Penerima Zakat Mustahik Tinjauan tentang Zakat

adapun orang yang menerima zakat disebut mustahik, sedangkan bagi yang orang memberi zakat disebut muzakki http:www.laziz UNS.ac.id tanggal 30 Oktober 2008. Menurut Hikmat Kurnia dan A. Hidayat 2008 : 8 zakat merupakan salah satu dari sistem ekonomi Islam karena zakat merupakan salah satu implementasi asas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Di sisi lain Sahal Sidiq, 2005 : 12 juga menyatakan zakat adalah institusi-institusi untuk mencapai keadilan sosial, dalam arti sebagai mekanisme penekanan modal pada sekelompok kecil masyarakat. Zakat menurut Sudarsono Sidiq, 2005 : 11 adalah mengeluarkan sebagian harta bendanya untuk diberikan kepada fakir miskin sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dalam Al Qur’an sebagai pembersih serta penghapus kesalahan- kesalahan manusia. Menurut Hafidduddin 2002 : 2 zakat merupakan bagian dari harta dengan prasyarat tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.

2. Penerima Zakat Mustahik

Zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim dengan syarat-syarat tertentu juga memiliki batasan sehingga hanya diberikan kepada yang berhak. Batasan bagi penerima zakat terdapat dalam Al- Qur’an, surat At-Taubah ayat 60, dimana yang berhak menerima zakat ada 8 golongan. Golongan masyarakat yang berhak menerima zakat dinamakan dengan Ashnaf yang terdiri dari : a. fakir, adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak memiliki harta b. miskin, adalah orang yang memiliki pekerjaan namun penghasilannya tidak mencukupi kebutuhannya c. amil, yaitu petugas zakat. Kelompok ini berhak mendapatkan bagian dari zakat, maksimal satu perdelapan atau 12,5 persen, dengan catatan bahwa petugas zakat ini memang melakukan tugas-tugas keamilan dengan sebaik- baiknya dan waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas tersebut. d. Muallaf , yaitu kelompok orang yang dianggap masih lemah imannya, karena baru masuk Islam e. Riqab, adalah budak yang ingin memerdekakan diri dengan membayar uang tebusan budak belian untuk membebaskan dirinya, f. gharimin atau kelompok orang yang berhutang. Tapi bukan berarti semua bentuk hutang dapat dibayarkan dari zakat. Menurut para ulama ada beberapa jenis hutang yang menjadikan orang yang berhutang berhak untuk mendapatkan zakat yaitu : 1 Pertama, orang yang berhutang untuk kemaslahatan dan memenuhi kebutuhan pokok pribadi dan keluarga yang menjadi tanggungannya. 2 Kedua, orang yang berhutang untuk kemaslahatan umum, seperti orang yang mendamaikan dua kelompok yang bertikai, dan untuk mendamaikan ini ia memerlukan dana, kemudian ia meminjam kepada orang lain. Mereka itulah orang-orang yaang berhak mendapatkan zakat. Adapun orang yang mempunyai hutang untuk bisnis, jika pada waktu jatuh tempo ia tidak mempunyai sesuatu untuk membayar hutangnya, maka menurut sebagian ulama mereka berhak menerima zakat. Namun bagi mereka yang berhutang untuk bisnis, meskipun mereka mempunyai hutang tapi kehidupan mereka sangat berkecukupan, seperti para bisnisman dan para konglomerat yang sebenarnya banyak diantara mereka memiliki hutang, maka mereka adalah orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat dan bukan orang yang berhak menerima zakat g. Fi sabilillah, yaitu orang yang berjuang di jalan Allah dan h. Ibnu Sabil, yaitu orang yang terputus bekalnya dalam perjalanan. Dari sudut pandang kesejahteraan masyarakat yang timpang maka golongan ashnaf yang perlu diutamakan, karena kondisi yang mereka alami dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup, kelaparan,bahkan kematian.

3. Syarat Wajib Zakat