berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Secara sederhana, menurut Mahendra 2003: 8 Pendidikan Jasmani bertujuan
untuk : 1 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. 2 Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3 Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali. 4 Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas
jasmani baik secara kelompok maupun perorangan. 5 Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
6 Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan salah satu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani
untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas
emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan hidup bersih melalui aktivitas jasmani di sekolah.
B. Belajar dan Pembelajaran
Menurut Gagne 1984 belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Sedangkan
Galloway dalam Toeti Soekamto 1992: 27 mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi,
emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi
dengan sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru dll.
Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan
biasanya mudah diamati. Pembelajaran diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini
tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran
yang sudah disiapkan. Gagne dan Briggs 1979:3 mengartikan instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal. Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun pada
dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan
dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses
pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk