Minyak goreng harus memiliki umur pakai yang lama dan ekonomis. 2. Tahan terhadap tekanan oksidatif. 3. Memiliki kualitas seragam. 4. Mudah untuk digunakanmaupun dari kemudahan pengemasan. 5. Mampu menghasilkan tekstur, warna, dan tidak menimbulkan pengaruh pada permukaan produk Tabel 2.3 Standar Mutu Minyak Goreng KRITERIA UJI SATUAN SYARAT Keadaan bau, warna dan rasa - Normal Air bb Maks 0,30 Asam lemak bebas dihitung sebagai asam laurat bb Maks 0,30 Bahan Makanan Tambahan Sesuai SNI. 022-M dan Permenkes No. 722MenkesPerIX88 Cemaran Logam : - Besi Fe - Tembaga Cu - Raksa Hg - Timbal Pb - Timah Sn - Seng Zn Mgkg Mgkg Mgkg Mgkg Mgkg Mgkg Maks 1,5 Maks 0,1 Maks 0,1 Maks 40,0 Maks 0,005 Maks 40,0250,0 Arsen As bb Maks 0,1 Angka Peroksida mg 0,2gr Maks 1 Catatan Dalam kemasan kaleng Sumber : SNI 01-3741-2002

2.7.1 Proses menggoreng

Penggorengan merupakan salah satu proses olahan pangan yang sangat populer. Penggorengan dapat didefinisikan sebagai proses pemasakan dan pengeringan produk dengan media panas berupa minyak sebagai media pindah 16 panas. Ketika bahan pangan digoreng menggunakan minyak goreng panas banyak reaksi kompleks terjadi didalam minyak dan pada saat itu minyak akan mulai mengalami kerusakan. Selama penggorengan minyak dalam kondisi suhu tinggi, adanya udara dan air yang dikandung oleh bahan menyebabkan minyak mengalami kerusakan Ketaren, 1986. Menggoreng adalah suatu proses untuk memasak bahan pangan menggunakan lemak atau minyak pangan. Prosesnya diawali dengan memasukkan minyak goreng kedalam ketel penggorengan, kemudian dipanaskan selanjutnya dimasukkan bahan yang akan digoreng. Dari ketel akan diperoleh hasil gorengan, uap yang dihasilkan dari lemak, serta hasil samping lemak akibat pemanasan dan penggorengan serta kerak. Berbagai faktor mempengaruhi kondisi penggorengan dalam ketel, yaitu pemanasan dengan adanya udara, minyak yang kelewat panas local over heating of fat, kontak lemak dengan logam dari ketel, kontak bahan pangan dengan minyak, adanya kerak dan partikel yang gosong. Dari faktor-faktor tersebut, maka pemanasan dengan adanya udara merupakan faktor yang sangat berpengaruh Ketaren, 1986. Penggorengan yang berulang-ulang akan menyebabkan minyak berbau tengik, cita rasa dari makanan akan berkurang. Penggorengan berulang tersebut menyebabkan munculnya asam lemak trans yang menggangu kesehatan. Asam lemak trans akan bersaing dengan asam lemak esensial dan memicu defisiensi asam lemak esensial, yang secara struktual sama dengan asam lemak jenuh Tuminah, 2009. 17 Sistem menggoreng bahan pangan pada umumnya terdapat dua cara, yaitu : 1 Proses gangsa pan frying dapat menggunakan minyak dengan titik asap yang lebih rendah, karena suhu pemanasan yang digunakan umumnya lebih rendah dari suhu pemanasan pada sistem deep frying. Ciri khas dari proses “gangsa” ialah bahan pangan yang digoreng tidak sampai terendam dalam minyak. Minyak yang digunakan pada sistem ini adalah minyak kelapa, mentega, margarin, minyak olive, dan lemak ayam. Khususnya mentega dan margarin, menghasilkan cita rasa yang enak pada bahan pangan yang digoreng. 2 Proses penggorengan dengan sistem deep frying, bahan pangan yang digoreng terendam dalam minyak dan tidak terbentuk asap. Jika pada proses penggorengan terbentuk asap maka ini berarti, lemak tersebut mengalami dekomposisi sehingga mengakibatkan bau dan rasa yang tidak enak Ketaren, 1986.

2.7.2 Kerusakan minyak goreng selama pemanasan