Agunan tersebut dipandang sebagai agunan yang sah, apabila diketahui dan dinilai dari segi ekonomis dan yuridis hukum. Dalam hal ini
merupakan salah satu tugas karyawan Bank untuk memeriksa kondisi jaminan secara cermat dan lengkap serta menilai kelengkapan surat dari segi
yuridisnya. Jadi, dalam penelitian Collateral pembiayaan gadai emas syaraiah
atau jaminan ini, Bank DKI Syariah Fatmawati melakukan analisa bentuk perwujudan dari itikad baik dari calon nasabah yaitu pihak nasabah untuk
mempertanggung jawabkan dana yang diterima dengan sebenar-benarnya.
5. Analisis Condition Pembiayaan Gadai Emas Syariah
Condition yaitu bagaimana kondisi ekonomi nasabah pada saat pengajuan pembiayaan gadai emas syariah, juga kondisi ekonomi di
lingkungan sekitar tempat tinggal nasabah. Penilaian ini berhubungan dengan situasi kondisi perekonomian di
suatu daerah, yang mana dapat mempengaruhi dengan barang jaminan yang digadainya, apabila nasabah mempunyai hambatan-hambatan dalam
angsurannya maka nasabah bisa terlebih dahulu meminjam dengan tetangga untuk membayar sementara angsurannya kepada pihak Bank Syariah, untuk
menyelamatkan barang yang digadaikan agar tidak dilelang oleh pihak Bank, disinilah Bank DKI Syariah Fatmawati menunjukkan kehati-hatiannya dalam
melakukan pembiayaan gadai agar tidak ada yang saling dirugikan dan tetap menjalankan prinsip-prinsip agama.
Jadi, dalam penelitian Condition pembiayaan gadai emas syariah, Bank DKI Syariah menganalisa pembiayaan yang akan diberikan dan juga
perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan keadaan ekonomi dilingkungan sekitar tempat tinggal nasabah. .
Dari data dan hasil penelitian yang ada menunjukkan, bahwa analisis 5C yang digunakan oleh pihak Bank Dki Syariah Fatmawati untuk
menganalisis calon nasabahnya sudah sangat baik sesuai dengan prisnsip 5C dan memenuhi standart penilaian pembiayaan.
Jadi, analisis 5C yang diterapkan oleh Bank Dki Syariah Fatmawati dalam menganalisis pembiayaan gadai emas syariah benar-benar diterapkan
dalam prakteknya dengan tujuan untuk lebih memvalidkan data.
B. PENERBITAN GADAI EMAS SYARIAH PADA BANK DKI
SYARIAH CABANG FATMAWATI
Produk gadai emas syariah merupakan produk pengembangan dari produk gadai biasa. Sejak 2007, produk ini mulai hadir sebagai produk
unggulan dalam perbankan syariah. Meskipun sudah dikatakan syariah, produk ini, mungkin karena masih dikatakan baru, belum memilikmi fatwa
dari Dewan Syariah Nasional DSN tentang kehalalannya. Namun, tak perlu khawatir, pengembangan produk ini tentunya tidak lepas dari
pengawasan Dewan Pengawas Syariah DPS di tiap Lembaga Keuangan Syariah. Jadi, bisa dikatakan produk ini aman dan boleh dikatakan halal.
Yang pasti, bebas riba.
Berbeda dengan produk gadai biasa. Dalam gadai emas, objek yang digadaikan adalah emas. Seperti telah banyak yang diketahui bahwa emas
memiliki nilai yang cenderung naik tukar terhadap mata uang, hal ini tentu sangat berbeda dengan objek gadai yang lain yang cenderung mengalami
penurunan nilai tukar terhadap mata uang seiring dengan berjalannya waktu. Kelebihan ini serupa seperti tanah, hanya saja emas bisa dibawa
kemana-mana fisiknya, sementara tana hanya surat sertifikatnya saja yang bisa dibawa-bawa. Hal inilah yang menjadi perbedaan produk gadai ini
dengan produk gadai biasa.
10
Faktor yang mendorong PT. Bank Syariah untuk meluncurkan produk rahn Gadai Emas Syariah ini tak lepas dari respon masyarakat terhadap
sistem syariah yang semakin meningkat, sistem syariah ini banyak diminati karena terbukti bisa bertahan dari krisis moneter. Selain itu,
dengan tidak adanya sistem bunga maka tidak ada lagi keraguan untuk memilih produk rahn gadai emas syariah ini. Diantara alasan mengapa
perum pegadaian syariah mengeluarkan produk gadai emas syariah yaitu: 1 Telah dikeluarkannya undang-undang atau fatwa yang menghalalkan
praktek gadai emas syariah 2 Adanya dukungan dan keinginan yang sangat tinggi dari masyarakat
Islam yang ingin bertransaksi secara islami tanpa adanya unsur riba, gharar, dan maysir.
10
Annisa Auditasari, Alikasi Akad Rahn pada BJB Syariah dan BNI 46 Syariah, Skripsi S1 Ekonomi Islam 2010, hal. 52