Mobilisasi pemuda dalam latihan-latihan semi militer dan kemiliteran, telah membawa perubahan-perubahan besar dalam mentalitas pemuda. Semangat juang,
latihan keras, kondisi dan keadaan masyarakat yang buruk, serta pengalaman- pengalaman kolektif, mengarahkan kaum muda kepada pembelaan terhadap
rakyat. Satu contoh ialah perlawanan Peta di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi, telah menunnjukkan ketidak puasan mereka terhadap realitas sosial yang terjadi.
9
Sebagian ulama juga ada yang melakukan pemberontakan terhadap Jepang karena sikap semena-mena yang dilakukan Jepang terhadap rakyat Indonesia,
seperti pemberontakan yang terjadi di Cot Plieng Bayu, dekat Lhok Seumawe yang dipimpin oleh Teungku Abdul Jalil, selama setengah hari, Jepang
berhadapan dengan murid-murid Abdul Jalil yang hanya bersenjatakan tradisional. Keberhasilan Jepang menguasai Cot Plieng diikuti oleh tindakan
mereka yang membakar masjid dan rumah-rumah penduduk serta menewaskan 86 orang murid Abdul Djalil. Dan Abdul Jalilpun tewas bersama 19 pengikutnya di
Blang Gampung Tengah tempat Abdul Jalil dan pengikutnya menyinkir. Perlawanan juga terjadi di Singaparna desa Sukamanah, dekat Tasikmalaya yang
dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustafa pada bulan Februari 1944. Ia menganggap Jepang musuh bangsanya karena itu mereka tidak mau bekerja sama dengan
penguasa itu.
10
9
Cahyo Budi Utomo, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia Dari Kebangkitan Hingga Kemerdekaan, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995 h. 197.
10
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia h. 112.
B. Kemajuan terhadap Pendidikan Muslim di Indonesia
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa kehadiran Jepang di Indonesia terhitung amat singkat, yakni hanya 3,5 tahun. Namun waktu yang singkat itu
tidak berarti bahwa Jepang tidak memberi pengaruh terhadap perkembangan pendidikan Islam. Lamanya waktu, sebagaimana yang dilakukan oleh Belanda di
Indonesia, tidak menjadi jaminan bangsa Belnada telah berbuat banyak terhadap pendidikan Islam. Sebaliknya Jepang yang berada di Indonesia dalam waktu
singkat telah memberikan pengaruh pendidikan Islam sebagai berikut; Pertama, umat Islam lebih leluasa dalam mengembangkan pendidikannya,
karena berbagai undang-undang dan peraturan yang dibuat pemerintah Belanda yang sangat diskriminatif seperti undang-undang yang membatasi gerak-gerik
para guru agama dan dai Islam dihapuskan oleh Jepang, sehingga para guru agama dan da’i dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh leluasa.
11
Umat Islam pada zaman kolonial Jepang memperoleh peluang yang memungkinkan dapat
berkiprah lebih leluasa dalam bidang pendidikan. Kedua sistem pendidikan Islam yang terdapat pada masa Jepang pada
dasarnya masih sama dengan sistem pendidikan Islam zaman Belanda, yakni di samping sistem pendidikan pesantren yang didirikan kaum ulama tradisional, juga
terdapat sistem pendidikan klasikal sebagai mana yang terdapat pada madrasah, yaitu sistem pendidikan Belanda yang muatannya terdapat pelajaran agama.
12
11
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Kencana Prenadamedia Group, 2014 h. 305.
12
Ibid. h. 308-309.
Ketiga Jepang mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam yang dipimpin oleh K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta,
13
sebagai ketuanya, yang dibuka secara resmi pada hari Minggu, 8 Juli 1943 bertepatan dengan hari
Isro Mi’roj Nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh Gunseikan serta pembesar- pembesar Jepang dan Indonesia. Sekolah Tinggi Islam bertujuan untuk
melahirkan orang-orang yang yang berguna bagi masyarakat Indonesia dimasa depan.
14
Selain itu bahasa Indonesia dan budi pekerti yang sebelumnya tidak pernah mengalami perkembangan pada zaman Belanda, kini mengalami kemajuan.
Bahasa Indonesia mengalami kemajuan, karena digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah,
15
yang sebelumnya menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar di sekolah sekolah. Pelajaran budi pekerti yang
sebelumnya tidak pernah diperhatikan karena pemerintah Belanda lebih mengutamakan pendidikan otak saja, kini menjadi pelajaran yang penting, karena
dianggap sebagai dasar yang utama dalam kehidupan manusia, yang diajarkan
disekolah-sekolah umum oleh para alim ulama sesuai dengan pelajaran agama Islam.
“... Pendidikan Boedi Pekerti sekarang mendjadi diotamakan dalam pendidikan, setelah Balatentara Dai Nippon datang di Indonesia oentoek
merintis djalan baroe menoedjoe ke Asia Raja. Pendidikan boedi pekerti sekarang mendjadi bagian jang penting dalam pendidikan, karena telah
13
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2012 h. 125.
14
Majalah Islam: Soeara Muslimin Indonesia, Djakarta : M.I.A.I, 1943 no 11 th.3 19 djoemadil Achir 1364 1 Djoeni 2605
15
Imran, Amrin, Dibawah Pendudukan Jepang 1942-1945, dalam Taufik Abdullah dan A.B. Lapian ad, Indonesia Dalam Arus Sejarah: Perang Dan Revolusi Jilid 6, Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2012. h. 76.
ternjata, bahwa dasar pendidikan jang doeloe tidak dapat memberi kepoeasan pada semoea kita
.....”
16
Pendidikan Jasmani juga mengalami peningkatan pada tahun 1942,
pendidikan jasmani berupa Taiso senam pagi ala Jepang diiringi dengan lagu diberikan disekolah-sekolah. Selain itu Jepang juga mewajibkan pelajar-pelajar
baris-berbaris dan pelatihan perang-perangan yang disebut Kyoreng, bela diri seperti sumo, kendo dan base ball diperkenalkan oleh tentara Jepang.
17
C. Kemunduran Terhadap Pendidikan Muslim di Indonesia
Pada awal kekuasaan Jepang, Jepang memang memberikan kebebasan terhadap pendidikan kaum muslimin. Namun di akhir-akhir kekuasaanya Jepang
mulai mengatur pendidikan kaum muslimin, hal ini dilakukan Jepang untuk kepentingan propagandanya. Pada tahun 1944, Jepang mulai mengatur khutbah-
khutbah di masjid dan memberikan mata pelajaran tambahan di sekolah sekolah agama, yaitu bahasa Jepang dan disiplin Jepang. Penambahan sekolah agama
tidak dibolehkan, hanya badan hukum saja yang diperbolehkan mendirikan sekolah swasta.
“....... Pasal 3: hanya badan-hoekoem sadja boleh mendirikan sekolah partikoelier. Pasal 4: mendirikan sekolah partikoelier, memboebarkannja
dan bergantinja pengoesaha sekolah itoe haroes disahkan oleh pedjabatan jang bersangkoetan....
”
18
16
“Pendidikan Boedi pekerti II oleh: R.P Soemaolan”. Pandji Poestaka, Weltevreden: Balai Pustaka,1943.
17
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI h. 44.
18
“Osamu SeiRei No. 22 Tentang Sekolah Partikoelir” Kan Po Berita Pemerintah No. 22 Tahun II Bulan 7, 2603.
Begitu pula tablig-tablig kecuali jika isinya berpihak kepada Jepang dan tentunya meminta izin terlebih dahulu atau disediakan isi tablik oleh Senden Han
yaitu badan propaganda Jepang.
19
Jepang sangat mengawasi organisasi-organisasi Islam terutama pendidikan Islam.
20
Jepang memang memberikan bantuan materi terhadap sekolah-sekolah agama, tetapi tidak memberikan kebebasan pendidikan.
21
Jepang menguasai kurikulum baru yang berlaku secara umum untuk semua sekolah. Karena Jepang
mengetahui bahwa jalur yang paling inti untuk mempengaruhi bangsa Indonesia adalah melalui pendidikan.
Dalam kurikulum yang baru bahasa Indonesia menjadi pelajaran utama dan bahasa Jepang jadi pelajaran wajib. Jepang juga berusaha membersihkan
kebudayaan Barat dan kebudayaan Islam dengan cara menggantinya dengan kebudayaan Jepang, dan menjadikan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi. Selama
tahun pertama pendudukan Jepang, ada usaha-usaha untuk melarang diajarkannya bahasa Arab di sekolah-sekolah agama. Walaupun akhirnya larangan itu dicabut
akibat kerasnya tantangan umat Islam. Karena Jepang menyadari bahwa bahasa
Arab merupakan hak muslim untuk dapat mengajarkan Al-Quran.
22
Sistem yang diterapkan oleh Jepang tidak lepas dari maksud dan tujuan pendidikan untuk kepentingan militernya. Jepang juga mengawasi kurikulum
sekolah dengan tegas demi tegaknya perjuangannya, peraturan disekolah sangat disiplin dan keras. Semua pelajar pria diwajibkan menggundulkan kepala sampai
licin, dan apabila peraturan itu dilanggarmaka pelajar yang tak patuh tersebut akan
19
Ahmad Yusuf, Sejarah Perjuangan Rakyat Riau 1942-2002 buku 1, Pekanbaru: Badan Kesejahteraan Sosial Provinsi Riau, 2004 h. 110.
20
Benda, Bulan Sabit Dan Matahari Terbit h. 140.
21
Ibid. h. 161.
22
Ibid. h. 159.